MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK KARYA SASTRA (KONFLIK, AMANAT,
TEMA)
A. Unsur Intrinsik Prosa
Unsur intrinsik (intrinsik) adalah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang yang
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur yang
dimaksud misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut
pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Burhan
Nurgiantoro, 2007).
Pembahasan terhadap unsur-unsur
intrinsik pembangun cerita pendek/novel diuraikan sebagai berikut.
Tema merupakan makna yang dikandung
oleh sebuah cerita Senada dengan pengertian tersebut, Hartoko dan Rahmanto
(dalam Burhan Nurgiyantoro (2007) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan
dasar umum yang menopang sebuah karya. Tema menjadi pengembangan seluruh cerita
sehingga bersifat menjiwai keseluruhan cerita. Senada dengan pengertian
tersebut, Tarigan (1983) menyatakan bahwa tema adalah gagasan utama atau
pikiran pokok.
Tema suatu karya sastra letaknya
tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya. Pengarang karya sastra
tidak semata-mata mengatakan apa yang menjadi inti permasalahan hasil karyanya
walaupun kadang-kadang ada atau terdapat kata-kata, kalimat kunci dalam salah
satu bagian karya sastra, dari kalimat kunci pengarang seolah-olah merumuskan
apa yang sebenarnya menjadi pokok permasalahan.
Ada beberapa cara untuk menafsirkan
tema menurut Stanton dalam Nurgiayantoro (2007) yakni (1) harus memperhatikan
detil yang menonjol dalam cerita rekaan, (2) tidak terpengaruh oleh detil
cerita yang kontradiktif, (3) tidak sepenuhnya tergantung oleh bukti-bukti
implisit, tetapi harus yang eksplisit, (4) tema itu dianjurkan secara jelas
oleh cerita yang bersangkutan.
2. Penokohan
Penokohan merupakan salah satu
unsur dalam cerita yang menggambarkan keadaan lahir maupun batin seseorang atau
pelaku. Setiap manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena
cerpen/novel pada dasarnya adalah menceritakan manusia dalam berhubungan dengan
dengan lingkungannya, maka setiap tokoh dalam cerita akan memiliki watak yang
berbeda-beda antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Melalui karakter
tokoh cerita pembaca mengikuti jalannya cerita, sehingga maksud cerita akan
menjadi lebih jelas.
Istilah tokoh merujuk pada orang
atau pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan
sikap para tokoh. Penokohan dan karakterisasi sering disamakan artinya dengan
karakter dan perwatakan. Penokohan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh
tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.
Senada dengan pendapat di atas
Panuti Sudjiman (1988: 16-23) berpendapat tokoh ialah individu yang mengalami
peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Watak berarti
tabiat, sifat kepribadian. Sedangkan penokohan adalah penyajian watak tokoh dan
penciptaan citra tokoh.
Jadi yang dimaksud penokohan atau
karakteristik adalah ciri-ciri jiwa seseorang tokoh dalam suatu cerita. Seluruh
pengalaman yang dituturkan dalam cerita kita ikuti berdasarkan tingkah laku dan
pengalaman yang dipelajari melalui pelakunya. Melalui perilaku ilmiah pembaca
mengikuti jalannya seluruh cerita dan berdasarkan karakter, situasi cerita
dapat dikembangkan.
3.
Plot atau Alur
Plot atau alur adalah urutan
peristiwa yang merupakan dasar terciptanya sebuah cerita. Alur bisa tampak
apabila pengarang dalam menyusun cerita antara tema pesan dan amanat saling
berhubungan.
Cerita bergarak dari peristiwa yang
lain, masing-masing peristiwa itu disusun secara runtut, utuh dan saling
berhubungan. Plot merupakan unsure fiksi yang penting, bahkan banyak orang
menganggap sebagai unsur yang terpenting. Plot dapat mempermudah dalam memahami
suatu cerita. Tanpa adanya plot pembaca akan kesulitan dalam memahami suatu
cerita.
Plot karya fiksi yang kompleks
sulit dipahami hubungan sebab akibat antarperistiwanya, menyebabkan ceritanya
sulit dipahami. Dalam suatu cerita biasanya dituliskan berbagai peristiwa dalam
urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itulah yang disebut alur atau plot.
Adapun pengertiannya menurut Panuti Sudjiman (1998: 30) adalah jalinan
peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu, lalu ia juga
memberikan batasan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang dijalin dan
direka secara seksama yang menggerakkan jalan cerita melalui rumusan ke arah
klimaks dan penyelesaian.
Penahapan plot dapat diuraikan
sebagai berikut.
Tahapan plot: Awal-tengah-akhir.
Tahap awal sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Tahap ini berisi
informasi-informasi penting yang berhubungan dengan berbagai hal yang akan
dikisahkan berikutnya. Tahap tengah atau tahap pertikaian menampilkan konflik
atau pertentangan yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya. Adapun
tahap akhir atau tahap peleraian menampilkan adagan tertentu akibat klimaks.
Pada bagian ini, dimunculkan akhir dari cerita. (b) Tahapan plot menurut
Richard Summers.Richard Summers membagi plot menjadi lima tahapan yaitu tahap
situation (tahap penyituasian) yaitu tahap yang berisi pengenalan tokoh serta
situasi yang ada dalam cerita, tahap generating circumstances (tahap pemunculan
konflik), tahap rising action (tahap peningkatan konflik), tahap climax
(klimaks) yaitu titik intensitas puncak konflik yang dialami tokoh, tahap
denouement (tahap penyelesaian).
Dari uraian pendapat yang telah
dikemukakan, dapat dinyatakan bahwa plot mengandung indikator-indikator
berikut: (a) plot adalah kerangka atau struktur cerita yang merupakan
jalin-menjalinnya cerita dari awal sampai akhir, (b) dalam plot terdapat
hubungan kausalitas (sebab akibat) dari peristiwa-peristiwa, baik dari tokoh,
ruang, maupun waktu. Jalinan sebab akibat itu bersifat logis (masuk akal/dapat
diterima akal sehat/mungkin terjadi), (c) jalinan cerita dalam plot erat
kaitannya dengan perjalanan cerita tokoh-tokohnya, (d) konflik batin pelaku
adalah sumber terjadinya plot dan berkaitan dengan tempat, dan waktu kejadian
cerita, dan (e) plot berkaitan dengan perkembangan konflik antara tokoh
antagonis dengan tokoh protagonist.
4.
Latar (setting)
Latar atau biasa disebut dengan
setting merujuk pada pengertian tempat¸ hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar memberikan kesan realistis
kepada pembaca. Latar dibedakan dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan
sosial. Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa, latar waktu
berhubungan dengan masalah kapan peristiwa terjadi dan latar sosial menyaran
pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat dalam
cerita.
Latar adalah lingkungan fisik
tempat kegiatan berlangsung yang mencakup tempat dan dalam waktu serta kondisi
psikologis dari semua yang terlibat dalam kegiatan (Henry Guntur Tarigan, 1984:
187). Sesuai pendapat tersebut, Sudjiman (1988: 44) mengatakan bahwa segala
keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana
terjadinya peristiwa dalam karya sastra membangun latar cerita. Sedangkan
menurut Kenney (1966: 40) latar meliputi penggambaran lokasi geografis,
termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perincian sebuah ruangan,
pekerjaan atau kesibukan sehari-hari tokoh, waktu berlakunya kejadian, masa
sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial dan
emosional para tokoh.
5.
Sudut Pandang (point of view)
Sudut pandang atau point of view adalah
cara dan atau pandang yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams, dalam Burhan Nurgiantoro,
1995: 248). Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi,
teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan
gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi,
memang milik pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan.
Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh,
lewat kaca mata tokoh cerita (Burhan Nurgiantoro, 1995: 248).
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, pada hakikatnya pembagian jenis point of view mempunyai kesamaan yakni:
(1) pengarang sebagai aku (gaya akuan), dalam hal ini ia dapat bertindak
sebagai omnicient (serba tahu) dan dapat juga sebagai limited (terbatas), (2)
pengarang sebagai orang ketiga (gaya diaan), dalam hal ini ia dapat bertindak
sebagai omniscient (serba tahu) dan dapat juga dapat bertindak limited
(terbatas), (3) point of view gabungan, artinya pengarang menggunakan gabungan
dari gaya bercerita pertama dan kedua.
6.
Gaya
Gaya dapat diartikan sebagai gaya
pengarang dalam bercerita atau gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam
karyanya. Keduanya saling berhubungan, yaitu gaya seorang pengarang dalam
bercerita akan terlihat juga dalam bahasa yang digunakannya (Jabrohim, 1986:
528).
Gaya bahasa adalah ekspresi
personal keseluruhan respon pengarang terhadap persitiwa-peristiwa melalui
media bahasa seperti: jenis bahasa yang digunakan, kata-katanya, sifat atau
ciri khas imajinasi, struktur, dan irama kalimat-kalimatnya.
Menurut Waluyo dan Nugraheni (2008)
gaya pengarang satu dengan yang lainnya berbeda. Oleh karena itu, bahasa karya
sastra bersifat ideocyncratic artinya sangat individual. Perbedaan gaya itu
disebabkan karena perbedaan pemikiran dan kepribadian. Gaya bercerita juga
berfungsi untuk membentuk kesatuan (unity) dari karya sastra.
Gaya adalah cara khas pengungkapan
seseorang. Hal ini tercermin dalam cara pengarang menyusun dan memilih
kata-kata, tema, memandang tema, atau meninjau persoalan, pendeknya gaya
mencerminkan pribadi pengarang. Hal ini sesuai dengan pendapat yakob Sumardjo
(1984: 37) yang menyatakan bahwa hasil karya sastra adalah potret pengarangnya.
Gaya pengarangnya adalah kaca bening jiwanya. Pengarang yang religious akan
tampak pada karya sastranya. Pengarang yang matang pengalaman akan menampakkan
pandangannya yang matang tentang kehidupan ini. Dengan mempelajari gaya
pengarang akan dapat memahami pribadi pengarang daripada membaca biografi yang
ditulis orang lain.
Gaya pengarang termasuk di dalamnya
pilihan kata, majas, sarana retorik, bentuk kalimat, bentuk paragraf, panjang
pendeknya, serta setiap pemakaian aspek bahasa oleh pengarang. Namun, gaya
bahasa (majas) dapat diartikan penggunaan kata-kata kiasan dan perbandingan
yang tepat untuk melukiskan suatu maksud guna membentuk plastik bahasa. Gaya
bahasa dapat dibagi menjadi bahasa perbandingan, penegas, pertentangan, dan
pertautan/sindiran. Jadi, gaya bahasa itu merupakan cara seseorang untuk
mengungkapkan suatu pengertian dalam kata, kelompok kata, dan kalimat.
7.
Amanat
Amanat adalah suatu ajaran moral
yang ingin disampaikan pengarang. Panuti Sujiman (1988: 51) menyatakan bahwa
amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca. Menurut Suharianto (1982: 71) amanat dapat
disampaikan secara tersurat dan tersirat. Tersurat, artinya pengarang
menyampaikan langsung kepada pembaca melalui kalimat, baik itu berupa
keterangan pengarang atau pun berbentuk dialog pelaku. Seorang pengarang dalam
karyanya tidak hanya sekedar ingin memgungkapkan gagasannya tetapi juga
mempunyai maksud tertentu atau pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada
pembaca. Pesan tertentu itulah yang disebut amanat.
Amanat dalam sebuah karya sastra
biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan
tentang nilai-nilai kebenaran dan berbagai hal yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca. Amanat dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran
yang berhubungan dengan hal tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil
dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
Berdasarkan uraian mengenai amanat
di atas, jelas bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca
yang terdapat dalam karya fiksi baik secara tersurat maupun tersirat.
B.
Unsur
Intrinsik Drama
Kata drama berasal dari bahasa
Yunani Draomai yang berarti ‘berbuat, berlaku, bertindak’. Jadi drama bisa
berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama dari drama adalah kualitas
komunikasi, situasi, action (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan
perhatian, kehebatan (acting), dan ketegangan pada para pendengar.
Menurut Krauss (1999: 249)
dalam bukunya Verstehen und Gestalten, drama adalah suatu bentuk gambaran seni
yang datang dari nyanyian dan tarian adat Yunani kuno, yang di dalamnya dengan
jelas terorganisasi dialog dramatis, sebuah konflik dan penyelesaiannya
digambarkan di atas panggung.
Dalam perkembangan selanjutnya yang
dimaksud drama adalah bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan perihal
kehidupan manusia melalui gerak percakapan di atas panggung ataupun suatu
karangan yang disusun dalam bentuk percakapan dan dapat yang dipentaskan.
Unsur-unsur intrinsik drama adalah
berbagai unsur yang secara langsung terdapat dalam karya sastra yang berwujud
teks drama, seperti: plot, tokoh, karakter, latar, tema, dan amanat, serta
unsur bahasa yang berbentuk dialog.
1. Tema
Tema merupakan dasar atau inti
cerita. Suatu cerita harus mempunyai tema atau dasar, dan dasar inilah yang
paling penting dari seluruh cerita. Cerita yang tidak memiliki dasar tidak ada
artinya sama sekali atau tidak berguna (Lubis, 1981: 15). Tema sebagai central
idea and sentral purpose merupakan ide dan tujuan sentral (Stanton, 1965: 16).
Tema dapat timbul dari keseluruhan cerita, sehingga pemahaman antara seorang
penikmat dengan penikmat lain tidak sama (Jones, 12968: 31). Ada pula yang
berpendapat bahwa tema merupakan arti dan tujuan cerita (Kenny, 1966: 88).
Menurut Nurgiyantoro (1995: 70),
tema dapat dipandang sebagai gagasan dasar umum sebuah karya novel. Gagasan
dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang dan
dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain cerita harus
mengikuti gagasan utama dari suatu karya sastra.
Pendapat di atas dapat
menggambarkan simpulan bahwa: (1) tema merupakan dasar suatu cerita rekaan; (2)
tema harus ada sebelum pengarang mulai dengan ceritanya; (3) tema dalam cerita
atau novel tidak ditampilkan secara eksplisit, tetapi tersirat di dalam seluruh
cerita; dan (4) dalam satu cerita atau novel terdapat tema dominan atau tema
sentral dan tema-tema kecil lainnya.
2. Plot
Plot adalah rangkaian cerita yang
dibentuk dalam tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang
utuh. Plot disusun tidak lepas dari tema. Jalan cerita yang disusun atau
dijalin tidak boleh meloncat ke lain tema. Tiap-tiap kejadian akan berhubungan
sehingga seluruh cerita merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Lubis (1981: 18) menyampaikan cara
memulai dan menyusun cerita yang disampaikan oleh Tasrif yang dibagi menjadi
lima tahapan, yakni penggambaran situasi awal (exposition), peristiwa mulai
bergerak menuju krisis diwarnai dengan konflik-konflik (complication), keadaan
mulai memuncak (rising action), keadaan mencapai puncak penggawatan (klimaks),
kemudian pengarang memberikan pemecahan atau jalan keluar permasalahan sehingga
cerita berakhir (denouement). Cara memulai dan menyusun cerita seperti di atas
dinamakan plot atau dramatic conflict.
3. Penokohan
dan perwatakan
Esten (dalam Kelan, 2005: 14)
menyatakan bahwa penokohan adalah permasalahan bagaimana cara menampilkan
tokoh: bagaimana membangun dan mengembangkan watak tokoh-tokoh tersebut dalam
sebuah karya fiksi? Jadi antara pengertian tokoh dan penokohan memiliki makna
yang berbeda. Tokoh berbentuk suatu individu, sedangkan penokohan adalah proses
menampilkan individu tersebut dalam cerita.
Dalam proses penciptaan pemeranan,
sang aktor atau aktris harus memunyai daya cipta yang tinggi untuk mencoba
semaksimal mungkin menjadi tokoh yang diperankan. Ia harus sanggup menjiwai
peran yang dipegangnya, sehingga ia (seperti) benar-benar merupakan sang tokoh
dengan apa adanya dalam pementasan lakon tersebut. Pada penampilan
imajinasinya, tokoh juga dibantu oleh laku, pakaian yang dikenakan, dan rias.
Semua unsur tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan harus saling mendukung,
sehingga mampu mewujudkan karakter dari tokoh seperti yang dikehendaki dalam
lakon yang bersangkutan.
Untuk menggambarkan karakter
seorang tokoh, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut. (1) Teknik
analitik: karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang; (2) Teknik
dramatik, yaitu teknik karakter tokoh dikemukakan melalui: (a) penggambaran
fisik dan perilaku tokoh; (b) penggambaran lingkungan kehidupan tokoh; (c)
penggambaran ketatabahasaan tokoh; (d) pengungkapan jalan pikiran tokoh; dan
(e) penggambaran oleh tokoh lain. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Waluyo
(2009: 30) yang menuliskan bahwa penggambaran watak tokoh mempertimbangkan tiga
dimensi watak, yaitu dimensi psikis (kejiwaan), dimensi fisik (jasmaniah),
dimensi sosiologis (latar belakang kekayaan, pangkat, dan jabatan)
4. Amanat
Amanat merupakan unsur cerita yang
berhubungan erat dengan tema. Amanat akan berarti apabila ada dalam tema,
sedangkan tema akan sempurna apabila di dalamnya ada amanat sebagai pemecah
jalan keluar bagi tema tersebut. Sudjiman (dalam Alwi, 1998: 08) manyatakan
bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Amanat
terdapat pada sebuah karya sastra secara implisit atau eksplisit. Amanat
dinyatakan secara implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan
dalam tingkah laku menjelang cerita berakhir. Sementara itu, amanat dilukiskan
secara eksplisit apabila pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan
seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya.
Pengertian amanat yang telah
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang
disampaikan pengarang, baik secara implisit atau eksplisit kepada pembaca. Di
dalam drama, ada amanat yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja
disembunyikan secara tersirat dalam naskah drama yang bersangkutan. Hanya
penonton yang profesional yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.
Sumber
Wibowo, Hari. dkk. 2017. Teori dan
Genre Sastra Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Bahasa
C. Unsur Intrinsik Puisi
Puisi adalah karya sastra yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irima dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata yang kias. Puisi dibentuk oleh dua unsur, yaitu unsur bentuk dan
unsur isi.
Unsur bentuk puisi sebagai berikut
1. Diksi (pilihan kata)
2. Unsur wujud, yaitu unsur puisi
di bentuk dari susunan kata, baris, bait hingga membentuk puisi.
3. Unsur pertautan antar baris,
atau antar bait yang bersifat logis imajinatif.
4. Unsur musikalitas yang berwujud
irama dan rima. Rima merupakan persamaan bunyi. Irama berhubungan berhubungan
dengan pengulangan bunyi,kata, frasa dan kalimat.
5. Unsur gaya dan bahasa.
Unsur isi puisi sebagai berikut.
1. Tema, yaitu gagasan pokok
yang dikemukakan oleh penyair melalui puisi. Tema bersifat khusus, objektif dan
lugas.
2. Amanat yaitu kesan
yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Cara menyimpulkan amanat
puisi berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal.
3. Nada dan Suasana puisi.
Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Suasana menyangkut
pengungkapan sikap penyair
4. Perasaan menyangkut hal
yang diungkapkan penyair.
Contoh soal dan
pembahasan
1. Bacalah kutipan teks drama berikut untuk menjawab soal nomor
1. Bacalah kutipan teks drama berikut untuk menjawab soal nomor
Berani Jujur
Candra: "Andaikata keadaan rumahku tidak seperti ini, tentu aku tidak akan mendapat masalah."
Rusdi : "Ada apa Can? Katakanlah, mungkin aku dapat membantumu! Ayolah, bicara saja!"
Candra : "Begini Rus! Aku belum membayar buku karena orang tuaku belum mempunyai uang untuk melunasi. Padahal, aku sudah berjanji hari ini akan melunasi."
Rusdi : "Begini ... kita harus berani! Nanti kita berdua menghadap kepala sekolah setelah pelajaran selesai, kemudian kita mengatakan sejujurnya tentang keadaanmu. Bagaimana?"
Candra : "Ya itu ide baik sekali. Terima kasih, Rus."
Candra: "Andaikata keadaan rumahku tidak seperti ini, tentu aku tidak akan mendapat masalah."
Rusdi : "Ada apa Can? Katakanlah, mungkin aku dapat membantumu! Ayolah, bicara saja!"
Candra : "Begini Rus! Aku belum membayar buku karena orang tuaku belum mempunyai uang untuk melunasi. Padahal, aku sudah berjanji hari ini akan melunasi."
Rusdi : "Begini ... kita harus berani! Nanti kita berdua menghadap kepala sekolah setelah pelajaran selesai, kemudian kita mengatakan sejujurnya tentang keadaanmu. Bagaimana?"
Candra : "Ya itu ide baik sekali. Terima kasih, Rus."
Amanat yang terkandung dalam teks drama tersebut adalah ....
A. Hendaknya kita peduli terhadap teman yang sedang kesulitan.
B. Agar tidak menyerah dalam menghadapi kesusahan.
C. Agar saling membantu antara anggota keluarga.
D. Bantulah teman tetapi tidak melampaui kemampuan diri.
A. Hendaknya kita peduli terhadap teman yang sedang kesulitan.
B. Agar tidak menyerah dalam menghadapi kesusahan.
C. Agar saling membantu antara anggota keluarga.
D. Bantulah teman tetapi tidak melampaui kemampuan diri.
2. Bacalah teks berikut.
Pak
Badu seorang petani yang rajin. Setiap hari dia pergi ke sawah. Jarak sawah
yang jauh tak menghalangi langkah kaki Pak Badu untuk bekerja. Matahari pagi
membuat dia bersemangat. Panas matahari siang juga membuat dia semakin giat
bergelut dengan lumpur sawah. Saat Sinar matahari mulai meredup, Pak Badu baru
duduk beristirahat di pematang sawah.
Tema bacaan di atas adalah
A. mencari kerja
D. mendapatkan pekerjaan
C. rajin bekerja
D. sawah pertanian
A. mencari kerja
D. mendapatkan pekerjaan
C. rajin bekerja
D. sawah pertanian
3.
Bacalah pantun berikut !
Kemumu di
dalam semak,
Jatuh
melayang selarahnya.
Meski ilmu
setinggi tagak,
Tidak
sembahyang apa gunanya.
Pesan yang terkandung dalam pantun tersebut adalah ...
A.
Kita harus rajin sembahyang agar memiliki ilmu yang
tinggi.
B.
Ilmu yang
tinggi tidak akan berguna jika kita tidak pernah bersembahyang.
C.
Raihlah ilmu setinggi-tingginya untuk bekal hidupmu.
D.
Seseorang yang memiliki ilmu yang tinggi tidak perlu
melakukan sembahyang..
4. Bacalah kutipan cerpen di bawah ini!
(1) Ketika aku mau menyiramkan racun pembunuh tikus ke sudut
rumahku, terutama lubang-lubang persembunyiaannya, ada keraguan di hatiku.(2)
Sebelum aku melangkah, dari lubang bermunculan anak-anak tikus (3) Sekujur
tubuhku menggigil (4) Aku pun lemas dan merasa bersalah.
Konflik yang muncul pada kutipan cerpen tersebut
adalah.........
A. Aku menyiram pembunuh tikus
B. Dari dalam lubang bermunculan anak-anak tikus
C. Kebimbangan tokoh aku untuk
membunuh tikus
D. Banyak lubang persembunyaian tikus di rumahku.
BAHAN PERSIAPAN USBN SD/MI TAHUN 2018: KISI-KISI SOAL, RINGKASAN MATERI, SOAL DAN KUNCI JAWABAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
A. Ruang Lingkup Materi Membaca Nonsastra
- menentukan makna kata/istilah pada teks
- menentukan antonim/sinonim
- menggali informasi tersurat teks
- menentukan unsur teks (kalimat utama/penjelas)
- menentukan ide pokok teks
- menggali informasi tersirat teks
- menentukan pernyataan sesuai isi teks
- mengidentifikasi jenis teks
- memprediksi kejadian berdasarkan isi teks
- membandingkan isi teks
- melengkapi tabel dengan pokok-pokok pikiran berdasarkan isi teks
B. RUANG LINGKUP MATERI MEMBACA SASTRA
- Menentukan informasi tersurat pada karya sastra
a. Menentukan informasi tersurat pada karya sastra puisi
b. Menentukan informasi tersurat pada karya sastra prosa
c. Menentukan informasi tersurat pada karya sastra drama
- Menentukan unsur intrinsik karya sastra (tokoh, latar, watak tokoh)
- Menentukan makna kata/simbol/kias
- Menggali informasi tersirat dalam karya sastra (menyimpulkan/ memaknai bagian teks )
- Menentukan unsur intrinsik karya sastra (konflik, amanat, tema)
- Memprediksi kejadian berdasarkan isi cerita
- Menentukan nilai-nilai cerita
- Menentukan keteladanan tokoh cerita
C. RUANG LINGKUP MATERI MENULIS TERBATAS
- Melengkapi kalimat/teks dengan istilah/kata/ungkapan/peribahasa
- Menyusun berbagai petunjuk (menggunakan/membuat sesuatu)
- Menyusun berbagai teks (deskripsi, narasi)
- Melengkapi berbagai jenis teks (laporan, iklan, pidato)
- Melengkapi kalimat/teks dengan kata bentukan
- Memperbaiki penulisan/penggunaan istilah/kata
26. Memperbaiki tata kalimat dalam paragraf
D. RUANG LINGKUP MATERI MENYUNTING KATA/ISTILAH, FRASE, KALIMAT, PARAGRAF, EJAAN, DAN TANDA BACA
- menunjukkan kesalahan penggunaan ejaan
28. menunjukkan kesalahan penggunaan tanda baca
29.menggunakan ejaan
30.menggunaan tanda baca
31.memperbaiki kesalahan penggunaan ejaan
32.memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca
BEDAH KISI-KISI USBN SD TAHUN 2018 BAHASA INDONESIA KLIK https://zuhriindonesia.blogspot.co.id/2018/01/bedah-kisi-kisi-usbn-sd-tahun-2018.html
0 komentar:
Post a Comment