PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017 BAHASA
INDONESIA SMP/MTs.
MENENTUKAN PERBAIKAN TANDA BACA
PADA KALIMAT
KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN
Kunci jawaban: A
Pembahasan
Soal di atas menanyakan perbaikan tanda baca pada teks. Jika
dikaitkan dengan kisi-kisi UN tahun 2017/2018 Bahasa Indonesia SMP/MTs, soal tersebut termasuk dalam ruang lingkup materi menyunting ejaan dan tanda baca level
kognitif penalaran. Kompetensi yang diuji
memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca.
Pemakaian
tanda baca dalam pedoman umum ejaan bahasa Indonesia. Dalam kalimat tersebut
seharusnya menggunakan tanda titik dua (:) dan tanda koma (,). Perbaikan tanda
baca pada kalimat tersebut adalah Pada
saat ujian setiap siswa wajib membawa alat tulis: pensil, pulpen, dan penghapus
(pilihan jawaban A).
RINGKASAN MATERI
PEMAKAIAN TANDA TITIK DUA (:) DAN
TANDA KOMA (,)
A.
PEMAKAIAN TANDA TITIK DUA (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian
atau penjelasan.
Misalnya:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara: Aulia Arimbi
c. Narasumber: Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir: "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Albaqarah: 2—5
Matius 2: 1—3
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian
atau penjelasan.
Misalnya:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara: Aulia Arimbi
c. Narasumber: Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir: "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Albaqarah: 2—5
Matius 2: 1—3
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
B. PEMAKAIAN TANDA KOMA (,)
1.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Telepon
seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku,
majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
Satu,
dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai sebelum kata
penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
(setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli kamera, tetapi
uang saya belum cukup.
Ini bukan milik saya, melainkan milik
ayah saya.
Dia membaca cerita pendek,
sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau diundang, saya akan dating.
Karena baik hati, dia mempunyai
banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas,
kita harus banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk
kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
Saya akan datang kalau diundang.
Dia mempunyai banyak teman karena
baik hati.
Kita harus banyak membaca buku agar
memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai.
Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak
kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Orang tuanya kurang mampu. Meskipun
demikian, anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum
dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang
dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, jalannya licin!
Nak, kapan selesai kuliahmu?
Siapa namamu, Dik?
Dia baik sekali, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata nenek saya, “Kita harus
berbagi dalam hidup ini.”
“Kita harus berbagi dalam hidup
ini,” kata nenek saya, “karena manusia adalah makhluk sosial.”
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau
kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
"Di mana Saudara
tinggal?" tanya Pak Lurah.
"Masuk ke dalam kelas sekarang!"
perintahnya.
“Wow, indahnya pantai ini!” seru
wisatawan itu.
7. Tanda koma dipakai di antara (a)
nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis
III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
Dekan Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang
8. Tanda koma dipakai untuk
memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik
Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik
Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tulalessy, D. dkk. 2005.
Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara
Beta.
9. Tanda koma dipakai di antara
bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata
Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi
Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa
Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara
nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, M.Hum.
Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A.
dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
11. Tanda koma dipakai sebelum
angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
12. Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Di daerah kami, Misalnya, masih
banyak bahan tambang yang belum diolah.
Semua siswa, baik laki-laki maupun
perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.
Soekarno, Presiden I RI, merupakan
salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
Pejabat yang bertanggung jawab,
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu
paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan
pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai
tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa melalui tes.
13. Tanda koma dapat dipakai di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah
baca/salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita
dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara, kami
ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Dalam pengembangan bahasa kita
dapat memanfaatkan bahasa daerah.
Atas perhatian Saudara kami ucapkan
terima kasih.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
Tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia)
post stamps
ReplyDeleteforever stamps
forever stamps