03 December 2017

UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL

PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017 BAHASA INDONESIA SMK/MAK
MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK NOVEL
KUNCI JAWABAN DAN PEMBAHASAN
Kunci jawaban: D
Pembahasan
Soal tersebut menanyakan unsur intrisik dari suatu teks novel. Jika dikaitkan dengan kisi-kisi UN 2017/2018, soal tersebut termasuk ke dalam ruang lingkup materi membaca sastra level kognitif pengetahuan dan pemahaman. Kompetensi yang diuji yaitu menentukan bagian novel. 
Unsur intrinsik yang dominan dalam kutipan novel tersebut adalah penokohan. Isi kutipan tersebut yaitu mengenalkan tokoh aku dan kakakku. Tokoh aku dan kakakku selalu berbeda pendapat. Tokoh aku memiliki watak suka mengalah. 
RINGKASAN MATERI
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL

A.  Pengertian Novel
Novel sebenarnya merupakan salah satu jenis fiksi. Novel dan cerita pendek merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi juga berlaku untuk novel (Burhan Nurgiantoro, 1995: 9).
Herman J. Waluyo (2002: 37) mengemukakan bahwa novel mempunyai ciri: (1) ada perubahan nasib dari tokoh cerita; (2) ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya; (3) biasanya tokoh utama tidak sampai meninggal. Pengertian novel, Herman J. Waluyo (2009: 8) menyatakan pendapatnya bahwa secara etimilogis, kata  novel berasal dari kata novellus yang berarti ‘baru’. Jadi, sebenarnya memang novel adalah bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru. Berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel atau cerita rekaan adalah satu genre sastra yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun sebagai sebuah struktur yang secara fungsional memiliki keterjalinan ceritanya; untuk membangun totalitas makna dengan media bahasa sebagai penyampai gagasan pengarang tentang hidup dan seluk-beluk kehidupan manusia.

B.  Unsur Intrinsik Prosa

Unsur intrinsik (intrinsik) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur yang dimaksud misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Burhan Nurgiantoro, 2007). 
Pembahasan terhadap unsur-unsur intrinsik pembangun cerita pendek/novel diuraikan sebagai berikut.

1.      Tema

Tema merupakan makna yang dikandung oleh sebuah cerita Senada dengan pengertian tersebut, Hartoko dan Rahmanto (dalam Burhan Nurgiyantoro  (2007) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya. Tema menjadi pengembangan seluruh cerita sehingga bersifat menjiwai keseluruhan cerita. Senada dengan pengertian tersebut, Tarigan (1983) menyatakan bahwa tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. 
Tema suatu karya sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya. Pengarang karya sastra tidak semata-mata mengatakan apa yang menjadi inti permasalahan hasil karyanya walaupun kadang-kadang ada atau terdapat kata-kata, kalimat kunci dalam salah satu bagian karya sastra, dari kalimat kunci pengarang seolah-olah merumuskan apa yang sebenarnya menjadi pokok permasalahan. 
Ada beberapa cara untuk menafsirkan tema menurut Stanton dalam Nurgiayantoro (2007) yakni (1) harus memperhatikan detil yang menonjol dalam cerita rekaan, (2) tidak terpengaruh oleh detil cerita yang kontradiktif, (3) tidak sepenuhnya tergantung oleh bukti-bukti implisit, tetapi harus yang eksplisit, (4) tema itu dianjurkan secara jelas oleh cerita yang bersangkutan.

2.    Penokohan
Penokohan merupakan salah satu unsur dalam cerita yang menggambarkan keadaan lahir maupun batin seseorang atau pelaku. Setiap manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena cerpen/novel pada dasarnya adalah menceritakan manusia dalam berhubungan dengan dengan lingkungannya, maka setiap tokoh dalam cerita akan memiliki watak yang berbeda-beda antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Melalui karakter tokoh cerita pembaca mengikuti jalannya cerita, sehingga maksud cerita akan menjadi lebih jelas.
Istilah tokoh merujuk pada orang atau pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh. Penokohan dan karakterisasi sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan. Penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Senada dengan pendapat di atas Panuti Sudjiman (1988: 16-23) berpendapat tokoh ialah individu yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Watak berarti tabiat, sifat kepribadian. Sedangkan penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. 
Jadi yang dimaksud penokohan atau karakteristik adalah ciri-ciri jiwa seseorang tokoh dalam suatu cerita. Seluruh pengalaman yang dituturkan dalam cerita kita ikuti berdasarkan tingkah laku dan pengalaman yang dipelajari melalui pelakunya. Melalui perilaku ilmiah pembaca mengikuti jalannya seluruh cerita dan berdasarkan karakter, situasi cerita dapat dikembangkan.

3.         Plot atau Alur
Plot atau alur adalah urutan peristiwa yang merupakan dasar terciptanya sebuah cerita. Alur bisa tampak apabila pengarang dalam menyusun cerita antara tema pesan dan amanat saling berhubungan.
Cerita bergarak dari peristiwa yang lain, masing-masing peristiwa  itu disusun secara runtut, utuh dan saling berhubungan. Plot merupakan unsure fiksi yang penting, bahkan banyak orang menganggap sebagai unsur yang terpenting. Plot dapat mempermudah dalam memahami suatu cerita. Tanpa adanya plot pembaca akan kesulitan dalam memahami suatu cerita.
Plot karya fiksi yang kompleks sulit dipahami hubungan sebab akibat antarperistiwanya, menyebabkan ceritanya sulit dipahami. Dalam suatu cerita biasanya dituliskan berbagai peristiwa dalam urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itulah yang disebut alur atau plot. Adapun pengertiannya menurut Panuti Sudjiman (1998: 30) adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu, lalu ia juga memberikan batasan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang dijalin dan direka secara seksama yang menggerakkan jalan cerita melalui rumusan ke arah klimaks dan penyelesaian. 
Penahapan plot dapat diuraikan sebagai berikut.
Tahapan plot: Awal-tengah-akhir. Tahap awal sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Tahap ini berisi informasi-informasi penting yang berhubungan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan berikutnya. Tahap tengah atau tahap pertikaian menampilkan konflik atau pertentangan yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya. Adapun tahap akhir atau tahap peleraian menampilkan adagan tertentu akibat klimaks. Pada bagian ini, dimunculkan akhir dari cerita. (b) Tahapan plot menurut Richard Summers.Richard Summers membagi plot menjadi lima tahapan yaitu tahap situation (tahap penyituasian) yaitu tahap yang berisi pengenalan tokoh serta situasi yang ada dalam cerita, tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), tahap rising action (tahap peningkatan konflik), tahap climax (klimaks) yaitu titik intensitas puncak konflik yang dialami tokoh, tahap denouement (tahap penyelesaian). 
Dari uraian pendapat yang telah dikemukakan, dapat dinyatakan bahwa plot mengandung indikator-indikator berikut: (a) plot adalah kerangka atau struktur cerita yang merupakan jalin-menjalinnya cerita dari awal sampai akhir, (b) dalam plot terdapat hubungan kausalitas (sebab akibat) dari peristiwa-peristiwa, baik dari tokoh, ruang, maupun waktu. Jalinan sebab akibat itu bersifat logis (masuk akal/dapat diterima akal sehat/mungkin terjadi), (c) jalinan cerita dalam plot erat kaitannya dengan perjalanan cerita tokoh-tokohnya, (d) konflik batin pelaku adalah sumber terjadinya plot dan berkaitan dengan tempat, dan waktu kejadian cerita, dan (e) plot berkaitan dengan perkembangan konflik antara tokoh antagonis dengan tokoh protagonist.
4.         Latar (setting)
Latar atau biasa disebut dengan setting merujuk pada pengertian tempat¸ hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar memberikan kesan realistis kepada pembaca. Latar dibedakan dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa, latar waktu berhubungan dengan masalah kapan peristiwa terjadi dan latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat dalam cerita.
Latar adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung yang mencakup tempat dan dalam waktu serta kondisi psikologis dari semua yang terlibat dalam kegiatan (Henry Guntur Tarigan, 1984: 187). Sesuai pendapat tersebut, Sudjiman (1988: 44) mengatakan bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana terjadinya peristiwa dalam karya sastra membangun latar cerita. Sedangkan menurut Kenney (1966: 40) latar meliputi penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perincian sebuah ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial dan emosional para tokoh.  
5.         Sudut Pandang  (point of view)
Sudut pandang atau point of view adalah cara dan atau pandang yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams, dalam Burhan Nurgiantoro, 1995: 248). Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi, memang milik pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kaca mata tokoh cerita (Burhan Nurgiantoro, 1995: 248).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pada hakikatnya pembagian jenis point of view mempunyai kesamaan yakni: (1) pengarang sebagai aku (gaya akuan), dalam hal ini ia dapat bertindak sebagai omnicient (serba tahu) dan dapat juga sebagai limited (terbatas), (2) pengarang sebagai orang ketiga (gaya diaan), dalam hal ini ia dapat bertindak sebagai omniscient (serba tahu) dan dapat juga dapat bertindak limited (terbatas), (3) point of view gabungan, artinya pengarang menggunakan gabungan dari gaya bercerita pertama dan kedua.

6.         Gaya
Gaya dapat diartikan sebagai gaya pengarang dalam bercerita atau gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam karyanya. Keduanya saling berhubungan, yaitu gaya seorang pengarang dalam bercerita akan terlihat juga dalam bahasa yang digunakannya (Jabrohim, 1986: 528).
Gaya bahasa adalah ekspresi personal keseluruhan respon pengarang terhadap persitiwa-peristiwa melalui media bahasa seperti: jenis bahasa yang digunakan, kata-katanya, sifat atau ciri khas imajinasi, struktur, dan irama kalimat-kalimatnya.
Menurut Waluyo dan Nugraheni (2008) gaya pengarang satu dengan yang lainnya berbeda. Oleh karena itu, bahasa karya sastra bersifat ideocyncratic artinya sangat individual. Perbedaan gaya itu disebabkan karena perbedaan pemikiran dan kepribadian. Gaya bercerita juga berfungsi untuk membentuk kesatuan (unity) dari karya sastra.
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Hal ini tercermin dalam cara pengarang menyusun dan memilih kata-kata, tema, memandang tema, atau meninjau persoalan, pendeknya gaya mencerminkan pribadi pengarang. Hal ini sesuai dengan pendapat yakob Sumardjo (1984: 37) yang menyatakan bahwa hasil karya sastra adalah potret pengarangnya. Gaya pengarangnya adalah kaca bening jiwanya. Pengarang yang religious akan tampak pada karya sastranya. Pengarang yang matang pengalaman akan menampakkan pandangannya yang matang tentang kehidupan ini. Dengan mempelajari gaya pengarang akan dapat memahami pribadi pengarang daripada membaca biografi yang ditulis orang lain. 
Gaya pengarang termasuk di dalamnya pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, bentuk paragraf, panjang pendeknya, serta setiap pemakaian aspek bahasa oleh pengarang. Namun, gaya bahasa (majas) dapat diartikan penggunaan kata-kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk melukiskan suatu maksud guna membentuk plastik bahasa. Gaya bahasa dapat dibagi menjadi bahasa perbandingan, penegas, pertentangan, dan pertautan/sindiran. Jadi, gaya bahasa itu merupakan cara seseorang untuk mengungkapkan suatu pengertian dalam kata, kelompok kata, dan kalimat.

7.         Amanat
Amanat adalah suatu ajaran moral yang ingin disampaikan pengarang. Panuti Sujiman (1988: 51) menyatakan bahwa amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Menurut Suharianto (1982: 71) amanat dapat disampaikan secara tersurat dan tersirat. Tersurat, artinya pengarang menyampaikan langsung kepada pembaca melalui kalimat, baik itu berupa keterangan pengarang atau pun berbentuk dialog pelaku. Seorang pengarang dalam karyanya tidak hanya sekedar ingin memgungkapkan gagasannya tetapi juga mempunyai maksud tertentu atau pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Pesan tertentu itulah yang disebut amanat. 
Amanat dalam sebuah karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran dan berbagai hal yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan hal tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. 
Berdasarkan uraian mengenai amanat di atas, jelas bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca yang terdapat dalam karya fiksi baik secara tersurat maupun tersirat.

C.    Unsur Ekstrinsik Prosa (Novel/Cerpen)
1)         Latar Belakang Masyarakat 
Pengaruh latar belakang masyarakat kepada pembuatan cerpen itu sangatlah berpengaruh, Pemahaman untuk itu bisa berupa antara lain adalah kondisi politik, idiologi negara, kondisi sosialnya, dan juga kondisi keekonomian masyarakat. Ada beberapa latar belakang yang mempengaruhi penulis, diantaranya adalah: a) Ideologi Negara, b) Kondisi Politik, c). Kondisi Sosial, dan d). Kondisi ekonomi yang terjadi di dalam masyarakat.
2)         Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang itu terdiri dari, biografi pengarang tersebut bagaimana, kondisi psikologis pengarang bagaimana, serta aliran sebuah sastra yang dimiliki penulis sangatlah mempengaruhi terhadap terbentuknya sebuah cerpen. a). Riwayat hidup sang penulis, Riwayat hidup sang penulis berisi tentang biografi sang penulis secara keseluruhan. Faktor ini akan mempengaruhi jalan pikir penulis atau sudut pandang mereka tentang suatu cerpen yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman hidup mereka. Kadang-kadang faktor ini mempengaruhi gaya bahasa dan genre khusus seorang penulis cerpen, b). Kondisi psikologis. Kondisi psikologis merupakan mood atau motivasi seorang penulis ketika menulis cerita. Mood atau psikologis seorang penulis ikut mempengaruhi apa yang ada di dalam cerita mereka, misalnya jika mereka sedang sedih atau gembira mereka akan membuat suatu cerita sedih atau gembira pula.
3)        Aliran sastra penulis 
Aliran sastra merupakan agama bagi seorang penulis dan setiap penulis memiliki aliran sastra yng berbeda-beda. Hal ini sangat berpengaruh jug terhadap gaya penulisan dan genre cerita yang biasa diusung oleh sang penulis di dalam karya-karyanya.
Sumber: 
Wibowo, Hari dkk. 2017. Teori dan Genre Sastra Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Bahasa


BACA RINGKASAN MATERI DAN PEMBAHASAN SOAL:

1.      Menentukan isi teks anekdot


2.      Menentukan makna kata/istilah


3.      Membandingkan isi teks


4.      Menentukan interpretasi teks anekdot


5.      Menentukan urutan teks eksposisi


6.      Melengkapi teks eksplanasi


7.      Menggunakan kata penghubung


8.      Menggunakan pronomina/kata ganti


9.      Menggunakan kata bentukan


10.  Membaca matriks/tabel


11.  Menggunakan tanda baca


12.  Memvariasikan kata


13.  Mengurutkan teks prosedur


14.  Menentukan inti kalimat


15.  Menentukan isi teks negosiasi


16.  Melengkapi teks negosiasi


17.  Menentukan kalimat santun dalam teks negosiasi


18.  Mengurutkan peristiwa dalam cerpen


19.  Menentukan watak tokoh cerita


20.  Menentukan amanat cerita


21.  Menentukan latar cerita


22.  Menentukan majas dalam cerpen


23.  Menentukan makna ungkapan


24.  Menentukan makna peribahasa


25.  Menentukan kalimat sumbang/tidak padu dalam teks


26.  Menentukan tema pantun


27.  Melengkapi pantun


28.  Menentukan isi teks biografi


29.  Mengidentifikasi kata baku dan tidak baku


30.  Menentukan fungsi teks biografi


31.  Menggunakan konjungsi dengan tepat


32.  Memakai tanda baca dengan tepat


33.  Menentukan kata tidak baku dalam teks


34.  Menyunting kalimat


35.  Menentukan struktur teks ulasan film


36.  Menggunakan kata bentukan dengan tepat


37.  Kalimat simpleks dan kompleks


38.  Unsur intrinsik teks drama


39.  Ide pokok paragraf


40.  Meringkas teks


41.  Perbaikan penggunaan tanda baca


42.  Kalimat simpulan


43.  Tanggapan logis terhadap isi teks


44.  Ungkapan dalam teks iklan


45.  Teks Ulasan film


46.  Melengkapi teks petunjuk kerja/teks prosedur


47.  Penggunaan ejaan yang tidak tepat


48.  Opini penulis dalam tajuk rencana


49.  Fakta dan opini


50.  Unsur Intrinsik dan ekstrinsik novel


BACA JUGA

KISI-KISI UJI COBA UN 2017/2018 BAHASA INDONESIA SMK/MAK


5 comments: