CONTOH RPP TEKS DRAMA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah/Satuan
Pendidikan :
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : XI/4
Pertemuan Ke : 11,12,13, dan 14
Alokasi Waktu : 4 Pertemuan (4 X 4 Jam Pelajaran x 45 menit)
Materi Pokok : Membuat Teks Drama
A. Kompetensi Inti
Tujuan pembelajaran sebagaimana
dinyatakan dalam kurikulum, berbentuk kompetensi yang terdiri atas (1)
kompetensi sikap spiritual, (2) kompetensi sikap sosial, (3) kompetensi pengetahuan pengetahuan, dan (4)
kompetensi keterampilan. Rumusan kompetensi sikap spiritual, “Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya”; kompetensi sikap sosial, “Menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai)santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yakni keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran
serta kebutuhan dan kondisi peserta
didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi
sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan digunakan
sebagai dasar bagi guru dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter peserta
didik lebih lanjut.
KI 1 Memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 2 Mengolah, menalar, menyaji,
dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
3.18 Mengidentifikasi
alur cerita, babak demi
babak,
dan konflik dalam drama yang
dibaca
atau ditonton.
4.18 Mempertunjukkan
salah satu tokoh
dalam
drama yang dibaca atau ditonton
secara
lisan.
|
·
Mendata
alur, konfliks, penokohan, dan hal yang menarik dalam drama yang dipentaskan.
·
Memerankan
salah satu tokoh dalam naskah drama
yang dibaca sesuai dengan watak tokoh tersebut.
·
Memberi
tanggapan, serta memperbaiki hasil kerja dalam diskusi kelas.
|
3.19 Menganalisis
isi dan kebahasaan drama
yang
dibaca atau ditonton.
4.19 Mendemonstrasikan
sebuah naskah
drama
dengan memerhatikan isi dan
kebahasaan.
|
·
Mengidentifikasi
isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton.
·
Merancang
pementasan dan mendemonstrasikan drama
sebagai seni pertunjukan dengan memperhatikan tata panggung, kostum,
tata musik, dan sebagainya.
·
Memberikan
tanggapan terhadap pementasan drama kelompok lain.
|
C. Materi Pembelajaran
Drama:
·
Alur dalam drama
·
Babak dalam drama
·
Konflik dalam drama
·
Penokohan dalam drama
Drama:
·
Isi dan kebahasaan drama
·
Persiapan mementaskan drama.
·
Pementasan drama
D. Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan: 4 X 10 menit
(Membangun Konteks)
1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri
anugerah Tuhan dan saling mendoakan.
2. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan
dengan pembelajaran sebelumnya.
3. Peserta didik menerima informasi dengan proaktif tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4. Peserta didik menerima informasi tenting hal-hal yang Akan
dipelajari dan dikuasai khususnya tentang pembelajaran teks drama.
|
|||||
Kegiatan Inti: 4 X 150 menit
(Menelaah Model) |
|||||
1. Peserta didik membaca 2 atau 3 teks
drama yang bertema sama.
2. Peserta didik mencermati struktur
teks dari 2 atau 3 teks drama yang telah dibacanya.
3. Peserta didik mencermati ciri
kebahasaan yang digunakan dalam teks drama.
4. Peserta didik mencermati isi pokok
dalam 2 atau 3 teks drama.
5. Peserta didik mengajukan pertanyaan
tentang variasi struktur teks dari 2
atau 3 teks drama.
6. Peserta didik mengajukan pertanyaan
tentang ciri kebahasaan yang digunakan dalam 2 atau 3 teks drama.
7. Peserta didik mengajukan pertanyaan
isi pokok dari 2 atau 3 teks drama.
8. Peserta
didik mengumpulkan informasi melalui telaah model teks
drama.
9. Peserta
didik melakukan klasifikasi dan deskripsi hubungan antarkomponen yang
ditemukan berdasarkan telaah model teks
(Mengkontruksi Terbimbimbing)
10. Peserta didik menyimpulkan struktur teks
drama.
11. Peserta didik menyimpulkan ciri
kebahasaan teks drama.
12. Peserta didik menyimpulkan isi pokok
dari 2 atau teks drama.
13. Peserta didik mempresentasikan hasil pengamatan
tentang struktur, ciri bahasa, dan isi pokok dari 2 atau 3 teks
drama.
|
|||||
14. Peserta didik mengerjakan latihan dan
tugas yang diberikan guru untuk mengembangkan kompetensi (seperti latihan
kata, kalimat, dan paragraf) yang sesuai dengan jenis teks drama:
a. latihan kosa kata teknis,
sinonim
b. latihan penulisan unsur
serapan
c. latihan pengembangan teks
drama
d. latihan pengembangan
kekohesian
15. Peserta
didik berdiskusi dengan teman sebangku atau berpasangan untuk menentukan
topik dan menyusun kerangka karangan. Latihan pengembangan topik dengan peta
pikiran (mindmap) atau jaring
laba-laba (spider-web) atau teknik
lain yang dapat digunakan.
(Mengkontruksi Mandiri) |
|||||
16.
Peserta didik menentukan topik teks drama dengan peta pikiran (mindmap) atau jaring laba-laba (spider-web).
17. Peserta
didik menyusun kerangka teks drama.
18. Peserta
didik mengumpulkan informasi yang sesuai dengan topik yang telah dipilih.
19. Peserta
didik menyusun teks drama berdasarkan kerangka yang telah disusun dengan
memperhatikan struktur teks, ciri kebahasaan, dan EBI.
20. Peserta
didik mempresentasikan teks drama yang telah disusun.
21.
Peserta didik menanggapi teks drama.
22. Peserta didik merevisi teks drama berdasarkan
masukan dari teman.
23. Peserta didik memasukkan lembar coretan
kerja dan semua draf hingga draf final ke bendel
portofolio masing-masing.
|
|||||
Penutup: 4 X 20 menit
|
|||||
1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Peserta didik melaksanakan penilaian pembelajaran yang diberikan pendidik.
3. Peserta didik saling memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran
yang telah dicapai.
4. Pendidik menutup
pembelajaran dengan ucapan salam
|
|||||
E. Penilaian
KD dan Indikator (KD-3: Pengetahuan)
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
3.18 Mengidentifikasi
alur cerita, babak demi
babak,
dan konflik dalam drama yang
dibaca
atau ditonton.
3.19 Menganalisis
isi dan kebahasaan drama
yang
dibaca atau ditonton.
|
·
Mendata
alur, konfliks, penokohan, dan hal yang menarik dalam drama yang dipentaskan.
·
Mengidentifikasi
isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton.
|
Penilain Proses
|
Penilaian Hasil
|
Penilaian proses aspek pengetahuan dapat dilakukan sejak
kegiatan menelaah Model dan mengonstruksi terbimbing.
Catatan terhadap peserta didik pada kegiatan tersebut
dapat dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran: ketekunan,
kerja sama, semangat, ketelitian, kerapihan, kebersihan, keseriusan.
|
Jenis : Tulis
Bentuk : Uraian
Contoh instrumen:
a. Tuliskanlah alur teks drama yang Anda baca!
b. Tuliskanlah konflik dalam teks drama yang Anda baca!
c. Tuliskanlah
penokohan dalam teks drama yang Anda
baca!
d. Tuliskanlah
hal yang menarik dalam teks drama yang
Anda baca!
|
KD dan Indikator (KD-4: Keterampilan)
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
4.18 Mempertunjukkan
salah satu tokoh
dalam
drama yang dibaca atau ditonton
secara
lisan.
4.19 Mendemonstrasikan
sebuah naskah
drama
dengan memerhatikan isi dan
kebahasaan.
|
·
Memerankan
salah satu tokoh dalam naskah drama
yang dibaca sesuai dengan watak tokoh tersebut.
·
Memberi tanggapan, serta memperbaiki
hasil
kerja dalam diskusi kelas.
·
Merancang pementasan dan
mendemonstrasikan drama sebagai seni
pertunjukan
dengan memperhatikan tata
panggung,
kostum, tata musik, dan
sebagainya.
·
Memberikan tanggapan terhadap
pementasan
drama kelompok lain.
|
Penilain Proses
|
Penilaian Hasil
|
Penilaian proses aspek pengetahuan dapat dilakukan sejak
kegiatan Mengonstruksi Terbimbing dan Mengonstruksi Mandiri.
Catatan terhadap peserta didik pada kegiatan tersebut
dapat dijadikan penilaian sikap selama mengikuti pembelajaran dan mengerjakan
tugas (bendel portofolio): ketekunan, kerjasama, semangat, ketelitian,
kerapihan, kebersihan, keseriusan.
|
Jenis :
Menulis
Bentuk: Uraian
Contoh Instrumen
Susunlah
teks skenareo drama berdasarkan
teks drama yang Anada dengan
memerhatikan hal di bawah ini!
a. Tentukan
topik teks skenareo drama!
b. Buatlah
kerangka sesuai dengan struktur teks
skenareo
drama!
c. Kembangkan
kerangka tersebut menjadi teks
skenareo
drama dengan memerhatikan struktur
teks, ciri
kebahasaan,
dan EBI!
|
Portofolio
Khusus untuk kompetensi
menulis, penilaian meliputi proses dan produk yang tercakup dalam penilaian
portofolio. Dokumen portofolio berisi:
(a) draf final (produk) berbobot 40%;
(b) bukti draf sedikitnya 3 draf berbobot 25%;
(c) bukti catatan tentang apa yang akan ditulis
dan sumber penulisan berbobot 10%; dan
(d) catatan reflektif berbobot 25%.
Sikap
Penilaian sikap
dilakukan selama proses pembelajaran atau di luar pembelajaran dengan melalui
observasi dengan mengisi jurnal.
Contoh format
dan pengisian lembar pengamatan guru mata pelajaran
Nama Satuan pendidikan :
Tahun pelajaran :
Kelas/Semester :
Mata Pelajaran :
Bahasa dan Sastra Indonesia
No.
|
Waktu
|
Nama
|
Kejadian/ Perilaku
|
Butir sikap
|
Positif/ Negatif
|
Tindak Lanjut
|
1.
|
1 Mei 2018
|
Karimah
|
Memainkan HP ketika
berdiskusi tentang struktur teks drama.
|
disiplin
|
-
|
Dipanggil dan disuruh
menganalisis teks drama yang lain
|
2.
|
2 Mei
2018
|
Asih
|
Mengerjakan tugas dengan serius,
tepat waktu, dan hasilnya sangat baik
|
Tanggung jawab
|
+
|
Diberi pujian atau apresiasi
|
Pedoman Penskoran
a. Pengetahuan
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
1
|
a.
Peserta
didik menuliskan alur teks drama dengan sangat tepat
|
4
|
b. Peserta
didik menuliskan alur teks drama dengan tepat
|
3
|
|
c. Peserta
didik menuliskan alur teks drama dengan kurang tepat
|
2
|
|
d. Peserta
didik menuliskan alur teks drama dengan tidak tepat
|
1
|
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
2
|
a.
Peserta
didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan sangat tepat
|
4
|
b. Peserta
didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan tepat
|
3
|
|
c. Peserta
didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan kurang tepat
|
2
|
|
d. Peserta
didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan tidak tepat
|
1
|
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
|
3
|
a. Peserta didik munuliskan penokohan
dalam teks drama dengan sangat tepat
|
4
|
|
b. Peserta
didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan tepat
|
3
|
||
c. Peserta
didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan kurang tepat
|
2
|
||
d. Peserta
didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan tidak tepat
|
1
|
||
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
|
4
|
a.
Peserta
didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan sangat
tepat
|
4
|
|
b.
Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan tepat
|
3
|
||
c.
Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan kurang tepat
|
2
|
||
d.
Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan tidak tepat
|
1
|
||
Keterangan
Nilai = Perolehan skor
Jumlah soal
Contoh
Nilai = 10 x 100 = 83,33
Nilai = 10 x 100 = 83,33
12
b.
Keterampilan
Bait
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
1
|
a. Peserta didik menentukan topik skenareo teks drama sangat sesuai isi teks
|
4
|
b. Peserta didik menentukan topik skenareo teks drama sesuai isi teks
|
3
|
|
c. Peserta didik menentukan topik skenareo teks drama kurang sesuai isi teks
|
2
|
|
d. Peserta didik menentukan topik skenareo teks drama tidak sesuai isi teks
|
1
|
|
2
|
a.
Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama sangat lengkap dan sangat sesuai dengan topik
|
4
|
b.
Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama lengkap dan sesuai dengan topik
|
3
|
|
c.
Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama kurang lengkap dan kurang dengan topik
|
2
|
|
d.
Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama tidak lengkap dan tidak sesuai isi teks
|
1
|
|
3
|
a. Peserta
didik menulis skenareo teks drama sangat sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
|
4
|
b. Peserta
didik menulis skenareo teks drama sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
|
3
|
|
c. Peserta
didik menulis skenareo teks drama kurang sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
|
2
|
|
d. Peserta
didik menulis skenareo teks drama tidak sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
|
1
|
Nilai = Perolehan skor
Jumlah kreteria/soal
Contoh:
Nilai = 11
x 100 = 91,66
12
12
6.
Pendukung Pembelajaran (Alat, Media, Bahan, Sumber)
1. Penyajian komputer
(laptop) dengan program powerpoint.
2. Bahan ajar otentik teks drama (hasil penelitian atau media massa).
3. Buku teks dan buku ensiklopedia.
4. Teks/buku skenareo drama perpustakaan sekolah.
5. Internet.
Mengetahui, ....................., .........
Kepala................ Guru Mata Pelajaran,
............. ..............
LAMPIRAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKS DRAMA
Kompetensi Dasar
Pengetahuan
|
Keterampilan
|
3.18
Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton
|
4.18
Mempertunjukkan salah satu tokoh dalam drama yang dibaca atau ditonton
secara lisan
|
3.19 Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca
atau ditonton
|
4.19 Mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan
memerhatikan isi dan kebahasaan
|
A.
Contoh Teks
Drama
Mengapa Kau Culik Anakku
Karya Seno Gumira Aji Darma
BABAK PERTAMA
Jam Westminter
berdentang 10 kali
Dari jendela
tampak bulan separuh
SEGALANYA HITAM
DI PANGGUNG ITU. LANTAI HITAM, LAYAR HITAM, SEGALANYA HITAM – BAHKAN JUGA MEJA
DAN KURSI. SEGALANYA MEMANG HITAM, TAPI DUA SOROT LAMPU PUTIH MASING-MASING
MENERANGI BAPAK DAN IBU. MEREKA SUDAH BERUSIA PARUH BAYA, SEKITAR 50 AN. BAPAK
MENGENAKAN KAOS OBLONG PUTIH DAN SARUNG. IBU MENGENAKAN KAIN DAN KEBAYA
SUMATERA.
BAPAK BERSANDAL
KULIT SILANG, IBU BERSELOP TUTUP. BAPAK MENONTON TV. IBU MEMBACA BUKU. BAPAK
MEMENCET REMOTE KONTROL. BERDECAK-DECAK SEBAL, LANTAS MEMATIKANNYA. SUASANA
SEPI.
MUSIK BLUES
FADE IN. LAMPU MEREDUP. BAPAK MELAMUN. IBU MASIH MEMBACA. MUSIK BLUES FADE OUT.
LAMPU TERANG.
BAPAK :Bu….
IBU :Ya….
BAPAK :Baca buku apa sih?
IBU :(Sambil membaca sampulnya) Oh,
ini buku baru: Cara Melawan Teror
BAPAK :Apa katanya?
IBU :Baru juga mulai baca. Belum
tahu isinya. Habis diajak ngomong terus sih!
BAPAK :Yah, di sampul belakang kana da
kecapnya.
IBU : (Melihat sampul belakang)
Apa ya katanya?(Membaca) Buku ini perlu dibaca penduduk Negara-negara yang akan
hancur, karena dalam masyarakat seperti itu kendali hukum sangat mengendor,
tatanan nilai kabur, sehingga melahirkan anarki. Setiap orang berbuat seenak
perutnya sendiri dan memaksakan kehendaknya dengan teror . itulah gunanya buku
ini: Cara Melawan Teror. Perlu dibaca oleh mahasiswa, aktifis, wartawan,
penasehat hukum dan berbagai profesi yang rawan terror. Buku ini juga berguna
bagi siapa saja yang merasa perlu lebih siap melawan teror.
BAPAK :Untuk apa kamu baca itu?
IBU :Lho, bapak ini bagaimana sih?
BAPAK :Bagaimana apa?
IBU :Baru setahun kok sudah
berusaha lupa.
BAPAK :Apa?
IBU :Keterlaluan
BAPAK :Ada hubungannya dengan buku itu?
IBU :Ya jelas dong!
BAPAK :Ca-ra-me-la-wan-te-ror. Apa yang
kulupakan ya?
IBU :Pikir sendiri
BAPAK :Aku malah inget yang lain.
IBU :Apa?
BAPAK :Buku itu menyatakan seolah-olah
Negara kita sudah hancur.
IBU :Memang sudah hancur,
bagaimana!
BAPAK :Begitu ya bu?
IBU :Wah, aku nggak mau jadi
analis politik amatiran. Bapak saja yang ngomong.
BAPAK :Aku juga sebetulnya tidak tahu
apa-apa, bu!
IBU :Tapi yang satu itu tidak
boleh lupa.
BAPAK :Apa?
IBU : (Hanya melihat ke arah
Bapak)
BAPAK :Tidak boleh lupa?
IBU :Tidak boleh.
BAPAK :Kalau lupa?
IBU :Kalau bapak lupa, artinya
sengaja melupakannya. Itu juga berarti bapak ikut berdosa.
BAPAK :Waduh, menyangkut dosa lagi! Gawat
sekali rupanya. Aku paling malas
berdosa.
IBU :Paling malas berdosa!?
BAPAK :Iya.
IBU :Ah, yang bener….
BAPAK :Iya! Kamu tidak percaya?
IBU :Kayaknya bapak selalu lupa
deh dengan dosa-dosa bapak yang terbesar. Toh semua itu aku bisa maafkan. Tapi
tidak untuk yang satu ini.
BAPAK :Aneh. Aku bisa lupa dosa-dosaku.
Tapi yang satu ini tidak boleh lupa. Kalau
lupa, itulah dosa yang terbesar.
IBU :Makanya, jangan berlagak
pikun
BAPAK :Jadi, apa?
IBU :Lho!
BAPAK :Aduh! Manusia itu kan pelupa Bu!
Masa aku tidak boleh lupa!?
IBU :Yah, manusia pelupa, manusia
cepat lupa, apalagi yang menyangkut dosa.
BAPAK :Gawat-gawat sekali. Apa yang
kulupakan selama ini?
IBU :Oalah pak, pak. Kita memang
tidak pernah membicarakannya selama ini. Tapi itu tidak berarti kita boleh
melupakannya.
BAPAK :Wah, apa ya? Kamu bilang tadi, ada
hubungannya dengan cara melawan teror
IBU :Sebetulnya bapak inget.
BAPAK :Tidak. Aku sungguh-sungguh lupa.
IBU :Gawat.
BAPAK :Apa ya? Kenapa begitu gawat?
IBU :Karena melupakannya adalah
dosa besar.
BAPAK :Kita harus mengingatnya?
IBU :Ya.
BAPAK :Kita harus membicarakannya?
IBU :Ya. Kalau perlu sengaja
memperingatinya.
BAPAK :Tidak mikul dhuwur mendem jero?
Melupakan yang buruk mengingat yang baik?
IBU :Nggak usah!
BAPAK :Waduh! Gawat!
IBU :Kenapa?
BAPAK :Aku tidak ingat
IBU :Jadi, semuanya ini ada
hubungannya dengan terror!
BAPAK :Terror!
IBU :Ya! Terror!
BAPAK :Te-ror….
IBU :Ya. Te-ror….
BAPAK :Te-ror-te-ror-te-ror….hmmm….
IBU : (Melihat dengan wajah kesal)
BAPAK :Aku belum ingat apa yang ada
hubungannya dengan kita. Tapi kalau mendengar kata itu, aku jadi ingat apa yang
terjadi pada zaman geger-gegeran dulu itu.
IBU :Itu juga belum lama.
BAPAK :Tapi semua orang sudah lupa.
IBU :Pura-pura lupa.
BAPAK :Buku sejarah saja tidak mencatatnya.
IBU :Itu dia. Dosa orang lain
dicatat besar-besaran. Dosa sendiri menguap entah kemana.
BAPAK :Hmmm. Rumit ya Bu?
IBU :(Berdiri, berjalan ke jendela)
Sebetulnya tidak. Semuanya jelas. Siapa yang bisa melupakannya? Aku
masih kecil waktu itu. Malam-malam semua orang berkumpul. Mereka membawa golok,
clurit, pentungan dan entah apa lagi. Mereka mengepung rumah itu selepas tengah
malam. Mereka berteriak-teriak, karena yang dicarinya naik ke atas genteng. Orang
itu lari dari atap satu keatap lainnya seperti musang. Kadang-kadang dia jatuh,
merosot. Orang-orang mengejarnya juga seperti nengejar musang. Aku masih inget
suara gedebugan di atas genteng itu. Orang-orang mengejar dari gang ke gang,
suaranya juga gedebukan. Mereka berteriak-teriak sambil mengacungkan parang.
Orang itu lari. Terpeleset, hamper jatuh ke bawah, merayap lagi. Sampai semua
tempat terkepung. Orang itu terkurung….
BAPAK :Sudahlah bu! Sudah lebih dari tiga
puluh tahun.
IBU :Aku tidak bisa lupa. Bukan
hanya karena kejadian yang dialami orang itu, tapi apa yang dialami
keluarganya. Dia punya anak, punya istri, punya ibu. Semua melihat dia dikejar
seperti musang. Melihat dengan mata kepala sendiri orang itu merosot dari atas
genteng ketika terpeleset dan tidak ada lagi yang bisa dipegang. Orang-orang di
bawah menunggunya dengan parang.
BAPAK :Bu!
IBU :Orang-orang itu menghabisinya
seperti menghabisi seekor musang. Orang itu digorok seperti binatang. Ibu
menutupi mataku. Tapi aku tidak bisa melupakan sinar matanya yang ketakutan.
Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang mengayunkan linggisnya dengan hati
riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana perasaan anaknya
mendengar jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri mendengar jeritan
suaminya? Bagaimana perasaan ibu mendengar jeritan anaknya? Apa bapak yakin
setelah tiga puluh tahun lebih mereka bisa melupakannya? Mereka mungkin ingin lupa.
Tapi apa bisa? Politik itu apa sih, kok pakai menyembelih orang segala?
BAPAK :Untuk apa kamu mengingat-ingat ini
semua?
IBU :Itulah pertanyaanku juga.
Untuk apa? Tapi aku tidak sengaja mengingat-ingat. Aku ingat begitu saja.
Kenangan itu menempel seperti lintah. Dia lewat seperti kenangan.
BAPAK :Kenangan buruk.
IBU :Mimpi buruk
BAPAK :Sejarah
IBU :Itulah dia pak. Sejarah.
Sejarah itu ada. Hidup terus sampai hari ini.
BAPAK :Waktu
IBU :Waktu itu aku tidak tahu
kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah. Ketika sampai di kelas, aku Cuma
mencium bau amis darah. Darah orang-orang yang disiksa menyiprat di tembok,
papan tulis dan bangku-bangku. Di mana-mana orang bergerombol,
berteriak-teriak, mencari orang-orang yang diburu.
BAPAK :Waktu
IBU :Begitu buruk. Begitu
mengerikan. Tapi mengapa kita sekarang mengulanginya?
BAPAK :Satria!
IBU :Itulah. Bapak ini belum
begitu tua kok sudah berusaha pikun. Tidak baik begitu pak. Kalau kita
melupakan kekejaman, kita akan mengulanginya.
BAPAK :Aku Cuma ingat bagaimana orang-orang
menjauh ketika semua itu menimpa kita. Orang yang malang malah dijauhi. Ada
yang bilang. “Sorri aku baru menelpon sekarang, ini pun dari telepon umum,
karena aku takut teleponku disadap, aku harap semuanya baik-baik saja. Sorry,
aku takut, aku punya anak kecil soalnya” hmmmh. Saudara-saudara menjauhi
semuanya. Takut, seperti kita ini punya penyakit sampar.
IBU Habis begitu memang begitu
caranya menilai. Pikiran kok dianggap menyatu dengan darah.
BAPAK :Cara berpikir apa itu ya?
IBU :Cara
berpikir orang bego!
BAPAK :Bego tapi berkuasa.
IBU :Begitu
berkuasanya sehingga merasa berhak menguasai pikiran, dan sangat tersinggung
kalau orang berpikir lain.
BAPAK :Sangat tersinggung.
IBU :Sangat tersinggung. Maka
mengamuklah dengan pentungan, penangkapan,penculikan dan penganiayaan.
BAPAK :Kekuasaan yang kerdil.
IBU :Kerdil.
BAPAK :Kerdil.
TELEPON
BERDERING. BAPAK MENGANGKAT TELEPON
BAPAK :Hallo! Ya? Salah! Salah sambung! Ini
Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak apa-apa. Selamat malam.
IBU :Terror lagi?
BAPAK :Bukan. Memang salah sambung.
IBU :Dulu Satria sering diteror
lewat telepon
BAPAK :Ya, aku tahu. Aku juga sering
diteror, dikira Satria.
IBU :(setelah jeda) Ah, Satria.
Satria….
LAMPU MEREDUP
B.
Pengertian Teks
Drama
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama
diartikan sebagai syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan watak
melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau
kisah yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan
teater. Di samping itu drama dapat didefinisikan sebagai seni yang menggarap
lakon-lakon mulai sejak penulisannya hingga pementasannya yang membutuhkan
ruang, waktu, dan khalayak. Pengertian drama juga dapat dibedakan menjadi dua.Pertama, drama sebagai text play
atau naskah karya sastra milik pribadi, yaitu naskah bacaan milik penulis drama
yang masih membutuhkan pembaca dan
perlu digarap yang
baik dan teliti
jika ingin dipentaskan. Kedua, drama sebagai teater atau pementasan adalah seni kolektif
atau pertunjukan yang siap dipentaskan sehingga berfungsi sebagai tontonan
pertunjukan.
C.
Ciri-ciri Teks
Drama
1.
Fungsi
Teks drama
berfungsi untuk menghibur. Hal tersebut selaras dengan definisi drama yang pada
akhirnya teks tersebut akan dipentaskan. Salah satu contoh drama yang berfungsi menghibur adalah Cinta
Brontosaurus karya Raditya Dika. Selain
itu drama dapat juga berfungsi untuk kritik sosial, misalnya mengkritik
kebijakan pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat dalam drama berjudul Mengapa
Kau Culik Anakku karya Seno Gumira Ajidarma
2.
Struktur
3.
Prolog adalah kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang
cerita, yang biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu. Pada teks
drama di atas prolog dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
MUSIK BLUES
FADE IN. LAMPU MEREDUP. BAPAK MELAMUN. IBU MASIH MEMBACA. MUSIK BLUES FADE OUT.
LAMPU TERANG.
a.
Dialog
·
Orientasi
sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para
tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan konflik yang akan
dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan
resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu. Pada teks drama di atas orientasi
dapat dilihat pada dialog
BAPAK :Bu….
IBU :Ya….
BAPAK :Baca buku apa sih?
IBU :(Sambil membaca sampulnya) Oh,
ini buku baru: Cara Melawan Teror
·
Komplikasi atau
bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama
menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman
dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.
BAPAK :Sudahlah bu! Sudah lebih dari tiga
puluh tahun.
IBU :Aku
tidak bisa lupa. Bukan hanya karena kejadian yang dialami orang itu, tapi apa
yang dialami keluarganya. Dia punya anak, punya istri, punya ibu. Semua melihat
dia dikejar seperti musang. Melihat dengan mata kepala sendiri orang itu
merosot dari atas genteng ketika terpeleset dan tidak ada lagi yang bisa
dipegang. Orang-orang di bawah menunggunya dengan parang.
BAPAK :Bu!
IBU :Orang-orang
itu menghabisinya seperti menghabisi seekor musang. Orang itu digorok seperti
binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi aku tidak bisa melupakan sinar matanya yang
ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang mengayunkan linggisnya
dengan hati riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana perasaan
anaknya mendengar jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri mendengar jeritan
suaminya? Bagaimana perasaan ibu mendengar jeritan anaknya? Apa bapak yakin setelah
tiga puluh tahun lebih mereka bisa melupakannya? Mereka mungkin ingin lupa.
Tapi apa bisa? Politik itu apa sih, kok pakai menyembelih orang segala?
·
Resolusi atau
denouement hendaklah muncul secara logis dari apa- apa yang telah mendahuluinya
di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi,
biasanya disebut klimaks (turning point). Pada klimaks itulah terjadi perubahan
penting mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita
tergantung pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.
TELEPON BERDERING. BAPAK MENGANGKAT
TELEPON
BAPAK :Hallo! Ya? Salah! Salah sambung!
Ini Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak apa-apa. Selamat malam.
b.
Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi kesimpulan atapun amanat tentang isi keseluruhan dialog. Bagian ini
pun biasanya disampaikan oleh dalam atau tokoh tertentu.
4.
Kebahasaan
Drama merupakan karya fiksi
yang dinyatakan dalam bentuk dialog.
Oleh karena itu, kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir
semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Adapun kalimat- kalimat tidak langsung ada
pula pada bagian prolog dan epilognya. Drama pun menggunakan kata ganti orang
ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku
(tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.
Lain halnya dengan bagian
dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga
digunakan kata-kata sapaan. Seperti yang tampak pada contoh teks drama di atas
bahwa kata-kata ganti yang dimaksud adalah aku, kita, Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari,
dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti
oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang
tidak baku dan juga tidak lepas dari
kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan.
Selain itu,
teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.
1.
Banyak
menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu,
mula-mula, kemudian.
2.
Banyak
menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti
menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.
3.
Banyak
menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh. Contoh: merasakan,
menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami
4.
Menggunakan
kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggabarkan tokoh, tempat, atau
suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.
D. Prosedur Pembelajaran
1.
Mengidentifikasi
Alur Drama
Alur dalam drama merupakan bagian dari struktur komplikasi.Pada
sruktur komplikasi inilah muncul permasalahan, konflik yang akhirnya
memunculkan perumitan masalah (klimaks) yang nantinya akan menuju peleraian
pada sruktur resolusi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengidetifikasi drama
·
Membaca dan mencermati
teks drama Mengapa Kau Culik Anakku?
a.
Mengidentifikasi
permasalahan yang terdapat pada teks drama tersebut. Permasalahan dapat
ditemukan pada kutipan berikut.
BAPAK :Untuk apa kamu baca itu?
IBU :Lho, bapak ini bagaimana sih?
BAPAK :Bagaimana apa?
IBU :Baru setahun kok sudah
berusaha lupa.
b.
Mengidentifikasi konflik yang ada pada teks drama tersebut.
Konflik
dapat ditemukan pada kutipan berikut .
IBU :Gawat.
BAPAK :Apa ya?
Kenapa begitu gawat?
IBU :Karena
melupakannya adalah dosa besar.
c.
Mengidentifikasi klimaks permasalahan (perumitan) yang terdapat
pada teks drama tersebut.
Klimaks (perumitan) terdapat pada kutipan berikut.
BAPAK :Bu!
IBU :Orang-orang
itu menghabisinya seperti menghabisi seekor musang. Orang itu digorok seperti
binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi aku tidak bisa melupakan sinar matanya yang
ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang mengayunkan linggisnya
dengan hati riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana perasaan
anaknya mendengar jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri mendengar jeritan
suaminya? Bagaimana perasaan ibu mendengar jeritan anaknya? Apa bapak yakin
setelah tiga puluh tahun lebih mereka bisa melupakannya? Mereka mungkin ingin
lupa. Tapi apa bisa? Politik itu apa sih, kok pakai menyembelih orang segala?
2.
Mempertunjukkan
tokoh dalam kutipan drama
BAPAK
:Cara berpikir apa itu ya?
IBU :Cara berpikir orang bego!
BAPAK :Bego tapi
berkuasa.
IBU :Begitu
berkuasanya sehingga merasa berhak menguasai
pikiran, dan sangat tersinggung
kalau orang berpikir lain.
Lafal yang diucapkan pada saat memerankan tokoh Ibu harus jelas
pada saat mengucapkan kata pikiran
dan berpikir sangat penting untuk diperhatiakan karena berkaitan dengan kejelasan makna suatu
kata. Berdasarkan contoh tersebut lafal
adalah cara seseorang dalam mengucapkan kata atau bunyi bahasa.
Intonasi yang digunakan pada kalimat Bego tapi berkuasa.adalah
intonasi dengan maksud kekecewaan. Berdasarkan contoh tersebut Intonasi adalah
naik turunnya lagu kalimat. Kalimat berita, perintah, dan kalimat tanya harus
menggunakan intonasi yang berbeda.
Nada/tekanan yang digunakan pada
kalimat Cara berpikir apa itu ya?
Adalah nada tinggi karena merupakan kalimat tanya. Berdasarkan contoh tersebut
Nada/tekanan adalah kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat
Ekspresi
yang muncul pada kalimat Bego tapi
berkuasa adalah ekspresi kekecewaan dan
kekesalan. Ekspresi yang muncul ketika berdialog itulah yang disebut mimik.
Berdasarkan uraian tersebut mimik adalah ekspresi atau raut muka yang
menggambarkan suatu emosi: sedih, gembira, kecewa, takut, dan sebagainya. Mimik
berperan dalam memperjelas suatu maksud tuturan. Gerak-gerik adalah berbagai
gerak pada anggota badan atautinggah laku seseorang dalam menyatakan maksud
tertentu. Bentuknya, misalnya, anggukan kepala, menggit jari.
3.
Menganalisis
isi dan kebahasaan drama
a.
Menganalisis
isi drama
Bercerita tentang apakah drama “Mengapa
Kau Culik anakku” karya Seno Gumira Ajidarma di atas? Jawaban atas pertanyaan
tersebut mengarah pada isi atau tema drama tersebut. Adapun yang dimaksud
dengan tema adalah gagasan umum dalam suatu drama yang disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca atau penonton. Tema juga dapat diartikan sebagai inti
atau ide dasar sebuah drama. Dari ide dasar itulah kemudian drama itu
terbangun. Tema merupakan pangkal tolak
pengarang atau sutradara dalam merangkai
cerita yang diciptakannya.
Jika menilik dari penggalan teks drama
Mengapa Kau Culik Anakku berikut ini akan nampak terlihat isi drama tersebut.
BAPAK :Yah, di sampul
belakang kana da kecapnya.
IBU : (Melihat sampul belakang) Apa ya
katanya?(Membaca) Buku ini perlu dibaca penduduk negara-negara yang akan hancur, karena dalam
masyarakat seperti itu kendali hukum sangat mengendor, tatanan nilai kabur, sehingga
melahirkan anarki. Setiap orang berbuat seenak perutnya sendiri dan memaksakan
kehendaknya dengan teror . itulah gunanya buku ini: Cara Melawan Teror. Perlu
dibaca oleh mahasiswa, aktifis, wartawan, penasehat hukum dan berbagai profesi
yang rawan terror. Buku ini juga berguna bagi siapa saja yang merasa perlu
lebih siap melawan terror.
Berdasarkan penggalan teks drama tersebut terlihat pada kalimat Buku
ini perlu dibaca penduduk negara-negara
yang akan hancur, karena dalam masyarakat seperti itu kendali hukum sangat
mengendor, tatanan nilai kabur, sehingga melahirkan anarki. Dari pernyataan
tersebut dapat dianalisis bahwa drama
tersebut mengangkat tema politik. Teks drama tersebut menceritakan keadaan
politik dan peristiwa kekerasan yang terjadi pada tahun 1965 dan seterusnya
dimana tidak ada kejelasan sampai saat ini. Dan sampai saat ini pun politik
negara ini masih carut marut.
b.
Manganalisis Aspek Kebahasaan
Langkah-langkah
menganalisis aspek kebahasaan
Untuk lebih
jelasnya cermati dan perhatikan penggalan teks drama Mengapa Kau Culik
Anakku berikut in
BAPAK :Bu….
IBU :Ya….
BAPAK :Baca buku apa sih?
IBU :(Sambil
membaca sampulnya) Oh, ini buku baru: Cara Melawan Teror
BAPAK :Apa katanya?
IBU :Baru
juga mulai baca. Belum tahu isinya. Habis diajak ngomong terus sih!
BAPAK :Yah, di sampul belakang kana da
kecapnya.
Aspek kebahasaan yang terdapat pada
penggalan drama tersebut
No
|
Aspek Kebahasaan
|
Contoh kalimat
|
1
|
Kalimat tanya
|
Buku baca apa sih?
|
2
|
Percakapan sehari-hari
|
Oh, ini buku baru
|
3
|
Petunjuk laku
|
(Sambil membaca sampulnya)
|
4
|
Kalimat langsung
|
Yah, di sampul belakang kena da kecapnya.
|
5
|
Kata sapaan
|
Bu...
|
Aspek kebahasaan yang lain dapat
dicermati pada penggalan berikut ini
BAPAK :Kita harus
membicarakannya?
BU :Ya.
Kalau perlu sengaja memperingatinya.
BAPAK :Tidak mikul
dhuwur mendem jero? Melupakan yang buruk mengingat yang baik?
IBU :Nggak usah!
BAPAK :Waduh! Gawat!
Aspek kebahasaan yang
terdapat pada penggalan tersebut
No
|
Aspek Kebahasaan
|
Contoh
|
1
|
Kata Ganti
|
Kita harus membicarakannya?
|
2
|
Kata Kerja Mental (Menyatakan sesuatu yang
dipikirkan)
|
Melupakan yang buruk mengingat yang baik?
|
3
|
Kalimat Seru
|
Nggak usah!
|
Selain aspek kebahasaan yang telah di sebutkan di atas, masih ada
aspek kebahasaan yang lain, dapat dicermati pada penggalan teks drama berikut
ini!
IBU :Waktu
itu aku tidak tahu kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah. Ketika
sampai di kelas, aku Cuma mencium bau amis darah. Darah orang-orang yang
disiksa menyiprat di tembok, papan tulis dan bangku-bangku. Di mana-mana orang
bergerombol, berteriak-teriak, mencari orang-orang yang diburu.
BAPAK :Waktu
IBU :Begitu buruk.
Begitu mengerikan. Tapi mengapa kita sekarang mengulanginya?
BAPAK :Satria!
Aspek kebahasaan yang terdapat pada
penggalan tersebut
No
|
Aspek Kebahasaan
|
Contok
|
1
|
Konjungsi keterangan waktu
|
Waktu itu aku tidak tahu kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah. Ketika
sampai di kelas, aku Cuma mencium bau amis darah.
|
2
|
Kata sifat
|
Begitu buruk. Begitu mengerikan.
|
Analisis kebahasaan teks drama yang terdapat pada Mengapa Kau Culik
Anakku adalah kalimat tanya, kalimat
percakapan sehari-hari, petunjuk laku, kalimat langsung, kata sapaan,kata
ganti, kata kerja mental, kalimat seru, konjungsi keterangan waktu dan kata
sifat.
4.
Mendomenstrasikan
Drama
Mementaskan drama
adalah mengaktualisasikan segala hal yang ada di dalam naskah drama ke dalam
lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang dominan dalam memerankan drama ialah
dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan
perpindahan letak pemain.
Paad saat
melakukan dialog maupun monolog, aspek-aspek suprasegmental (lafal, intonasi,
nada atau tekanan dan mimik) memiliki peranan sangat penting. Lafal yang jelas,
intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/
pesan. Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang dilakukan adalah membaca
dan memahami naskah drama.
(Endah
Nurshinta)
BACA JUGA
RPP DAN MATERI PEMBELAJARAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN
2017/2018
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI (SMA/SMK)
1.
RPP TEKS PROPOSAL (KD 3.12, 4.12, 3.13, 4.13)
2.
RPP TEKS KARYA ILMIAH (KD 3.14, 4.14, 3.15,
4.15)
3.
RPP TEKS RESENSI (KD 3.16, 4.16, 3.17, 4.17)
4.
RPP TEKS DRAMA (KD 3.18, 4.18, 3.19, 4.19)
5.
RPP TEKS ULASAN BUKU FIKSI (KD 3.20, 4.20)
0 komentar:
Post a Comment