Berikut
ini disajikan beberapa komentar Mentor terhadap laporan yang disusun oleh peserta
prakondisi.
1. “Ringkasan
Anda berupa potongan demi potongan paragraf, belum sebagai penuangan dalam
bahasa sendiri”.
2. “Meringkas
adalah menarik intisari tulisan dengan dikemas menggunakan bahasa sendiri. Jadi
bukan memotong-motong tulisan, paragraf, kalimat, dll. Oleh karena itu, tolong
lengkapi dengan powerpoint dan dilengkapi dengan satu slide peta konsep. Untuk
soal B, C, dan D tolong pahami dengan baik, berikan jawaban sesuai dengan apa
yang diminta oleh pertanyaan tersebut, terima kasih”.
3. “Tugas
Anda berdua 80 % sama, yakni jumlah halaman, struktur kalimat, dan pilihan
kata. Bahkan tiga bagian terakhir yaitu B, C, dan D, yang mestinya beda karena
pengalaman subjektif guru ternyata juga sama. Perbedaan keseluruhan sangat
kecil. Karena itu , saya menyarankan Anda berdua untuk memperbaikinya
(merevisinya)”.
4. “Tugas
Anda akan dites tingkat plagiasi. Toleransi tingkat plagiasi tugas bisa
diterima adalah 20 %”.
5. “Dalam
hal bahasa terjadi kesalahan-kesalahan sebagai berikut.
a. Penggunaan
tanda baca (titik, koma, titik dua, dan sebagainya).
b. Penggunaan
kata (misalnya kata depan yang ditulis serangkai dengan kata yang lain misalnya
didalam, disamping, dan sebagainya).
c. Penggunaan
kalimat (banyak kalimat tidak bersubjek atau tidak berpredikat sehingga menjadi
kalimat tidak efektif/tidak logis
Pesan saya, Cermatlah berbahasa”!
Berdasarkan
komentar Mentor terhadap tugas pembuatan laporan, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan oleh peserta prakondisi PLPG untuk merevisi laporan prakondisi
PLPG 2017.
A.
Mengolah
atau Menyusun Kalimat Sendiri
Berdasarkan komentar nomor 1 dan 2 di atas, peserta prakondisi perlu mengolah atau
menyusun kalimat sendiri dalam membuat ringkasan. Peserta tidak hanya memotong
kalimat atau paragraf pada sumber belajar. Meskipun pada tugas tertulis untuk
membuat ringkasan, sebagian mentor lebih cenderung kepada bentuk rangkuman atau
ikhtisar. Pada rangkuman kalimat-kalimat telah tersusun rapi dan tidak terpisah
satu dengan yang lainnya dan membentuk paragraf. Setiap paragraf memiliki satu
ide pokok/pemikiran.
Ada
juga mentor yang tidak mempermasalahkan bentuk penyajian laporan berupa
ringkasan. Pada bentuk ringkasan, kalimat-kalimat dapat dipisah dengan
angka-angka atau butir-butir. Setiap kalimat dalam satu butir atau angka
tersebut memiliki satu ide pokok atau mengandung satu inti sari yang jelas.
Berikut
contoh bentuk penyajian laporan yang hanya memotong-motong materi pada sumber
belajar dan penyajian laporan yang disajikan dengan menyusun kalimat sendiri.
(Sumber
Belajar “Karakteristik Siswa”)
1. Laporan
bentuk ringkasan dengan memotong kalimat
Metode dalam Psikologi Perkembangan
a. metode
longitudinal, peneliti mengamati dan
mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu yang
lama.
b. metode
cross sectional, peneliti mengamati
dan mengkaji banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yang sama.
2. Laporan
dalam bentuk ringkasan dengan kalimat sendiri atau dalam bentuk lain (misalnya
diubah dalam bentuk tabel)
Metode
dalam Psikologi Perkembangan
Dalam
meneliti perkembangan manusia ada dua metode yang digunakan oleh para peneliti,
yaitu longitudinal dan cross
sectional. Penjelasan dan
perbedaan kedua metode tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Metode dalam Psikologi Perkembangan Manusia
No
|
Nama metode
|
Penjelasan
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
1
|
longitudinal
|
peneliti mengamati
dan mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu yang lama |
kesimpulan yang
diambil lebih meyakinkan, karena membandingkan
karakteristik anak yang sama pada usia yang berbeda-beda |
memerlukan waktu
sangat lama
|
2
|
cross sectional
|
peneliti mengamati
dan mengkaji banyak anak
dengan berbagai usia dalam waktu yang sama |
proses penelitian
tidak
memerlukan waktu lama, hasil segera dapat diketahui |
diperlukan
kehati-hatian yang lebih dalam menarik kesimpulan
|
B.
Menyusun
Laporan Secara Mandiri dan Tidak Melakukan Plagiasi dari Pekerjaan Peserta Lain
Berdasarkan komentar nomor 3 dan 4, peserta
prakondisi perlu menyusun laporan secara mandiri, tidak melakukan plagiasi dari
pekerjaan peserta lain. Jika dalam proses pengerjaan peserta berdiskusi dengan
peserta lain, dalam proses penyusunan laporan haruslah melakukan variasi
kalimat atau variasi bentuk penyajian.
Untuk variasi kalimat dapat mengubah kalimat aktif
menjadi pasif atau sebaliknya.
Contoh
1. Dalam
meneliti perkembangan manusia ada dua metode yang digunakan oleh para peneliti,
yaitu longitudinal dan cross
sectional.
2. Para
ahli menggunakan dua metode dalam meneliti perkembangan manusia, yaitu longitudinal dan cross sectional.
Untuk
variasi penyajian, peserta dapat memvariasikan penyajian ringkasan dalam bentuk
paragraf, tabel, peta konsep, powerpoint, dan sebagainya.
(Sumber
Belajar “Karakteristik Siswa’)
Contoh Laporan
Pola penyajian 1
Teori
Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran
moral dan berkembang secara bertahap yaitu: penalaran prakovensional,
konvensional, dan pascakonvensional. Penalaran prakonvensional adalah tingkat
yang paling rendah dan dikendalikan oleh imbalan dan hukuman
eksternal.Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah yang membuat seseorang menaati standar-standar
tertentu, tetapi tidak menaati standar orang lain, seperti orang tua dan
masyarakat. Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi. Moralitas
benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang
lain.
Karakteristik spiritual yang utama adalah perasaan dari
keseluruhan dan keselarasan dalam diri seorang, dengan orang lain, dan dengan
Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan.
Pola Penyajian 2
Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg
1) Tingkat Satu: Penalaran Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
1) Tingkat Satu: Penalaran Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
2) Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Seorang menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Seorang menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
3) Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki
pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki
pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
Pola Penyajian 3
Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg
No
|
Tahapan
|
Penjelasan
|
1
|
Penalaran Prakonvesional
|
a. tingkat
yang paling rendah
b. anak
tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal
|
2
|
Penalaran Konvensional
|
a. tingkat
kedua atau tingkat menengah
b. Seorang
menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati
standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
|
3
|
Penalaran Pascakonvensional
|
a. tingkat
tertinggi
b. moralitas
benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar
orang lain.
|
C.
Memperhatikan
Aspek Penggunaan Bahasa Yang Baik dan Benar
Berdasarkan komentar nomor 5 (lima) di atas, peserta
prakondisi perlu memperhatikan aturan ejaan dan penggunaan kata, kalimat,
paragraf yang baik atau sesuai dengan kaidah.
Peserta perlu memahami pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia.
Berikut ini disajikan penggunaan ejaan/tanda baca
yang salah, alasan kesalahan, dan perbaikan sehingga tepat.
No
|
Penggunaan ejaan dan
tanda baca yang salah pada kalimat
|
Alasan Kesalahan
|
Penggunaan ejaan dan tanda baca yang
tepat pada kalimat
|
1.
|
Fafad menulis makalah dengan judul “
bahaya dan akibat mengonsumsi narkoba”
|
Huruf pertama setiap kata dalam judul
ditulis dengan huruf kapital kecuali huruf pertama kata depan atau kata
sambung tetap ditulis dengan huruf kecil.
|
Fafad menulis makalah dengan judul “
Bahaya dan Akibat mengonsumsi Narkoba”.
|
2.
|
Husein telah berkunjung ke bali dan lombok.
|
Huruf awal nama kota atau nama
geografi harus ditulis dengan huruf kapital.
|
Husein telah berkunjung ke Bali dan
Lombok.
|
3.
|
Dimana dia sekarang?
|
Kata depan di, ke, dan dari
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
|
Di mana dia sekarang?
|
4.
|
Akhir Pebruari Fadel akan mengadakan
pertunjukan musik.
|
Penulisan kata Pebruari seharusnya
Februari.
|
Akhir Februari Fadel akan mengadakan
pertunjukan musik.
|
5.
|
Kita memerlukan alat-alat tulis
penggaris, buku, dan pulpen.
|
Pernyataan kalimat lengkap dan diikuti
pemerincian atau penjelasan harus menggunakan tanda titik dua (:)
|
Kita memerlukan alat-alat tulis:
penggaris, buku, dan pulpen.
|
6.
|
Siapa pencipta lagu Indonesia Raya?
|
Tanda petik (“…”) dipakai untuk
mengapit judul lagu yang dipakai dalam kalimat.
|
Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?
|
Berikut ini disajikan contoh kegiatan menyunting
kalimat
No
|
Kalimat tidak efektif
|
Keterangan (alasan kesalahan)
|
Kalimat efektif (perbaikan)
|
1.
|
Sebagai tempat beribadah, harus dilengkapi dengan
fasilitas memadai.
|
Ketidaklengkapan
Unsur Kalimat
Kalimat tersebut tidak efektif karena
tidak menjelaskan sesuatu yang harus dilengkapi. Kalimat tersebut tidak
menyertakan subjek kalimat.
|
Sebagai tempat membaca, masjid harus dilengkapi
dengan fasilitas memadai.
|
2.
|
Peternak sebelum ada kebijakan impor daging sapi
dari Pemerintah, tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
|
Ketidaktepatan
Penempatan Unsur dalam Kalimat
Kalimat tersebut tidak efektif karena
salah meletakkan kata petani. Kata petani seharusnya diletakkan di belakang
tanda koma.
|
Sebelum ada kebijakan impor daging sapi dari
Pemerintah, peternak tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta
rupiah.
|
3.
|
Para ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup
sehat dan bersih.
|
Penggunaan
Unsur Kalimat secara Berlebihan
Kalimat tersebut tidak efektif karena
pemakaian kata Para dan ibu-ibu yang keduanya menunjukkan makna jamak. Kata
ibu tidak perlu diulang
|
Para ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat
dan bersih atau lbu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
|
4.
|
Guru menugaskan siswanya membuat karangan
|
Penggunaan
kata bentukan yang salah
Akhiran –kan pada kata menugaskan
membutuhkan objek tak langsung. Seharusnya menggunakan akhiran-i
|
Guru menugasi siswanya membuat karangan .
|
5.
|
Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah,
perbaikan saluran air, dan pemasangan kabel.
|
Paralelisme/Kesejajaran
Kesamaan bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat. Jika bentuk pertama menggunakan kata kerja (mengecat) bentuk
selanjutnya juga harus kata kerja (memperbaiki bukan perbaikan, memasang
bukan pemasangan)
|
Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, memperbaiki
saluran air, dan memasang kabel.
|
6.
|
Di Yayasan itu dipelajarkan berbagai Keterampilan
wanita
|
Kontaminasi/kerancuan
Pada kalimat tersebut terdapat bentuk
kata rancu yaitu dipelajarkan.
|
a. Di
yayasan itu, diajarkan berbagai Keterampilan wanita
b. Di
yayasan itu, dipelajari berbagai Keterampilan wanita.
|
7.
|
Sebelum ke
kamar mandi, Mirta meminta ijin pada gurunya.
|
Ketidakbakuan
Pada kalimat tersebut ada kata tidak
baku yaitu ijin yang seharusnya izin.
|
Sebelum ke kamar mandi, Mirta meminta izin pada
gurunya.
|
8.
|
Kalau lulus ujian, maka Afniakan mengadakan
syukuran.
|
Kesalahan
konjungsi
Penggunaan konjungsi maka yang salah.
|
Kalau lulus ujian, Afni akan mengadakan syukuran.
|
Tes
ReplyDelete