KONSEP, LANGKAH-LANGKAH, DAN PENERAPAN DALAM PEMBELAJARAN
PENDEKATAN SAINTIFIK, DISCOVERY LEARNING, PROBLEM BASED LEARNING, DAN PROJECT BASED LEARNING
Dikutip dari
https://www.kesharlindungdikmen.id/, ada lima cakupan materi kompetensi
pedagogik pada Olimpiade Guru Nasional (OGN) 2017 sebagai berikut.
1. Pemahaman peserta didik secara mendalam:
prinsip-prinsip perkembangan kognitif peserta didik, prinsip-prinsip
kepribadian peserta didik, dan bekal ajar awal peserta didik.
2. Perancangan pembelajaran, termasuk pemahaman
landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran: landasan kependidikan,
teori belajar dan pembelajaran, strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3. Pelaksanaan pembelajaran: penataan latar
(setting) pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang kondusif.
4. Perancangan dan pelaksanaan evaluasi
pembelajaran: evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode, analisis hasil evaluasi proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning), dan
pemanfaatan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
5. Pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan kompetensi guru: pengembangan berbagai potensi akademik dan
nonakademik peserta didik.
Pada
postingan ini akan disajikan Ringkasan Materi Cakupan Materi OGN 2017
Kompetensi Pedagogik nomor 3 dan 5 yaitu : Pelaksanaan pembelajaran: penataan
latar (setting) pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang kondusif dan
Pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kompetensi guru:
pengembangan berbagai potensi akademik dan nonakademik peserta didik.
PENGANTAR
Untuk menciptakan
pembelajaran yang kondusif dan mengembangkan potensi peserta didik, guru
hendaknya melaksanakan pembelajaran dengan model-model pembelajaran yang
menarik, inovatif, dan efektif.
Berikut ini disajikan
model-model pembelajaran yang diharapkan menciptakan pembelajaran yang kondusif
dan mampu mengembangkan berbagai potensi peserta didik.
I.
KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK (5M)
A.
Esensi Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran
dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai
titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik.
Dalam pendekatan atau
proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan
pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif
(deductivereasoning).
Dalam pendekatan atau
proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan
pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif
(deductivereasoning).
Penalaran deduktif
melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk
kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.
Penalaran induktif
menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode
ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail
untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
B.
Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Observing (mengamati),
Questioning (menanya), Mengumpulkan informasi/ eksperimen, Mengasosiasikan/
mengolah informasi, Mengkomunikasikan .
1.
Mengamati
Kegiatan Belajarnya
mengamati: melihat, membaca, mendengar, menyimak (tanpa atau dengan alat).
Kompetensi yang
Dikembangkan: melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
Metode mengamati
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode
ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara
nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu
saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu
persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat
bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta
didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan
materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Langkah-langkah
Mengamati
Menentukan objek apa
yang akan diobservasi
Membuat pedoman
observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
Menentukan secara
jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
Menentukan di mana
tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas
bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah
dan lancar
Menentukan cara dan
melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan,
kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Jenis-jenis Pengamatan
Observasi biasa (common
observation). Peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan
observasi (complete observer), dan sama sekali tidak melibatkan diri dengan
pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
Observasi terkendali
(controlled observation). peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Pada observasi terkendali
pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang
dikhususkan.
Observasi partisipatif
(participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta didik
melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati.
Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku,
komunitas, atau objek yang diamati
2.
Menanya
Kegiatan Belajarnya
Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).
Kompetensi yang
Dikembangkan
Mengembangkan kreativitas,
rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat
Guru yang efektif mampu
menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula
dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru
menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya
itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan
penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk
“kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri
kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat
efektif!
Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan hipotetik)
3.
Mengumpulkan Informasi/ Eksperimen
Kegiatan Belajarnya:
Melakukan eksperimen, Membaca sumber lain selain buku teks, Mengamati
objek/kejadian, Aktivitas Wawancara dengan narasumber
Kompetensi yang
Dikembangkan: Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat
orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.
4.
Mengasosiasikan/ Mengolah
Kegiatan Belajarnya
Mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen
maupun hasil mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi
Kompetensi yang
Dikembangkan
Mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan
prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .
5.
Mengkomunikasikan
Kegiatan Belajarnya :
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnnya.
Kompetensi yang
Dikembangkan: Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
CONTOH KEGIATAN
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (5M)
Kompetensi Dasar
|
:
|
3.
4 Mengevaluasi teks negoisasi berdasarkan kaidah-kaidah teks baik
melalui lisan maupun tulisan
|
Topik /Tema
|
:
|
Seni
Bernegosiasi dalam Kewirausahaan
|
Sub Topik/Tema
|
:
|
PemodelanTeks
Negosiasi
|
Tujuan Pembelajaran
|
:
|
Peserta didik dapat
mengidentifikasi teks negosiasi
|
Alokasi Waktu
|
:
|
2 x 45 menit
|
Tahapan Pembelajaran
|
Kegiatan
|
Mengamati
|
|
Menanya
|
|
Mengumpulkan informasi
|
|
Mengasosiasikan
|
|
Mengkomunikasikan
|
|
II.
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
A.
Definisi/Konsep
Metode Discovery
Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi
belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri
(inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep
atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery
ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru
Dalam mengaplikasikan
metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru
harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang
teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery
Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi
seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan
ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.
B. Keuntungan
Model Pembelajaran Penemuan
Membantu siswa untuk
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses
kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
bagaimana cara belajarnya.
Pengetahuan yang
diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
Menimbulkan rasa senang
pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
Metode ini memungkinkan
siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
Menyebabkan siswa
mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi
sendiri.
Metode ini dapat
membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja
sama dengan yang lainnya.
Berpusat pada siswa dan
guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun
dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
Membantu siswa
menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran
yang final dan tertentu atau pasti.
Siswa akan mengerti
konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
Membantu dan
mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang
baru;
Mendorong siswa
berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
Mendorong siswa
berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
Memberikan keputusan
yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
Proses belajar meliputi
sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
Meningkatkan tingkat
penghargaan pada siswa;
Kemungkinan siswa
belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
Dapat mengembangkan
bakat dan kecakapan individu.
C.
Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
Metode ini menimbulkan
asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai,
akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
Metode ini tidak
efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang
lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang
terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang
telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Pengajaran discovery
lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin
ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.
D.
Langkah-Langkah Operasional
1. Langkah Persiapan
a. Menentukan
tujuan pembelajaran
b. Melakukan
identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya)
c. Memilih materi
pelajaran.
d. Menentukan
topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi)
e. Mengembangkan
bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya
untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik
pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak,
atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g. Melakukan penilaian
proses dan hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan
a. Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai
kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada
tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem
statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
c. Data
collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan
demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data
Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi,
dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification
(Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut
Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
f. Generalization
(menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan
hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi
E.
Sistem Penilaian
Dalam Model
Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan
tes maupun non tes.
Penilaian yang
digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil
kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam
model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis.
Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan
dengan pengamatan.
MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY LEARNING
Contoh Tahap
Pembelajaran Discovery learning
Satuan Pendidikan: SMA
…
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Kelas/ Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks
Cerita Sejarah
Alokasi Waktu : 2 x 45
menit
A. Kompetensi Dasar dan
Indikator Pencapaian Kompetensi
KD: Memahami struktur dan kaidah teks cerita
sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel baik
melalui lisan maupun tulisan.
Indikator:
1) Menentukan struktur
teks cerita sejarah;
2) Menentukan
kaidah/ciri-ciri bahasa (fitur bahasa) teks cerita sejarah.
B. Langkah-langkah
Pembelajaran
Tahapan Pokok
|
Kegiatan Pembelajaran
|
A.
Pemberian Rangsangan (Stimulation)
|
1.
Peserta didik menyimak tayangan berbagai peristiwa sejarah dunia.
2.
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkansiswa pada
kondisi internal yang mendorong eksplorasi terhadap pemahaman teks hasil
observasi cerita sejarah.
3.
Guru mengarahkan jawaban siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan
4.
Siswa membaca contoh model teks cerita sejarah berjudul “Sejarah Hari
Buruh.”.
|
B.
Pernyataan/Identifikasi Masalah (Problem Statement)
|
5.
6.
Peserta didik mengidentifikasi masalah yang relevan dengan bahan bacaan
diantaranya diarahkan untuk menanyakan fungsi teks cerita sejarah dan bentuk
atau strukturnya,
7.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, siswa memilih dan merumuskan salah
satu di antaranya dalam bentuk hipotesis.
|
C.
Pengumpulan Data (Data Collection)
|
8.
Peserta didik membentuk kelompok belajar sesuai arahan guru dengan mempertimbangkan
kemampuan akademik, gender, dan ras (@5 0rang per kelompok).
9.
Peserta didik mengidentifikasi siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan
bagaimana peristiwa yang terjadi pada teks cerita sejarah “Hari Buruh.”
10. Peserta
didik menyusun periode sejarah secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu
dari peristiwa sejarah teks “Hari Buruh.”
11. Peserta
didik menentukan struktur yang membangun teks “Sejarah Hari Buruh”
|
D.
Pengolahan Data (Data Processing)
|
12.
13. Peserta
didik mengolah informasi yang diperoleh dari hasil kegiatan sebelumnya untuk
menentukan unsur-unsur atau struktur teks cerita sejarah.
|
E.
Pembuktian (Verification)
|
14. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memverifikasi sehingga dapat
menemukan konsep tentang struktur teks cerita sejarah.
|
F.
Menarik Kesimpulan (Generalization)
|
15. Peserta
didik membuat kesimpulan tentang struktur teks cerita sejarah
16. Peserta
didik mempresentasikan.
|
III.
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
A. Definisi/Konsep
Pembelajaran berbasis
masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world)
B. Kelebihan PBL
1. Dengan PBL akan
terjadi pembelajaran bermakna. Peserta
didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan
yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan
2. Dalam situasi PBL,
peserta didik/mahapeserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
3. PBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
C. Langkah-langkah
Operasional dalam Proses Pembelajaran
1. Konsep Dasar (Basic
Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi,
atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran
dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran
2. Pendefinisian
Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini
fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan
berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan
pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga
dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat
3. Pembelajaran Mandiri
(Self Learning)
Peserta didik mencari
berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber
yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di
perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
Tahap investigasi
memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu
dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat
dipahami.
4. Pertukaran
Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan
sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri,
selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian
(Assessment)
Penilaian dilakukan
dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS),
ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap
kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
D. Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan
peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan
yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain
di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang
diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung
tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas
belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan
standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembela
E. Tahapan-Tahapan
Model PBL
Fase-Fase
Perilaku Guru
Fase 1
Orientasi peserta didik
kepada masalah.
Menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan.
Memotivasi peserta
didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Fase 2
Mengorganisasikan
peserta didik
Membantu peserta didik
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok.
Mendorong peserta didik
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya.
Membantu peserta didik
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan
berbagi tugas dengan teman.
Fase 5
Menganalisa dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil
kerja.
F. Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan
dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS),
ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap
kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam
pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran
dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan
dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan
peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu
tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam
pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan
peer-assessment.
Self-assessment.
Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan
hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard)
oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Peer-assessment.
Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun
oleh teman dalam kelompoknya
MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING
Contoh Tahap
Pembelajaran Problem Based Learning
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Sub Materi : Pemodelan Teks Cerita Sejarah
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Sub Materi : Pemodelan Teks Cerita Sejarah
A. Kompetensi Dasar dan
Indikator Pencapaian Kompetensi
A.2 Menganalisis teks
cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita fiksi dalam novel
baik melalui lisan maupun tulisan
Indikator:
1) Menelaah kelemahan atau kesalahan struktur teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan
2) Menelaah kelemahan atau kesalahan kaidah teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan.
3) Menelaah kelemahan atau kesalahan isi teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan
Indikator:
1) Menelaah kelemahan atau kesalahan struktur teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan
2) Menelaah kelemahan atau kesalahan kaidah teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan.
3) Menelaah kelemahan atau kesalahan isi teks laporan hasil observasi baik melalui lisan maupun tulisan
B. Langkah-langkah
Pembelajaran
Tahapan Pokok
|
Kegiatan Pembelajaran
|
A.
Orientasi siswa pada
Masalah |
1.
Peserta didik menyimak tujuan pembelajaran
2.
Peserta didik membaca contoh teks cerita sejarah yang kurang baik dan
menyimak penjelasan terhadap permasalahan tersebut
3.
Peserta didik memberikan tanggapan dan pendapat terhadap permasalahan
tersebut
|
B.
Mengorganisasi
siswa dalam belajar |
4.
Peserta didik membentuk kelompok belajar sesuai arahan guru dengan mempertimbangkan kemampuan akademik
dan gender
|
C.
Membimbing penyelidikan siswa secara mandiri atau
kelompok |
5.
Peserta didik membaca teks cerita sejarah yang tidak baik dengan cermat
6.
Peserta didik dengan difasilitasi dan dibimbing guru menelaah dan
mendiskusikan kelemahan teks cerita sejarah dari segi struktur, kaidah, dan
isi
|
D.
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya |
7.
Peserta didik menjawab permasalahan yang telah diidentifikasi, khususnya
mengenai kelemahan struktur, kaidah, dan isi teks cerita sejarah
8.
Peserta didik mempresentasikan atau menyajikan laporan pembahasan hasil
temuan atau hasil diskusi dan penarikan kesimpulan di depan kelas
|
E.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah |
9.
Peserta didik dalam kelompok lain mengevaluasi atau
10. Menanggapi
11. Peserta
didik dengan dibimbing guru melakukan simpulan
12. Guru
melakukan evaluasi hasil belajar mengenai materi yang telah dipelajari
|
IV. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)
A.
Definisi/Konsep
Pembelajaran Berbasis
Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis
Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Pembelajaran Berbasis
Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan
peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL,
proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pada saat
pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai
elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang
dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia
nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
B. Keuntungan
Pembelajaran Berbasis Proyek
Meningkatkan motivasi
belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan
pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
Meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
Membuat peserta didik
menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
Meningkatkan
kolaborasi.
Mendorong peserta didik
untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
Meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
C. Kelemahan
Pembelajaran Berbasis Proyek
Memerlukan banyak waktu
untuk menyelesaikan masalah.
Membutuhkan biaya yang
cukup banyak
Banyak instruktur yang
merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama
di kelas.
Banyaknya peralatan
yang harus disediakan.
Peserta didik yang
memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami
kesulitan.
Ada kemungkinan peserta
didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
Ketika topik yang
diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik
tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
D. Langkah-langkah
Pembelajaran Berbasis Proyek
1. Penentuan Pertanyaan
Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai
dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan
peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai
dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2. Mendesain
Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan
secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta
didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan
berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam
menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang
mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal
(Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik
secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan
proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik
agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta
didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta
didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the
Project)
Pengajar
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi
mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Menguji Hasil
(Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan
untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian stSaudarar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi
Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses
pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new
inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.
D. Sistem
PenilaianPenilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara
jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu:
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik
dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data
serta penulisan laporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata
pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan
peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan
kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS PROJEK
Rancangan Pembelajaran Berbasis Projek
A. Identitas Model
Satuan Pendidikan : SMA ……
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Cerita Sejarah
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 pertemuan)
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
4.2 Memproduksi teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan
cerita fiksi dalam novel yang koheren sesuai dengan karakteristik teks baik
secara lisan maupun tulisanmaupun tulisan
Indikator:1) Menentukan langkah-langkah menyusun teks cerita sejarah
2) Menyusun teks cerita sejarah
C. Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah
Pembelajaran |
Kegiatan Pembelajaran
|
A.
Penentuan Proyek
|
1. Peserta didik
menentukan hari atau peristiwa bersejarah sebagai topik yang akan
dikembangkan menjadi teks cerita bersejarah
|
B.
Perancangan
Langkah-langkah Penyelesaian Proyek |
2. Peserta didik
dibimbing guru mendiskusikan aturan main dan pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung pelaksanaan proyek
3. Peserta didik mendiskusikan sumber/bahan/alat pendukung pelaksanaan proyek
4. Peserta didik menyimak
penjelasan guru mengenai penilaian
dalam kelompok masing masing, peserta didik mendiskusikan dan perencanaan proyek berupa penentuan fase peristiwa bersejarah |
C.
Penyusunan Jadwal
Pelaksanaan Proyek |
5. Peserta didik
membuat time line pemilihan dan penyiapan proyek
6. Peserta didik mendiskusikan deadline untuk menyelesaikan proyek menyusun teks cerita sejarah 7. Peserta didik mendiskusikan dan membuat jadwal atau waktu pelaksanaan penyelesaian setiap fase persitiwa dalam teks cerita sejarah yang akan ditulisnya |
D.
Penyelesaian proyek
dengan fasilitasi dan monitoring guru |
8. Peserta didik
mengidentifikasi dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan fase peristiwa
yang menjadi objek untuk penulisan teks cerita sejarah
9. Peserta didik mengonsultasikan permasalahan atau kendala dalam menyelesaikan penulisan teks cerita sejarah 10. Peserta didik memperbaiki hasil tulisan berdasarkan hasil konsultasi |
E.
Penyusunan Laporan
dan Presentasi /Publikasi Hasil Proyek |
11. Peserta didik
membaca kembali teks cerita sejarah yang sudah ditulis dan memperbaiki jika
masih terjadi kesalahan dengan mengacu pada point-point penilaian yang
disepekati pada tahap perencanaan
12. Peserta didik menempelkan teks cerita sejarah yang sudah dibuatnya di tempat yang sudah disediakan (tempat seperti bentuk pameran) 13. Peserta didik melakukan kegiatan shopping model,yaitu mengunjungi, membaca, dan menanggapi teks cerita sejarah kelompok lain. |
F.
Evaluasi Proses dan
Hasil Proyek |
14. Peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek yang sudah
dilaksanakan.
15. Peserta didik mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan tugas proyek peserta didik mendengarkan umpan balik terhadap proses yang telah dilaksanakan dan produk yang telah dihasilkan. |
Sumber Pustaka :
Ariani, Farida dkk.
2016. Model Pembelajaran . Jakarta:
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa,
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
PPT Badan Sumber
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014.
0 komentar:
Post a Comment