RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA …..
Mata Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Kelas/Semester : XII
/ 6
Materi Pokok : Kritik Sastra dan Esai
Alokasi Waktu : 3
Minggu x 4
Jam Pelajaran @45
Menit
A.
Kompetensi Inti
·
KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
·
KI-2:.Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam
berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan,
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan kawasan internasional”.
·
KI 3:
Memahami,
menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
·
KI4:
Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan
B.
Kompetensi
Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
3.12 Membandingkan kritik sastra dan esai dari aspek pengetahuan dan
pandangan penulis
|
·
Memahami pengertian
kritik
·
Mengidentifikasi
jenis-jenis esai
·
Mengidentifikasi
bagian-bagian esai
·
Mengidentifikasi
perbedaan kritik dan esai
·
Memahami prosedur
penyusunan kritik dan esai
|
4.12 Menyusun kritik dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan
pandangan penulis baik secara lisan maupun tulis
|
·
Menentukan
unsur-unsur kritik dan esai, persamaan dan perbedaan kritik dan esai, dari aspek pengetahuan dan
pandangan
·
Menulis kritik dan esai
dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan tertulis
·
Mempresentasikan,
menanggapi, merevisi kritik dan esai yang telah ditulis
|
3.13 Menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik
dan esai
|
· Menemukan
isi dan sistematika, kebahasaan kritik dan esai
|
4.13 Mengonstruksi sebuah kritik atau esai dengan
memerhatikan sistematika dan kebahasaan baik secara lisan maupun tulis
|
· Menyusun
kritik dan esai berdasarkan konstruksi dengan memerhatikan sistematika dan
kebahasaan
· Mempresentasikan,
menanggapi, merevisi kritik dan esai yang telah ditulis
|
C.
Tujuan
Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan
pendekatann pedagogik genre, saintifik, dan CLIL dengan model pembelajaran
penemuan (Discovery Learning), peserta
didik dapat memahami
pengertian kritik, mengidentifikasi
jenis-jenis esai, mengidentifikasi
bagian-bagian esai, mengidentifikasi
perbedaan kritik dan esai, memahami
prosedur penyusunan kritik dan esai,
menentukan unsur-unsur kritik dan esai, persamaan dan
perbedaan kritik dan esai, dari aspek
pengetahuan dan pandangan, menulis
kritik dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan tertulis, dan mempresentasikan,
menanggapi, merevisi kritik dan esai yang telah ditulisdengan rasa ingin tahu,
kerja keras, tanggung jawab, bersikap bersahabat/ komunikatif selama proses
pembelajaran.
D.
Materi
Pembelajaran
·
pengertian dan
perbedaan kritik dan esai
·
jenis-jenis dan
bagian-bagian kritik dan esai (pembukaan, isi, penutup)
·
penyusunan
kritik dan esai
E.
Metode
Pembelajaran
Model
Pembelajaran : Discovery
Learning
Metode :
Tanya jawab, wawancara, diskusi dan bermain peran
F.
Media
Pembelajaran
Media :
·
Worksheet atau
lembar kerja (siswa)
·
Lembar penilaian
·
LCD Proyektor
Alat/Bahan :
·
Penggaris,
spidol, papan tulis
·
Laptop &
infocus
G.
Sumber
Belajar
1. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya
2. Suherli, dkk. 2018. Buku
Siswa Bahasa Indonesia Kelas XII Revisi
Tahun 2018. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
3. Suherli, dkk. Buku
Guru Bahasa Indonesia Kelas XII Revisi
Tahun 2018. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1 .
Pertemuan Pertama (4
x 45
Menit)
|
||||||||||||||
Kegiatan Pendahuluan
(15
Menit)
|
||||||||||||||
Guru
:
Orientasi
v Melakukan
pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
v Memeriksa
kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
v Menyiapkan
fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
v Mengaitkan
materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman
peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
v Mengingatkan
kembali materi prasyarat dengan bertanya.
v Mengajukan
pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
v Memberikan
gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
v Apabila
materitema/projek ini kerjakan dengan
baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik
diharapkan dapat menjelaskan tentang materi :
Ø Pengertian dan
perbedaan kritik dan esai
v Menyampaikan
tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
v Mengajukan
pertanyaan @aminyusuf
Pemberian
Acuan
v Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu.
v Memberitahukan
tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan
yang berlangsung
v Pembagian
kelompok belajar
v Menjelaskan
mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
|
||||||||||||||
Kegiatan Inti ( 150 Menit )
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Catatan
: Selama pembelajaran Pengertian dan perbedaan kritik dan esai berlangsung,
guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya
diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin
tahu, peduli lingkungan
|
||||||||||||||
Kegiatan Penutup (15 Menit)
|
||||||||||||||
Peserta
didik :
v Membuat
resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang
point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Pengertian dan perbedaan kritik dan esai yang
baru dilakukan.
v Mengagendakan
pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Pengertian
dan perbedaan kritik dan esai yang baru diselesaikan.
v Mengagendakan
materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru
:
v Memeriksa
pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Pengertian dan perbedaan kritik dan esai.
v Peserta
didik yang selesai mengerjakan tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar diberi paraf serta diberi
nomor urut peringkat, untuk penilaian
tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Pengertian dan perbedaan kritik dan esai.
v Memberikan
penghargaan untuk materi pelajaran Pengertian
dan perbedaan kritik dan esai kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik.
|
2 .
Pertemuan Kedua (4
x 45
Menit)
|
||||||||||||||
Kegiatan Pendahuluan
(15
Menit)
|
||||||||||||||
Guru
:
Orientasi
v Melakukan
pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
v Memeriksa
kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
v Menyiapkan
fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
v Mengaitkan
materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman
peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
v Mengingatkan
kembali materi prasyarat dengan bertanya.
v Mengajukan
pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
v Memberikan
gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
v Apabila
materitema/projek ini kerjakan dengan
baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik
diharapkan dapat menjelaskan tentang materi :
Ø Jenis-jenis dan
bagian-bagian kritik dan esai (pembukaan, isi, penutup)
v Menyampaikan
tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
v Mengajukan
pertanyaan
Pemberian
Acuan
v Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu.
v Memberitahukan
tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan
yang berlangsung
v Pembagian
kelompok belajar
v Menjelaskan
mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
|
||||||||||||||
Kegiatan Inti ( 150 Menit )
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Catatan
: Selama pembelajaran Jenis-jenis dan bagian-bagian kritik dan
esai (pembukaan, isi, penutup) berlangsung, guru mengamati sikap siswa
dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya
diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin
tahu, peduli lingkungan
|
||||||||||||||
Kegiatan Penutup (15 Menit)
|
||||||||||||||
Peserta
didik :
v Membuat
resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang
point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Jenis-jenis dan bagian-bagian kritik dan
esai (pembukaan, isi, penutup) yang baru dilakukan.
v Mengagendakan
pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Jenis-jenis
dan bagian-bagian kritik dan esai (pembukaan, isi, penutup) yang baru
diselesaikan.
v Mengagendakan
materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru
:
v Memeriksa
pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Jenis-jenis dan bagian-bagian kritik dan
esai (pembukaan, isi, penutup).
v Peserta
didik yang selesai mengerjakan tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar diberi paraf serta diberi
nomor urut peringkat, untuk penilaian
tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Jenis-jenis dan bagian-bagian kritik dan
esai (pembukaan, isi, penutup).
v Memberikan
penghargaan untuk materi pelajaran Jenis-jenis
dan bagian-bagian kritik dan esai (pembukaan, isi, penutup) kepada
kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
|
3 .
Pertemuan Ketiga (4
x 45
Menit)
|
||||||||||||||
Kegiatan Pendahuluan
(15
Menit)
|
||||||||||||||
Guru
:
Orientasi
v Melakukan
pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan YME
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
v Memeriksa
kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
v Menyiapkan
fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
Aperpepsi
v Mengaitkan
materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman
peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
v Mengingatkan
kembali materi prasyarat dengan bertanya.
v Mengajukan
pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
v Memberikan
gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari.
v Apabila
materitema/projek ini kerjakan dengan baik
dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan
dapat menjelaskan tentang materi :
Ø Penyusunan kritik dan
esai
v Menyampaikan
tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
v Mengajukan
pertanyaan
Pemberian
Acuan
v Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu.
v Memberitahukan
tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan
yang berlangsung
v Pembagian
kelompok belajar
v Menjelaskan
mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
|
||||||||||||||
Kegiatan Inti ( 150 Menit )
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Catatan
: Selama pembelajaran Penyusunan kritik dan esai berlangsung,
guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap: nasionalisme, disiplin, rasa percaya
diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin
tahu, peduli lingkungan
|
||||||||||||||
Kegiatan Penutup (15 Menit)
|
||||||||||||||
Peserta
didik :
v Membuat
resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang
point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Penyusunan kritik dan esai yang baru
dilakukan.
v Mengagendakan
pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Penyusunan
kritik dan esai yang baru diselesaikan.
v Mengagendakan
materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru
:
v Memeriksa
pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran Penyusunan kritik dan esai.
v Peserta
didik yang selesai mengerjakan tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja dengan benar diberi paraf serta diberi
nomor urut peringkat, untuk penilaian
tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Penyusunan kritik dan esai.
v Memberikan
penghargaan untuk materi pelajaran Penyusunan
kritik dan esai kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang
baik.
|
I.
Penilaian
Hasil Pembelajaran
1. Teknik Penilaian (terlampir)
a. Sikap
-
Penilaian Observasi
Penilaian
observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari,
baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung
dilakukan oleh guru. Berikut contoh instrumen penilaian sikap
No
|
Nama Siswa
|
Aspek Perilaku yang
Dinilai
|
Jumlah Skor
|
Skor Sikap
|
Kode Nilai
|
|||
BS
|
JJ
|
TJ
|
DS
|
|||||
1
|
Zuhri
|
75
|
75
|
50
|
75
|
275
|
68,75
|
C
|
2
|
Amin
|
...
|
...
|
...
|
...
|
...
|
...
|
...
|
Keterangan
:
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin
Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100
= Sangat Baik
75 = Baik
50
= Cukup
25
= Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai
dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap
yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01
– 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01
– 75,00 = Baik (B)
25,01
– 50,00 = Cukup (C)
00,00
– 25,00 =
Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek
perilaku yang ingin dinilai
-
Penilaian Diri
Seiring
dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik, maka
peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya sendiri.
Namun agar penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya menjelaskan
terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi yang akan
dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, dan
merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya disiapkan
oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format
penilaian :
No
|
Pernyataan
|
Ya
|
Tidak
|
Jumlah Skor
|
Skor Sikap
|
Kode Nilai
|
1
|
Selama diskusi, saya
ikut serta mengusulkan ide/gagasan.
|
50
|
250
|
62,50
|
C
|
|
2
|
Ketika kami
berdiskusi, setiap anggota mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
|
50
|
||||
3
|
Saya ikut serta dalam
membuat kesimpulan hasil diskusi kelompok.
|
50
|
||||
4
|
...
|
100
|
Catatan
:
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan
jumlah kriteria = 4 x 100 = 400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal
dikali 100) = (250 : 400) x 100 = 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01
– 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01
– 75,00 = Baik (B)
25,01
– 50,00 = Cukup (C)
00,00
– 25,00 =
Kurang (K)
5. Format di atas dapat juga digunakan untuk
menilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan
-
Penilaian Teman Sebaya
Penilaian
ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya sendiri. Sama
halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan
penilaian, membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format penilaiannya.
Berikut Contoh format penilaian teman sebaya
:
Nama
yang diamati : ...
Pengamat
: …
No
|
Pernyataan
|
Ya
|
Tidak
|
Jumlah Skor
|
Skor Sikap
|
Kode Nilai
|
1
|
Mau menerima pendapat
teman.
|
100
|
450
|
90,00
|
SB
|
|
2
|
Memberikan solusi
terhadap permasalahan.
|
100
|
||||
3
|
Memaksakan pendapat
sendiri kepada anggota kelompok.
|
100
|
||||
4
|
Marah saat diberi
kritik.
|
100
|
||||
5
|
...
|
50
|
Catatan
:
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk
pernyataan yang positif, sedangkan untuk pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan
Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan
jumlah kriteria = 5 x 100 = 500
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal
dikali 100) = (450 : 500) x 100 = 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01
– 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01
– 75,00 = Baik (B)
25,01
– 50,00 = Cukup (C)
00,00
– 25,00 =
Kurang (K)
-
Penilaian Jurnal (Lihat
lampiran)
b. Pengetahuan
-
Tertulis Uraian dan atau Pilihan Ganda
(Lihat lampiran)
-
Tes
Lisan/Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan
Praktek Monolog atau
Dialog
Penilaian
Aspek Percakapan
No
|
Aspek yang
Dinilai
|
Skala
|
Jumlah Skor
|
Skor Sikap
|
Kode Nilai
|
|||
25
|
50
|
75
|
100
|
|||||
1
|
Intonasi
|
|||||||
2
|
Pelafalan
|
|||||||
3
|
Kelancaran
|
|||||||
4
|
Ekspresi
|
|||||||
5
|
Penampilan
|
|||||||
6
|
Gestur
|
-
Penugasan (Lihat Lampiran)
Tugas Rumah
a. Peserta didik
menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku peserta didik
b. Peserta didik
memnta tanda tangan orangtua sebagai bukti bahwa mereka telah mengerjakan tugas
rumah dengan baik
c. Peserta didik
mengumpulkan jawaban dari tugas rumah yang telah dikerjakan untuk mendapatkan
penilaian.
c. Keterampilan
-
Penilaian Unjuk Kerja
Contoh
instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian ujian
keterampilan berbicara sebagai berikut:
Instrumen
Penilaian
No
|
Aspek yang
Dinilai
|
Sangat
Baik
(100)
|
Baik
(75)
|
Kurang
Baik
(50)
|
Tidak
Baik
(25)
|
1
|
Kesesuaian
respon dengan pertanyaan
|
||||
2
|
Keserasian
pemilihan kata
|
||||
3
|
Kesesuaian
penggunaan tata bahasa
|
||||
4
|
Pelafalan
|
Kriteria
penilaian (skor)
100
= Sangat Baik
75 = Baik
50
= Kurang Baik
25
= Tidak Baik
Cara mencari nilai (N)
= Jumalah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor maksimal dikali skor
ideal (100)
Instrumen
Penilaian Diskusi
No
|
Aspek yang Dinilai
|
100
|
75
|
50
|
25
|
1
|
Penguasaan materi diskusi
|
||||
2
|
Kemampuan menjawab pertanyaan
|
||||
3
|
Kemampuan mengolah kata
|
||||
4
|
Kemampuan menyelesaikan masalah
|
Keterangan
:
100
= Sangat Baik
75 = Baik
50
= Kurang Baik
25
= Tidak Baik
-
Penilaian Proyek
(Lihat Lampiran)
-
Penilaian Produk
(Lihat Lampiran)
-
Penilaian Portofolio
Kumpulan
semua tugas yang sudah dikerjakan peserta didik, seperti catatan, PR, dll
Instrumen Penilain
No
|
Aspek yang Dinilai
|
100
|
75
|
50
|
25
|
1
|
|||||
2
|
|||||
3
|
|||||
4
|
2. Instrumen Penilaian (terlampir)
a.
Pertemuan Pertama
b.
Pertemuan Kedua
c.
Pertemuan Ketiga
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Bagi peserta didik yang belum memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM), maka guru bisa memberikan soal tambahan misalnya
sebagai berikut :
1)
Jelaskan tentang Sistem Pembagian Kekuasaan Negara!
2)
Jelaskan tentang Kedudukan dan Fungsi Kementerian Negara Republik
Indonesia dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian!
3)
Jelaskan tentang Nilai-nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan
pemerintahan!
CONTOH PROGRAM
REMIDI
Sekolah : ……………………………………………..
Kelas/Semester : ……………………………………………..
Mata Pelajaran : ……………………………………………..
Ulangan Harian Ke : ……………………………………………..
Tanggal Ulangan Harian : ……………………………………………..
Bentuk Ulangan Harian : ……………………………………………..
Materi Ulangan Harian : ……………………………………………..
(KD / Indikator) : ……………………………………………..
KKM : ……………………………………………..
No
|
Nama Peserta Didik
|
Nilai Ulangan
|
Indikator yang Belum Dikuasai
|
Bentuk Tindakan Remedial
|
Nilai Setelah Remedial
|
Keterangan
|
1
|
||||||
2
|
||||||
3
|
||||||
4
|
||||||
5
|
||||||
6
|
||||||
dst
|
b. Pengayaan
Guru memberikan nasihat agar tetap rendah hati, karena
telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru memberikan soal
pengayaan sebagai berikut :
1)
Membaca buku-buku tentang Nilai-nilai Pancasila
dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara yang relevan.
2)
Mencari informasi secara online tentang Nilai-nilai
Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara
3)
Membaca surat kabar, majalah, serta berita online
tentang Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan
pemerintahan Negara
4)
Mengamati langsung tentang Nilai-nilai Pancasila
dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan Negara yang ada di
lingkungan sekitar.
Mengetahui, ………., ………
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran
……………… ……………
Lampiran Penilaian
KD dan Indikator (KD-3: Pengetahuan)
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
3.12 Membandingkan
kritik
sastra dan esai dari aspek
pengetahuan dan pandangan
penulis.
4.12 Menganalisis
sistematika
dan kebahasaan
kritik dan
esai.
|
·
Menentukan unsur-unsur kritik dan esai, persamaan
dan perbedaan kritik dan esai, dari
aspek pengetahuan dan pandangan.
·
Menemukan isi dan sistematika, kebahasaan kritik dan
esai
|
Penilain Proses
|
Penilaian Hasil
|
Penilaian proses aspek
pengetahuan dapat dilakukan sejak kegiatan Menelaah Model dan Mengonstruksi terbimbing.
Catatan terhadap peserta didik
pada kegiatan tersebut dapat dijadikan penilaian sikap selama mengikuti
pembelajaran: ketekunan, kerja sama, semangat, ketelitian, kerapihan,
kebersihan, keseriusan.
|
Jenis : Tulis
Bentuk :
Uraian
Contoh
instrumen:
1. Tuliskanlah bagian-bagian struktur
teks kritik dan
esai yang
Anda
baca!
2. Tuliskanlah perbedaan dari aspek
pengetahuan struktur teks kritik
dan esai yang Anda baca!
3. Tuliskanlah perbedaan dari aspek
Pandangan teks kritik dan esai
yang Anda baca!
|
KD dan Indikator (KD-4: Keterampilan)
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
3.13 Menyusun kritik dan
esai
dengan
memerhatikan
aspek pengetahuan
dan
pandangan
penulis.
4.13 Menganalisis
sistematika
dan kebahasaan
kritik dan
esai.
|
·
Menulis kritik dan esai dengan memerhatikan aspek
pengetahuan dan pandangan tertulis.
·
Mempresentasikan, menanggapi, merevisi kritik dan
esai yang telah ditulis.
·
Menyusun kritik dan esai berdasarkan konstruksi
dengan memerhatikan sistematika dan kebahasaan
·
Mempresentasikan,
Memberikan penilaian terhadap kritik dan esai berdasarkan sistematika
dan kebahasaan.
|
Penilain Proses
|
Penilaian Hasil
|
Penilaian proses aspek
pengetahuan dapat dilakukan sejak kegiatan Mengonstruksi Terbimbing dan
Mengonstruksi Mandiri.
Catatan terhadap peserta didik
pada kegiatan tersebut dapat dijadikan penilaian sikap selama mengikuti
pembelajaran dan mengerjakan tugas (bendel portofolio): ketekunan, kerjasama,
semangat, ketelitian, kerapihan, kebersihan, keseriusan.
|
Jenis : Menulis
Bentuk: Uraian
Contoh
Instrumen
Susunlah teks kritik dan esai dengan memerhati-kan hal
di bawah ini!
1. Tentukan topik teks kritik dan esai!
2. Buatlah kerangka sesuai dengan
struktur teks kritik dan esai!
3. Kembangkan kerangka tersebut
menjadi teks kritik dan esai dengan
memerhatikan struktur teks, ciri
kebahasaan, dan EBI.
|
Portofolio
Khusus
untuk kompetensi menulis, penilaian meliputi proses dan produk yang tercakup
dalam penilaian portofolio. Dokumen portofolio berisi:
(a) draf final (produk) berbobot 40%;
(b) bukti draf sedikitnya 3 draf berbobot 25%;
(c) bukti catatan tentang apa yang akan ditulis
dan sumber penulisan berbobot 10%; dan
(d) catatan reflektif berbobot 25%.
Penilaian
Sikap
Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran (termasuk
informasi dari portofolio) atau di luar pembelajaran dengan melalui observasi
dengan isian lembar pengamatan
Contoh format dan pengisian lembar pengamatan guru
mata pelajaran
Nama Satuan pendidikan :
Tahun pelajaran : 2018/2019
Kelas/Semester : XII/6
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No
|
Waktu
|
Nama
|
Kejadian/ Perilaku
|
Butir sikap
|
Positif/ Negatif
|
Tindak Lanjut
|
1.
|
11 Februari 2019
|
Kemal
|
Tidak
mengerjakan tugas menganalisis teks kritik dan esai.
|
Tanggung
jawab
|
-
|
Dipanggil
dan disuruh mengerjakan tugas kembali dengan waktu terbatas
|
2.
|
11 Februari 2019
|
Anita
|
Mengerjakan
tugas dengan serius, tepat waktu, dan hasilnya sangat baik
|
Tanggung
jawab
|
+
|
Diberi
pujian atau apresiasi
|
Pedoman Penskoran
a.
Pengetahuan
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
1
|
a. Peserta didik menuliskan bagian-bagian
struktur teks kritik dan esai dengan sangat
tepat
|
4
|
b.
Peserta didik menuliskan bagian-bagian
struktur teks kritik dan
esai dengan tepat
|
3
|
|
c.
Peserta didik menuliskan bagian-bagian
struktur teks kritik dan
esai dengan kurang
tepat
|
2
|
|
d.
Peserta didik menuliskan bagian-bagian
struktur teks kritik dan
esai dengan tidak
tepat
|
1
|
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
2
|
a.
Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pengetahuan struktur teks kritik dan esai dengan sangat tepat
|
4
|
b.
Peserta didik menulikan perbedaan
dari aspek pengetahuan struktur teks
kritik dan esai dengan
tepat
|
3
|
|
c.
Peserta didik menulikan perbedaan
dari aspek pengetahuan struktur teks
kritik dan esai dengan
kurang
tepat
|
2
|
|
d.
Peserta didik menulikan perbedaan
dari aspek pengetahuan struktur teks
kritik dan esai dengan
tidak
tepat
|
1
|
Soal
|
Aspek yang Dinilai
|
Skor
|
|
3
|
a. Peserta didik menulikan perbedaan dari aspek pandangan struktur teks kritik dan esai dengan sangat tepat
|
4
|
|
b.
Peserta didik menulikan perbedaan
dari aspek pandangan struktur teks kritik dan esai dengan tepat
|
3
|
||
c.
Peserta didik menulikan perbedaan
dari aspek pandangan struktur teks kritik dan esai dengan kurang tepat
|
2
|
||
d.
Peserta didik menulikan perbedaan
dari aspek pandangan struktur teks kritik dan esai dengan tidak tepat
|
1
|
||
Keterangan
Nilai = Perolehan skor
Jumlah soal
Contoh
Nilai = 10 x 100 = 83,33
Nilai = 10 x 100 = 83,33
12
b. Keterampilan
Soal
|
Aspek
yang Dinilai
|
Skor
|
1
|
a.
Peserta
didik menentukan topik teks kritik dan esai sangat sesuai isi teks
|
4
|
b.
Peserta
didik menentukan topik teks kritik dan esai sesuai isi teks
|
3
|
|
c.
Peserta
didik menentukan topik teks kritik dan esai kurang sesuai isi teks
|
2
|
|
d.
Peserta
didik menentukan topik teks kritik dan esai tidak sesuai isi teks
|
1
|
|
2
|
a.
Peserta
didik menyusun kerangka teks kritik dan esai sangat lengkap dan sangat sesuai dengan
topik
|
4
|
b.
Peserta
didik menyusun kerangka teks kritik dan esai lengkap dan sesuai dengan topik
|
3
|
|
c.
Peserta
didik menyusun kerangka teks kritik dan esai kurang lengkap dan kurang dengan topik
|
2
|
|
d.
Peserta
didik menyusun kerangka teks kritik dan esai tidak lengkap dan tidak sesuai isi teks
|
1
|
|
3
|
a.
Peserta didik menulis teks
kritik dan esai sangat sesuai dengan
kerangka, struktur, ciri kebahasaan,
dan EBI
|
4
|
b.
Peserta didik menulis teks
kritik dan esai sesuai
dengan kerangka, struktur, ciri
kebahasaan, dan EBI
|
3
|
|
c.
Peserta didik menulis teks
kritik dan esai kurang sesuai dengan kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
|
2
|
|
d.
Peserta didik menulis teks
kritik dan esai tidak sesuai
dengan kerangka, struktur, ciri
kebahasaan, dan EBI
|
1
|
Nilai = Perolehan skor
Jumlah kreteria/soa
Contoh
Nilai
= 11 x 100
= 91,66
12
LAMPIRAN MATERI TEKS
KRITIK DAN ESAI
Kompetensi Dasar
Pengetahuan
|
Keterampilan
|
3.12 Membandingkan kritik sastra dan
esai dari aspek pengetahuan dan pandangan penulis
|
3.13 Menganalisis sistematika dan
kebahasaan kritik dan esai
|
4.12 Menyusun kritik dan esai dengan
memerhatikan aspek pengetahuan dan pandangan penulis baik secara lisan maupun
tulis.
|
4.13 Mengonstruksi sebuah kritik atau
esai dengan memerhatikan sistematika dan kebahasaan baik secara lisan maupun
tulis
|
A. Contoh Teks (Fakta)
Kritik Sastra
Tirani dan Benteng : Potret dan Refleksi Empat Dekade Sejarah
Indonesia
Oleh: Ranti Jumiarni*)
Taufik
Ismail adalah salah satu sastrawan yang mempelopori angkatan 66 dan puisi-puisi
karyanya tak lekang oleh waktu. Salah satu kumpulan puisi Taufik Ismail yang
cukup fenomenal adalah Tirani dan Benteng, kumpulan puisi ini mampu memotret jalinan sejarah secara
gamblang dan tanpa tedeng aling-aling.
Kumpulan puisi ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama, Puisi-Puisi
Menjelang Tirani dan Benteng, bagian kedua,Tirani, dan bagian ketiga, Benteng. Selain Tirani dan Benteng (1966), karyanya yang lain adalah
Buku Tamu Musium Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1974), Kenalkan, Aku
Hewan (sajak anak-anak,1976), Puisi-Puisi Langit (1990) dan Majoi. Beberapa
dari puisinya telah dimusikalisasi oleh beberapa grup musik Indonesia, salah
satunya Bimbo (Sejadah Panjang) dan alm. Nike Ardila (Panggung Sandiwara).
Tirani
dan Benteng memotret secara sederhana dan lugas guratan peristiwa demi
peristiwa yang terjadi empat dekade lalu. Taufik Ismail mengabadikan sejarah
dengan bahasa yang mudah dipahami. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu karya
sastra yang mampu merefleksikan zamannya (Endraswara, 2003 : 79), maka Tirani dan Benteng adalah salah satu
karya itu.
Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng ditulis antara tahun 1960 – 1965. Ada 32 judul puisi
yang melukiskan gejolak Indonesia menjelang peralihan orde lama menuju orde
baru. Taufik bercerita mengenai perseteruan antara
pemerintah dan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) pada masa
itu. Elegi Buat sebuah Perang Saudara
menggambarkan kekacauan yang terjadi di negara kita. Kekacauan itulah yang
menjadi “embrio” ketakutan dan ketidakberdayaan bangsa kita. Kekacauan yang
melahirkan “peristiwa hitam” dalam peta sejarah Indonesia.
Dalam
beberapa puisi yang lain Taufik menggambarkan kehidupan keluarganya dan
masyarakat yang dihimpit kesulitan ekonomi pada masa itu. Kesederhanaan yang dituangkan Taufik pada
bait-bait puisinya begitu mengesankan dan menarik kita untuk memasuki sekaligus
memahami penderitaan rakyat karena lilitan kemiskinan yang begitu kental. Musim
kemarau dan serangan hama yang terjadi pada masa itu membuat panen petani
mengalami kegagalan. Keacuhan pemerintah menambah daftar hitam penyebab
kelaparan yang terjadi di negeri tercinta ini. Hal ini terlihat jelas pada puisi Potret di Beranda, Syair Orang Lapar, dan Catatan Tahun 1965.
Ditegaskan
pula dalam puisinya yang berbentuk catatan harian. Dalam puisi ini Taufik
benar-benar mendambakan kemerdekaan, baik kemerdekaan dalam berkarya maupun
kemerdekaan dalam sendi-sendi kehidupan. Hal ini terlihat jelas dalam rangkaian
puisinya yang berjudul 2 September 1965,
Pagi, 2 September 1965, Senja,
Pikiran sesudah Makan Malam, September dan Sesudah Dua Puluh Tahun (setelah merdeka).
Tiran.
Tirani. Hanura. Tiga kata yang tak asing. Bangsa kita pernah mengalaminya, menjalaninya, bahkan
mengulangnya dalam dekade yang berbeda. Ketika negara membungkam rakyatnya, ketika negara menelanjangi hak warganya, dan ketika
negara tak mampu menjadi rumah bagi
penduduknya maka saat itulah tiran, tirani bahkan hanura diteriakkan di
mana-mana. Delapan belas puisi yang ditulis oleh Taufik dalam Tirani banyak
mengungkapkan kepada kita apa yang terjadi pada tahun 1966. Tahun pergolakan,
perubahan dan peralihan dari masa orde lama menuju ke orde baru.
Betapa beraninya pemuda-pemuda Indonesia yang tergabung
melalui KAMI dan KAPPI memperjuangkan ketidakadilan dan kebenaran yang
dikungkung pada masa itu. Satu per satu dari mereka berjatuhan, merahnya darah
mereka menjadi saksi bagi pertiwi. Awan kedukaan ketika pahlawan revolusi gugur
belum lagi lenyap, kedukaan lain membayang. Indonesia kembali menangis ketika
harus melepaskan tunas-tunas bangsa ke pemakaman (Sebuah Jaket
Berlumur Darah dan Percakapan Angkasa)
B. Pengertian Kritik Sastra
Teks di atas mengungkapkan penilaian terhadap sebuah karya sastra yang
ditulis oleh Taufik Ismail pada buku kumpulan puisi yang berjudul Tirani dan
Benteng. Selain itu teks tersebut juga mengungkapkan peristiwa-peristiwa
sejarah yang terjadi di Indonesia pada tahun 1960-an. Diksi yang digunakan oleh
Taufik Ismail menggambarkan situasi dan kondisi menjelang dikeluarkannya
Tritura, hingga lengsernya kepemimpinan orde lama menuju ke orde baru.
Secara etimologis, istilah ”kritik” (sastra) berasal
dari bahasa Yunani yaitu krites yang berarti ”hakim”. Krites sendiri
berasal dari krinein ”menghakimi, membanding, menimbang”; kriterion yang
berarti ”dasar penghakiman” dan kritikos berarti ”hakim
kesustraan” Bentuk krites inilah yang menjadi dasar kata kritik. Secara
harafiah, kritik sastra merupakan upaya
menentukan nilai hakiki karya sastra dalam bentuk memberi pujian, mengatakan
kesalahan, memberi pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik.
C. Ciri-ciri Teks (Prinsip)
1. Fungsi
Dalam pengategorian teks, ulasan termasuk ke dalam
jenis discussion, yakni teks yang berfungsi untuk membahas berbagai
pandangan mengenai suatu objek, isu, ataupun masalah tertentu. Ulasan termasuk
ke dalam jenis teks argumentatif. Di dalam teks tersebut disajikan banyak
pendapat berdasarkan interpretasi ataupun penafsiran dari perspektif tertentu
dengan disertai fakta-fakta pendukungnya. Kritik sastra dapat digolongkan ke
jenis teks ulasan. Kritik sastra melakukan penilaian terhadap sebuah karya
sastra dengan mempertimbangkan baik buruknya karya sastra dari berbagai aspek kepengarangan
serta menyandarkan diri pada suatu teori sastra tertentu.
Dengan demikian, kritik sastra merupakan
hasil interpretasi terhadap sebuah karya sastra untuk menentukan nilai dalam bentuk memberi pujian, menyampaikan kekurangan, memberi pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran yang sistematik. Dengan membaca sebuah kritik sastra, pembaca
akan mudah memahami karya sastra yang dikritik. Baik dari isi maupun dari
bentuknya, sekaligus mengetahui kelebihan maupun kelemahan dari sebuah karya
sastra.
2.
Struktur Kritik Sastra
Kritik sastra dapat
dikategorikan dalam teks tanggapan atau ulasan. Sebagaimana yang tampak pada
contoh kritik sastra yang berjudul Tirani dan Benteng : Potret dan Refleksi Empat Dekade Sejarah Indonesia, teks kritik sastra memiliki
struktur sebagai berikut.
a. Pengenalan isu atau
tinjauan karya (prosa, puisi, drama);
didalamnya berupa identitas penulis, karya sastra yang
pernah dihasilkan, penilaian secara umum, termasuk gambaran isi karya sastra
itu sendiri (sinopsis)
b. Pemaparan argumen;
berisi analisis berkenaan dengan unsur-unsur karya
berdasarkan perspektif (sudut pandang) tertentu dan interpretasi penulis
terhadap karya sastra. Pada bagian ini dikemukakan juga fakta-fakta pendukung
untuk memperkuat argumen penulis
c. Penilaian dan
rekomendasi;
berisi timbangan keunggulan maupun kelemahan karya
sastra yang diulas. Pada bagian ini dapat pula disertai saran-saran untuk
khalayak terkait dengan kepentingan pengapresiasiannya
Dalam teks yang lain, struktur teks ulasan
mungkin pula disertai dengan daftar pustaka.
Berikut contoh analisis struktur teks kritik
sastra
Teks
|
Struktur
|
Penjelasan
|
Taufik
Ismail adalah salah satu sastrawan yang mempelopori angkatan 66 dan
puisi-puisi karyanya tak lekang oleh waktu. Salah satu kumpulan puisi Taufik
Ismail yang cukup fenomenal adalah Tirani dan Benteng, kumpulan puisi ini mampu memotret jalinan sejarah secara
gamblang dan tanpa tendeng aling-aling.
Kumpulan puisi ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama, Puisi-Puisi
Menjelang Tirani dan Benteng, bagian kedua,Tirani, dan bagian ketiga,
Benteng.
|
Pengenalan isu atau tinjauan karya
|
1.
Nama sastrawan dan karya yang pernah dihasilkan
2.
Penilaian secara umum karya sastra yang dikritik
3.
Sinopsis
|
Puisi-Puisi Menjelang
Tirani dan Benteng ditulis antara tahun 1960
– 1965. Ada 32 judul puisi yang melukiskan gejolak Indonesia menjelang
peralihan orde lama menuju orde baru. Taufik bercerita mengenai
perseteruan antara pemerintah dan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia) pada masa itu. Elegi Buat
sebuah Perang Saudara menggambarkan kekacauan yang terjadi di negara
kita. Kekacauan itulah yang menjadi “embrio” ketakutan dan ketidakberdayaan
bangsa kita. Kekacauan yang melahirkan “peristiwa hitam” dalam peta sejarah
Indonesia.
|
Pemaparan argumen
|
Hasil interpretasi puisi yang terdapat pada
kumpulan puisi Tirani dan Benteng
|
Dari
ketiga bagian; Puisi-Puisi Menjelang
Tirani dan Benteng, bagian kedua,Tirani, dan bagian ketiga, Benteng, semuanya menceritakan hal yang
sama yaitu penderitaan rakyat Indonesia di masa-masa itu; kemiskinan dan
ketidakadilan, perbedaan status antara si miskin dan kaya, terbelenggunya
pemikiran-pemikiran sastrawan, serta munculnya PKI di republik ini.
Tirani dan Benteng mampu merefleksikan kehidupan sosial masyarakat di
mana puisi ini ditulis
dengan apik. Kata demi kata, bait demi
bait, puisi demi puisi jalin menjalin untuk melukiskan latar sosial,
ekonomis, hingga sejarah dengan sangat tepat.
Di
sisi lain, cobalah kita merenung sejenak peristiwa besar yang kembali
menggores parut di wajah Indonesia.
12 Mei 1998. Mahasiswa kembali turun ke jalan. Peluru kembali ditembuskan.
Darah kembali mengalir. Almamater kembali memerah.
Tirani dan Benteng memang dipotret
Taufik Ismail 42 tahun yang lalu. Namun sejarah kembali terulang 32 tahun
sesudahnya. Membaca Tirani dan Benteng
bagai menjalani napak tilas.
Peristiwa
lengsernya Soeharto adalah dejavu
dari lengsernya Soekarno. Benar adanya ungkapan yang populer di kalangan guru
sejarah. Jas Merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Semoga
apa yang dipotret Taufik Ismail
tentang kelamnya sejarah Indonesia tidak akan terulang untuk ketiga kalinya.
Semoga dengan membaca Tirani dan Benteng kita mampu belajar banyak agar
menjadi lebih bijak.
|
Penilaian dan rekomendasi
|
Kelebihan maupun kekurangan dari karya sastra yang
dikritik
|
3.
Kebahasaan
Berdasarkan kaidah bahasanya, kritik sastra memiliki karakteristik
kebahasaan seperti berikut:
a. Menggunakan kata sifat
yang menunjukkan pendapat dan penilaian terhadap karya sastra tertentu,
misalnya, cukup
fenomenal, gamblang, sederhana, lugas, berhasil, sukses, apik, sangat tepat,
popular, bijak
Contoh:
1) Salah satu kumpulan puisi Taufik Ismail yang cukup
fenomenal adalah Tirani dan Benteng
2) Kumpulan puisi
ini mampu memotret jalinan sejarah secara gamblang dan tanpa tedeng aling-aling.
3) Tirani dan Benteng memotret secara sederhana
dan lugas guratan peristiwa demi peristiwa yang terjadi empat dekade
lalu.
4) Karya sastra yang berhasil atau sukses
yaitu karya sastra yang mampu merefleksikan zamannya (Endraswara, 2003 : 79),
maka Tirani dan Benteng adalah salah
satu karya itu.
5) Tirani dan Benteng mampu merefleksikan kehidupan sosial masyarakat di mana puisi ini
ditulis dengan apik.
6) Kata demi kata, bait demi bait, puisi demi
puisi jalin menjalin untuk melukiskan latar sosial, ekonomis, hingga sejarah
dengan sangat tepat.
7) Benar adanya ungkapan yang populer di
kalangan guru sejarah.
8) Semoga dengan membaca Tirani dan Benteng kita
mampu belajar banyak agar menjadi lebih bijak.
b. Karena sifatnya yang
argumentatif, dalam suatu alasan banyak dijumpai
pernyataan yang berupa pendapat, yang
kemudian ditunjang pula oleh fakta. Kehadiran fakta berfungsi sebagai sarana
untuk memperjelas pendapat.
Berikut
contoh-contoh pernyataan yang berupa fakta untuk menguatkan pendapat
1)
Puisi-Puisi Menjelang Tirani dan Benteng ditulis antara tahun 1960 – 1965. Ada 32
judul puisi yang
melukiskan gejolak Indonesia menjelang peralihan orde lama menuju orde baru. Taufik bercerita mengenai perseteruan antara
pemerintah dan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) pada masa
itu.
2)
Delapan belas puisi yang ditulis oleh Taufik dalam Tirani banyak mengungkapkan kepada kita apa yang
terjadi pada tahun 1966. Tahun pergolakan, perubahan dan peralihan dari masa
orde lama menuju ke orde baru.
3)
Pada bagian ketiga dari kumpulan puisi Tirani dan Benteng, Taufik menuliskan dua puluh dua puisi yang memaknai benteng itu sendiri. Benteng itu itu adalah keberanian mereka menegakkan
kebenaran dan keyakinan untuk memberangus kezaliman penguasa. Pasukan itu adalah pemuda-pemudi.
4)
12 Mei 1998. Mahasiswa kembali turun ke jalan. Peluru kembali ditembuskan. Darah
kembali mengalir. Almamater kembali memerah.
5)
Tirani dan Benteng memang dipotret
Taufik Ismail 42 tahun yang lalu. Namun sejarah kembali terulang 32 tahun sesudahnya.
c. Terdapat kata kerja
mental. Hal ini terkait dengan karakteristik kritik
sastra yang mengemukakan sejumlah
pendapat.
Kata kerja mental yang dimaksud,
antara lain, ditegaskan, mendambakan, menguatkan,
kebesaran, keikhlasan, kebenaran.
Contoh:
1) Ditegaskan pula dalam puisinya yang berbentuk catatan
harian.
2) Dalam puisi ini Taufik benar-benar mendambakan
kemerdekaan.
3) Air mata seorang ibu juga benteng yang menguatkan
perjuangan pada masa itu.
4) Kebesaran dan keikhlasan hati seorang ibu untuk
melepas putra-putri kesayangannya ke jalan kebenaran
d. Satuan bahasa yang
merujuk pada interpretasi karya sastra tertentu
Satuan bahasa itu antara lain menggambarkan,
hal ini terlihat jelas.
Contoh :
1) Elegi Buat sebuah Perang Saudara menggambarkan kekacauan yang terjadi
di negara kita. Kekacauan itulah yang menjadi “embrio” ketakutan dan
ketidakberdayaan bangsa kita.
2) Musim kemarau dan serangan hama yang terjadi
pada masa itu membuat panen petani mengalami kegagalan. Keacuhan pemerintah
menambah daftar hitam penyebab kelaparan yang terjadi di negeri tercinta ini. Hal ini terlihat
jelas pada puisi Potret di Beranda,
Syair Orang Lapar, dan Catatan Tahun
1965.
3) Dalam puisi ini Taufik benar-benar mendambakan
kemerdekaan, baik kemerdekaan dalam berkarya maupun kemerdekaan dalam
sendi-sendi kehidupan. Hal ini terlihat jelas dalam rangkaian puisinya
yang berjudul 2 September 1965, Pagi,
2 September 1965, Senja, Pikiran sesudah
Makan Malam, September dan Sesudah
Dua Puluh Tahun (setelah merdeka) (Oleh Ranti Jumiarni)
ESAI
A. Contoh Esai
Berikut contoh
esai.
MEURAJAH
Meurajah adalah salah suatu jenis karya sastra klasik, yang dalam istilah
kesusastraan Melayu atau Indonesia dikenal dengan sebutan mantra. Masyarakat
Aceh sampai dengan sekarang masih membudayakan meurajah, walau secara keilmuan
sastra masyarakat tidak mengetahui kalau meurajah merupakan salah satu genre
sastra.
Terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib
akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian pasien.
Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat alamiah
dari pada seorang dokter spesialis sekalipun. Dalam pengobatannya thabib
ini hanya membacakan beberapa mantra kesembuhan atau dalam bahasa Aceh disebut
dengan meurajah. Tingkat kemanjuran mantra ini sangat dipengaruhi oleh sahabat
(para jin), namun ada juga beberapa thabib yang hanya menggunakan media
ayat-ayat suci Al-Quran untuk kesembuhannya. Di Aceh sendiri tercatat beberapa
daerah yang sangat kental ilmu kabhatilan tersebut di antaranya Pantai Barat
Selatan, Sinabang, Aceh Tengah, namun sampai saat ini belum ada data yang real
yang mampu menyimpulkan keberadaanya.
Meurajah Peneukoh
Ka ek u langeet kah ku peugandoe
(naik ke langit aku ketapel)
Katroek di bumoe kah ku singkla
(turun ke bumi aku ikat)
Bak gaki kah ku boeh pasong
(di kakimu aku pasang pasung)
Bak idoeng gunci tembaga
(pada hidungmu aku kunci dengan tembaga)
Di hadapan raja diwa hong saidi
Pada lirik mantra tersebut jelas disebutkan bahwa neurajah ini keseluruhan
menggunakan media bantu berupa alam ghaib seperti pada kalimat yang paling
bawah “Di hadapan Raja Diwa Hong Saidi”. Jelas bukan, Raja Diwa Hong Saidi
adalah sosok pemimpin jin di dunia kegelapan yang dipercaya masyarakat Aceh mau
menolong mereka. Sama halnya yang ditampilkan di televisi, thabib di Aceh juga
perlu sesajen untuk medianya. Tapi perlu digarisbawahi bahwa tidak keselurahan
dari thabib di Aceh yang menggunakan sesajen hanya dipakai bagi paranormal atau
lebih tepatnya disebut dukun yang terdapat di pedalaman. Penyakit yang mampu
disembuhkan oleh thabib ini sangat beragam mulai dari penyakit yang ringan
hingga parah sekalipun, seorang thabib mampu menyembuhkannya dalam kurun waktu
tidak lebih dari sebulan. Jika dalam kurun waktu tersebut tidak kurun sembuh
maka thabib akan mengatakan “hana ubat” (tidak ada obat), percaya atau tidak?
penyakit yang tergolong ringan di antaranya yang mampu disembuhkan oleh thabib
berupa kesurupan, demam, sakit perut, sedangkan penyakit parah berupa kanker
ganas, batu ginjal tetap harus dengan pertolongan dunia medis modern. Namun
anehnya para thabib ini tidak melakukan operasi melainkan hanya dengan beberapa
mantra yang diucapkan.
Namun ada juga para masyarakat Aceh yang memakai jasa thabib untuk membantu
menemukan barang mereka yang hilang atau disebut “jak meukaloen” (ilmu tenung).
Khususnya thabib atau dukun (dukon) yang berada di desa-desa umumnya mereka
tidak menetapkan tarif khusus selama pengobatan tetapi para pasien memberikan
sejumlah uang seihklasnya saja. Mereka cukup dibayar dengan Rp5.000 atau dengan
menjamu dengan makan malam saja. Satu hal yang perlu diketahui, thabib di Aceh
hanya bisa melayani pasien saat matahari mulai terbenam, tepatnya pada pukul
16.00-05.30. selebih dari itu para thabib, dukun atau dukon akan menolak
membacakan mantranya dengan alasan “hana koeng peunukoeh” (tidak kuat
pemotong).
Oleh Zulfadli Kawom
Dimuat di Buletin Tuhoe Edisi XVI,
Desember 2013
B.
Pengertian Esai
Teks
yang telah kamu baca itulah yang dimaksud dengan esai. Teks tersebut berisikan
tanggapan atau pendapat seseorang tentang sebuah peristiwa. Adapun yang
dimaksud dengan esai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu karangan atau tulisan yang membahas
suatu masalah secara sekilas dari sudut pandang pribadi penulisnya. Dari
pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa esai adalah tulisan yang
mengandung opini dan sifatnya subjektif atau argumentatif. Pandangan-pandangan
pribadi tersebut haruslah logis dan dapat dipahami dengan baik. Tidak hanya
itu, argument yang disampaikan dalam esai harus didukung oleh fakta, sehingga
esai tersebut tidak menjadi tulisan yang fiktif atau imajinasi sang pengarang
belaka.
B. Ciri-ciri Esai
1. Fungsi
Esai
Berdasarkan contoh di
atas tampak bahwa esai merupakan teks yang berfungsi untuk menginformasikan
segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan
pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh
pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang dapat maupun yang
terjadi di muka bumi ini.
Adapun informasi yang terungkap di dalam teks itu berkenaan dengan
budaya masyarakat Aceh yang masih percaya pada pengobatan secara tradisional
dibandingkan dengan pengobatan secara modern. Meskipun tidak semua masyarakat
Aceh yang percaya pada pengobatan tradisional tersebut.
2. Struktur Esai
Perhatikan
kembali teks esai di atas ataupun teks esai lainnya yang telah kamu baca dari
sumber lain. Untuk menulis esai yang baik, terdapat
struktur dari esai yang harus diperhatikan penulis. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pendahuluan untuk mengungkapkan topik atau tema
yang akan dibahas.
Berdasarkan teks esai yang berjudul “Meurajah” tampak jelas penulis mengantarkan
pembaca untuk memahami topik yang dibahas. Penulis memulai dengan pemahamannya
tentang meurajah adalah salah suatu jenis karya sastra klasik, yang dalam
istilah kesusastraan Melayu atau Indonesia dikenal dengan sebutan mantra.
Masyarakat Aceh sampai dengan sekarang masih membudayakan neurajah, walau
secara keilmuan sastra masyarakat tidak mengetahui kalau neurajah merupakan
salah satu genre sastra. Kita dapat mengungkapkan topik atau tema yang akan
dibahas dalam keseluruhan esai di dalam pendahuluan. Unsur-unsur yang ada di
dalam pendahuluan adalah latar belakang dan pendapat pribadi penulis mengenai
tema yang akan dibahas secara lebih jelas dan detil pada bagian selanjutnya.
Pendahuluan menjadi pengantar pembaca untuk memahami topik yang akan dibahas
sehingga pembaca lebih mudah menelaah isi esai.
2. Isi/Pembahasan dari
topik atau tema tulisan secara lebih detail
Isi atau pembahasan adalah bagian dari esai yang menjelaskan tema/topik
tulisan secara lebih detil. Di dalam isi, penulis menjabarkan pendapatnya
secara kronologis atau urut sesuai dengan ide yang disusun dalam kerangka
sehingga esai menjadi koheren. Pembahasan dalam esai “Meurajah” tampak pada
paragraf ke-2 yaitu terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh
kepada thabib akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada
kepribadian pasien. Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang
bersifat alamiah dari pada seorang dokter spesialis sekalipun. Dalam
pengobatannya thabib ini hanya membacakan beberapa mantra kesembuhan atau dalam
bahasa Aceh disebut dengan neurajah. Tingkat kemanjuran mantra ini sangat
dipengaruhi oleh sahabat (para jin), namun ada juga beberapa thabib yang hanya
menggunakan media ayat-ayat suci Alquran untuk kesembuhannya. Di Aceh sendiri
tercatat beberapa daerah yang sangat kental ilmu kabhatilan tersebut di
antaranya Pantai Barat Selatan, Sinabang, Aceh Tengah, namun sampai saat ini
belum ada data yang real yang mampu menyimpulkan keberadaanya.
3. Kesimpulan/Penutup untuk merangkum atau menyimpulkan apa
yang sudah disampaikan.
Kesimpulan adalah bagian
terakhir dalam esai. Bagian ini berisi kalimat yang merangkum atau menyimpulkan
apa yang sudah disampaikan di pendahuluan dan pembahasan. Kesimpulan tidak
boleh melebar ke topik lain. Contoh: Namun ada juga para masyarakat Aceh yang
memakai jasa thabib untuk membantu menemukan barang mereka yang hilang atau
disebut “jak meukaloen” (ilmu tenung). Khususnya thabib atau dukun (dukon) yang
berada di desa-desa umumnya mereka tidak menetapkan tarif khusus selama
pengobatan tetapi para pasien memberikan sejumlah uang seihklasnya saja. Mereka
cukup dibayar dengan Rp5.000 atau dengan menjamu dengan makan malam saja. Satu
hal yang perlu diketahui, thabib di Aceh hanya bisa melayani pasien saat
matahari mulai terbenam, tepatnya pada pukul 16.00-05.30. selebih dari itu para
thabib, dukun atau dukon akan menolak membacakan mantranya dengan alasan “hana
koeng peunukoeh” (tidak kuat pemotong).
3.
Kaidah-kaidah Kebahasaan
Perhatikan kembali teks esai
yang telah dibaca sebelumnya. Tampak bahwa teks
tersebut dibentuk oleh banyak kata dan sejumlah kalimat. Di dalam teks esai,
kata-kata dan kalimat-kalimat itu ternyata memiliki kaidah atau aturan
tersendiri. Kaidah-kaidah tersebut dapat dijadikan sebagai ciri ataupun pembeda
dengan jenis teks lainnya.
Kaidah-kaidah
yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan
bahasa yang bersifat denotatif. Kata-kata yang digunakan dengan kalimat pendek
sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya dan tidak berlebihan.
b.
Penggunaan kata kerja material atau kata kerja
yang terkait dengan melakukan kegiatan atau tindakan.
Contoh:
1)
Seorang thabib mampu menyembuhkannya dalam kurun waktu
tidak lebih dari sebulan.
2)
Namun ada juga para masyarakat Aceh yang memakai jasa
thabib untuk membantu menemukan barang mereka yang hilang.
c.
Kalimat fakta yang mendukung argumen yang
dapat kita kaitkan dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Contoh:
Terlepas dari
sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib akan kesembuhan
penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian pasien. Terlebih
masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat alamiah dari pada
seorang dokter spesialis sekalipun.
berapa mantra
kesembuhan atau dalam bahasa Aceh disebut dengan meurajah.
C. Prosedur Pembelajaran
- Membandingkan teks esai dari aspek pengetahuan dan pandangan penulis
Teks 1
MEURAJAH
Meurajah adalah salah suatu jenis karya sastra klasik, yang dalam istilah
kesusastraan Melayu atau Indonesia dikenal dengan sebutan mantra. Masyarakat
Aceh sampai dengan sekarang masih membudayakan meurajah, walau secara
keilmuan sastra masyarakat tidak mengetahui kalau meurajah merupakan salah
satu genre sastra.
Terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib
akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian
pasien. Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat
alamiah dari pada seorang dokter spesialis sekalipun. Dalam
pengobatannya thabib ini hanya membacakan beberapa mantra kesembuhan atau
dalam bahasa Aceh disebut dengan meurajah. Tingkat kemanjuran mantra ini
sangat dipengaruhi oleh sahabat (para jin), namun ada juga beberapa thabib
yang hanya menggunakan media ayat-ayat suci Al-Quran untuk kesembuhannya. Di
Aceh sendiri tercatat beberapa daerah yang sangat kental ilmu kabhatilan
tersebut di antaranya Pantai Barat Selatan, Sinabang, Aceh Tengah, namun
sampai saat ini belum ada data yang real yang mampu menyimpulkan
keberadaanya.
Meurajah Peneukoh
Ka ek u langeet kah ku peugandoe (naik ke langit aku ketapel) Katroek di bumoe kah ku singkla (turun ke bumi aku ikat) Bak gaki kah ku boeh pasong (di kakimu aku pasang pasung) Bak idoeng gunci tembaga (pada hidungmu aku kunci dengan tembaga) Di hadapan raja diwa hong saidi
Pada lirik mantra tersebut jelas disebutkan bahwa neurajah ini
keseluruhan menggunakan media bantu berupa alam ghaib seperti pada kalimat
yang paling bawah “Di hadapan Raja Diwa Hong Saidi”. Jelas bukan, Raja Diwa
Hong Saidi adalah sosok pemimpin jin di dunia kegelapan yang dipercaya
masyarakat Aceh mau menolong mereka. Sama halnya yang ditampilkan di
televisi, thabib di Aceh juga perlu sesajen untuk medianya. Tapi perlu
digarisbawahi bahwa tidak keselurahan dari thabib di Aceh yang menggunakan
sesajen hanya dipakai bagi paranormal atau lebih tepatnya disebut dukun yang
terdapat di pedalaman. Penyakit yang mampu disembuhkan oleh thabib ini sangat
beragam mulai dari penyakit yang ringan hingga parah sekalipun, seorang
thabib mampu menyembuhkannya dalam kurun waktu tidak lebih dari sebulan. Jika
dalam kurun waktu tersebut tidak kurun sembuh maka thabib akan mengatakan “hana
ubat” (tidak ada obat), percaya atau tidak? penyakit yang tergolong ringan di
antaranya yang mampu disembuhkan oleh thabib berupa kesurupan, demam, sakit
perut, sedangkan penyakit parah berupa kanker ganas, batu ginjal tetap harus
dengan pertolongan dunia medis modern. Namun anehnya para thabib ini tidak
melakukan operasi melainkan hanya dengan beberapa mantra yang diucapkan.
Namun ada juga para masyarakat Aceh yang memakai jasa thabib untuk
membantu menemukan barang mereka yang hilang atau disebut “jak meukaloen”
(ilmu tenung).
Khususnya thabib atau dukun (dukon) yang berada di desa-desa umumnya
mereka tidak menetapkan tarif khusus selama pengobatan tetapi para pasien
memberikan sejumlah uang seihklasnya saja. Mereka cukup dibayar dengan
Rp5.000 atau dengan menjamu dengan makan malam saja. Satu hal yang perlu
diketahui, thabib di Aceh hanya bisa melayani pasien saat matahari mulai
terbenam, tepatnya pada pukul 16.00-05.30. selebih dari itu para thabib,
dukun atau dukon akan menolak membacakan mantranya dengan alasan “hana koeng
peunukoeh” (tidak kuat pemotong).
Oleh Zulfadli Kawom
Dimuat di Buletin
Tuhoe Edisi XVI, Desember 2013
|
Teks 2
ENONG DAN SEMANGAT PANTANG MENYERAH
Oleh Muh Zuhri,
S.Pd., M.Pd.
Guru SMA Negeri 2
Boyolali, Jawa Tengah
“Was dich nictht umbringt,
macht dich nur starker” dalam bahasa Inggris adalah “what dosen’t
kills you, makes you stronger”.
Dalam Bahasa Indonesia “apa yang tidak
dapat membunuhmu, membuatmu kuat” (Friedrich Wilhelm Nietzsche dalam Aprinalistria, 2015). Cobaan
dan penderitaan hidup tidak boleh membuat putus asa. Harus dihadapi dengan
tabah. Demikianlah, seharusnya manusia menghadapi permasalahan dalam
kehidupan. Kenyataan hidup harus dihadapi. Manusia harus berani mengambil
keputusan atau pilihan hidup dengan berbagai risikonya. Itulah yang dilakukan
Enong (tokoh) dalam kisah hidupnya. Tokoh telah mengambil keputusan untuk
menghadapi cobaan hidup dengan penuh keberanian dan ketabahan.
Begitulah makna yang tertangkap setelah
membaca Padang Bulan novel pertama
dwilogi Padang Bulan karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh
Penerbit Bentang Yogyakarta cetakan kesebelas, Februari 2017.
Sesungguhnya, makna yang termuat dalam novel
ini, menjadi sangat terkedepankan karena struktur alurnya, di samping faktor
lain, misalnya, penokohan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sayuti (2000:
54-56) yang menyatakan bahwa plot atau alur sangat penting untuk
mengekspresikan makna suatu karya fiksi, baik makna yang bersifat muatan, actual meaning, maupun makna yang
bersifat niatan, intentional meaning. Melalui
alur penulis mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dalam karyanya dan cara
penulis mengorganisasikan pengalaman tersebut memberi tahu banyak kepada
pembaca tentang makna pengalaman itu baginya.
Novel
Padang Bulan terdiri atas 41 bagian
yang oleh pengarangnya diberi istilah mozaik.Mozaik-mozaik dalam novel ini
mence
ritakan alur kehidupan tokoh utama Enong dan
Aku (Ikal). Jumlah alur dalam novel ini pada dasarnya terdiri dua alur yaitu
alur utama yang menceritakan kehidupan tokoh Enong dan alur tambahan yang
menceritakan kehidupan tokoh Aku. Pada satu titik kedua alur itu bertemu
(saat pertemuan tokoh Enong dan Aku di kantor pos pada mozaik 20 halaman 140)
dan beberapa bagian atau mozaik selanjutnya,
Pada
awal cerita dikisahkan kehidupan keluarga miskin. Seorang Ibu-Syalimah- dan
Ayah –Zamzami- yang memiliki tiga anak. Anak pertama bernama Enong yang
memiliki dua adik. Keluarga ini tetap merasa bahagia meskipun miskin (Mozaik
1 halaman 1-7).
Cerita
kemudian berlanjut dengan kematian ayah Enong karena tertimbun tanah longsor
ketika bekerja di pertambangan timah. Peristiwa ini menghadirkan awal konflik
bagi tokoh Enong dalam kehidupannya ( Mozaik 2 halaman 11). Ia harus keluar
sekolah dan mencari pekerjaan. Pilihan yang membawa berbagai persoalan bagi
tokoh Enong (Mozaik 4 halaman 30). Di kota ia tidak mendapatkan pekerjaan dan
akhirnya memutuskan pulang kembali ke desanya. Di desa ia menemukan
adik-adiknya telah keluar dari sekolah dan tidak apapun yang bisa
dikerjakannya. Ia menangis dan hampir putus asa (klimaks). Di puncak
kebingungannya ia pergi ke danau dan mendapatkan ide menjadi pendulang timah (tahap
permulaan pemecahan masalah), sebuah pekerjaan yang sangat berat yang selama
ini hanya dilakukan oleh laki-laki (Mozaik 9 halaman 59). Namun ternyata
masalah belum benar-benar teratasi. Permasalahan baru muncul, yaitu sulitnya
mencari timah. Enong harus masuk ke hutan untuk mencari timah, ditipu oleh
juru taksir timah (Mozaik 11 halaman 75) dan hampir dibunuh oleh pendulang
timah yang lain (Mozaik 13 halaman 86).
Semua
penderitaan hidup tak membuat Enong menyerah. Ia tetap berusaha dan berjuang.
Bahkan semangat untuk belajar dan menegakkan harkat diri tak pernah luntur.
Ia belajar bahasa Inggris di sela-sela bekerja (Mozaik 11 halaman 71). Bahkan
Enong memutuskan untuk mengikuti kursus bahasa Inggris (Mozaik 20 halaman
143).
Tokoh
utama kedua dalam novel ini adalah tokoh Aku (Ikal). Pada bagian awal Tokoh
aku diceritakan tinggal sendiri di rumah kontrakan dan mengenang sosok
ayahnya yang sangat menyayangi dan tipe pekerja keras (Mozaik 3 halaman
22-24). Bagian ini menceritakan sosok aku dan awal mula permasalahan yang
dihadapi tokoh aku. Aku memutuskan berpisah dengan orang tuanya karena
ayahnya tidak menyetujui tokoh aku menikah dengan gadis Tionghoa (A Ling)
karena perbedaan agama (Mozaik 8 halaman 54-57). Setelah dibujuk dan diberi
kabar bahwa ayahnya sakit keras, tokoh aku pulang kembali ke rumah (Mozaik 19
halaman 128-129). Di rumah tokoh aku menghadapi permasalahan tuntutan ibunya
agar tokoh aku mencari pekerjaan (Mozaik 19 halaman 131). Ketika akan
mengirim surat lamaran ke Jakarta dan mengirimkan lewat kantor pos, tokoh aku
bertemu dengan Enong (Mozaik 20 halaman 140). Enong pada akhirnya memberikan
nasihat agar tokoh aku tabah dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam
kehidupan tokoh aku. Tokoh aku menghadapi permasalahan mencari pekerjaan
(Mozaik 19 halaman 131) , menghadapi permasalahan dalam percintaan (Mozaik 21
halaman 151), dan menghadapi permasalahan tinggi badan dan krisis kepercayaan
(Mozaik 31 halaman 221 -230). Enong menyadarkan bahwa permasalahan yang
dihadapi tokoh aku tidak lebih berat dari permasalahan yang dihadapinya.
Namun, Enong menghadapi permasalahan hidup dengan tabah dan pantang menyerah
(Mozaik 35 halaman 262).
Struktur
alur cerita ini jika dibaca sekilas tampak meloncat-loncat antara
menceritakan tokoh Enong dengan segala permasalahan kehidupannya dan tokoh
Aku yang menghadapi permasalahan lain. Kisah Enong (tanpa kehadiran tokoh
Aku) diceritakan pada Mozaik 1, 2, 4, 6, 9, 11, dan 13. Kisah tokoh Aku
(tanpa kehadiran Enong) diceritakan pada Mozaik 3, 5, 7, 8, 10, 12, 14, 17,
18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 34, 39, 40, dan 41). Namun, jika
dicermati lebih dalam justru sebaliknya. Ada hubungan yang erat antara kisah
Aku dengan kisah Enong. Kedua tokoh itu diceritakan dalam satu mozaik (kedua
tokoh hadir pada satu mozaik) yaitu pada mozaik 16, 20, 21, 30, 32, 33, 35,
36, 37, dan 38.
Kisah aku sebagai Alur tambahan sebagaimana
dilukiskan di atas sangat berperan dalam mengedepankan makna yang akan
disampaikan oleh pengarang melalui alur utama pada kisah kehidupan Enong.
Tokoh aku “hanya” menghadapi “permasalahan ringan” yaitu tinggi badan
(fisik), menghadapi rasa cemburu dalam percintaan, dan permasalahan mencari
pekerjaan namun memiliki ijazah tinggi dan pandai berbahasa Inggris.
Sedangkan Enong yang masih kecil dan lemah menghadapi permasalahan yang jauh
lebih berat. Enong ditinggal mati ayahnya, keluar dari sekolah, mencari
pekerjaan untuk menghidupi adik-adiknya, dan menghadapi usaha pembunuhan oleh
preman bayaran. Enong mampu menghadapi permasalahan-permasalahan yang berat
itu. Enong mengajarkan kepada tokoh Aku untuk tabah dan berjuang mengatasi
semua permasalahan dalam hidup. Seperti yang dikatakan Enong kepada tokoh Aku
“ Janganlah berputus asa. Lihatlah
Kakak, ni, dari kecil Kakak susah. Cobaan datang bertubi-tubi, tapi mana
pernah Kakak patah harapan. Tak pernah! Hidup ini harus tabah. Memang benar
badanmu pendek, tapi mukamu tak jelek-jelek betul. Paling tidak, kau lihai
berbahasa Inggris! “ (Mozaik 35 halaman 262). Inilah makna niatan, intentional meaning, pengarang: Hidup
bisa menghadirkan berbagai macam cobaan dan penderitaan, tetapi manusia tidak
boleh menyerah dan kalah. Manusia harus tabah dan terus berjuang mengatasi
segala permasalahan dalam kehidupannya.
Andrea
Hirata melalui karya ini bersimpati dan memberikan penghormatan tinggi
terhadap mereka yang berani menghadapi permasalahan, tabah, terus berjuang
untuk mengatasi berbagai cobaan dan permasalahan kehidupan.
|
Jika kita membandingkan kedua teks esai
tersebut dari
aspek pengetahuan maka dapat kita simpulkan bahwa teks esai 1 termasuk dalam teks
esai paparan yang bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan lebih rinci suatu hal kepada pembaca. Tujuan utama
esai ini untuk mengedukasi maupun memberikan informasi kepada pembaca.
Contoh dalam teks:
Terlepas dari sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib
akan kesembuhan penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian
pasien. Terlebih masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat
alamiah dari pada seorang dokter spesialis sekalipun. Dalam
pengobatannya thabib ini hanya membacakan beberapa mantra kesembuhan atau
dalam bahasa Aceh disebut dengan meurajah. Tingkat kemanjuran mantra ini
sangat dipengaruhi oleh sahabat (para jin), namun ada juga beberapa thabib yang
hanya menggunakan media ayat-ayat suci Al-Quran untuk kesembuhannya. Di Aceh
sendiri tercatat beberapa daerah yang sangat kental ilmu kabhatilan tersebut
di antaranya Pantai Barat Selatan, Sinabang, Aceh Tengah, namun sampai saat
ini belum ada data yang real yang mampu menyimpulkan keberadaanya.
|
Sedangkan dalam teks esai 2 termasuk dalam teks argumentatif bertujuan untuk meyakinkan
pembaca untuk menerima ide, pandangan, sikap, maupun kepercayaan penulis
terhadap suatu isu atau permasalahan. Esai argumentatif akan berusaha
mengungkapkan kebenaran dari suatu ide dengan motif agar nantinya pembaca pada
akhirnya akan berpihak pada penulis dan berbuat sesuatu berdasarkan opini yang
terdapat dalam esai tersebut.
“Was dich nictht umbringt, macht dich nur
starker” dalam bahasa Inggris adalah “what dosen’t kills you, makes
you stronger”. Dalam Bahasa
Indonesia “apa yang tidak dapat
membunuhmu, membuatmu kuat” (Friedrich
Wilhelm Nietzsche dalam Aprinalistria, 2015). Cobaan dan penderitaan
hidup tidak boleh membuat putus asa. Harus dihadapi dengan tabah.
Demikianlah, seharusnya manusia menghadapi permasalahan dalam kehidupan.
Kenyataan hidup harus dihadapi. Manusia harus berani mengambil keputusan atau
pilihan hidup dengan berbagai risikonya. Itulah yang dilakukan Enong (tokoh)
dalam kisah hidupnya. Tokoh telah mengambil keputusan untuk menghadapi cobaan
hidup dengan penuh keberanian dan ketabahan.
Begitulah makna yang tertangkap setelah
membaca Padang Bulan novel pertama
dwilogi Padang Bulan karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh
Penerbit Bentang Yogyakarta cetakan kesebelas, Februari 2017.
|
Jika kita
membandingkan kedua teks esai tersebut dari pandangan penulis pada teks 1
penulis mencoba memaparkan isi esai tersebut berdasarkan apa yang ada dalam pemikirannya
hal ini terbukti dengan tidak adanya fakta-fakta yang akurat tentang data atau
sumber yang digunakan dalam teks. Pada teks 2 penulis lebih kritis dalam
memberikan argumen dengan sumber-sumber yang lebih jelas. Contoh yang terdapat
dalam teks.
Teks 1
Pada lirik mantra tersebut jelas disebutkan bahwa neurajah ini
keseluruhan menggunakan media bantu berupa alam ghaib seperti pada kalimat
yang paling bawah “Di hadapan Raja Diwa Hong Saidi”. Jelas bukan, Raja Diwa
Hong Saidi adalah sosok pemimpin jin di dunia kegelapan yang dipercaya
masyarakat Aceh mau menolong mereka. Sama halnya yang ditampilkan di
televisi, thabib di Aceh juga perlu sesajen untuk medianya. Tapi perlu
digarisbawahi bahwa tidak keselurahan dari thabib di Aceh yang menggunakan sesajen
hanya dipakai bagi paranormal atau lebih tepatnya disebut dukun yang terdapat
di pedalaman. Penyakit yang mampu disembuhkan oleh thabib ini sangat beragam
mulai dari penyakit yang ringan hingga parah sekalipun, seorang thabib mampu
menyembuhkannya dalam kurun waktu tidak lebih dari sebulan. Jika dalam kurun
waktu tersebut tidak kurun sembuh maka thabib akan mengatakan “hana ubat”
(tidak ada obat), percaya atau tidak? penyakit yang tergolong ringan di
antaranya yang mampu disembuhkan oleh thabib berupa kesurupan, demam, sakit
perut, sedangkan penyakit parah berupa kanker ganas, batu ginjal tetap harus
dengan pertolongan dunia medis modern. Namun anehnya para thabib ini tidak
melakukan operasi melainkan hanya dengan beberapa mantra yang diucapkan.
|
Teks 2
Struktur alur cerita ini jika dibaca sekilas
tampak meloncat-loncat antara menceritakan tokoh Enong dengan segala
permasalahan kehidupannya dan tokoh Aku yang menghadapi permasalahan lain.
Kisah Enong (tanpa kehadiran tokoh Aku) diceritakan pada Mozaik 1, 2, 4, 6,
9, 11, dan 13. Kisah tokoh Aku (tanpa kehadiran Enong) diceritakan pada
Mozaik 3, 5, 7, 8, 10, 12, 14, 17, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
31, 34, 39, 40, dan 41). Namun, jika dicermati lebih dalam justru sebaliknya.
Ada hubungan yang erat antara kisah Aku dengan kisah Enong. Kedua tokoh itu
diceritakan dalam satu mozaik (kedua tokoh hadir pada satu mozaik) yaitu pada
mozaik 16, 20, 21, 30, 32, 33, 35, 36, 37, dan 38.
|
- Menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik esai
a. Penggunaan
bahasa yang bersifat denotatif. Kata-kata yang digunakan dengan kalimat pendek
sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya dan tidak berlebihan.
b. Penggunaan kata kerja
material atau kata kerja yang terkait dengan melakukan kegiatan atau tindakan.
Contoh:
1)
Seorang thabib mampu menyembuhkannya dalam kurun waktu
tidak lebih dari sebulan.
2)
Namun ada juga para masyarakat Aceh yang memakai jasa
thabib untuk membantu menemukan barang mereka yang hilang.
c.
Kalimat fakta yang mendukung argumen yang
dapat kita kaitkan dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Contoh:
Terlepas dari
sihir atau tidak, kepercayaan masyarakat Aceh kepada thabib akan kesembuhan
penyakit yang dideritanya sangat besar pada kepribadian pasien. Terlebih
masyarakat awam, lebih mempercayai pengobatan yang bersifat alamiah dari pada
seorang dokter spesialis sekalipun. (Oleh Yuli
Sabarina)
UNDUH FILE WORD RPP TEKS KRITIK DAN ESAI KLIK https://drive.google.com/open?id=1B1EHfRjZOf39it8V53i5eiL3m7oHAz_o
BACA DAN UNDUH RPP KELAS XII SMA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019 BAHASA
INDONESIA KURIKULUM 2013 EDISI REVISI
RPP Kuriikulum 2013 edisi revisi dilengkapi lampiran materi
dan penilaian, berorientasi HOTS, mengembangkan 4C, Literasi, PPK
1. RPP TEKS ARTIKEL KD 3.10 DAN 4.10 KLIK https://zuhriindonesia.blogspot.com/2018/12/rpp-bahasa-indonesia-teks-artikel-kelas.html
2. RPP TEKS ARTIKEL KD 3.11 DAN 4.11 KLIK https://zuhriindonesia.blogspot.com/2018/12/rpp-teks-artikel-kd-311-dan-411-kelas.html
3. RPP TEKS KRITIK DAN ESAI KD 3.12, 4.12, 3.13, DAN 4.13
KLIK https://zuhriindonesia.blogspot.com/2018/12/rpp-teks-kritik-dan-esai-kelas-xii.html
4. RPP BUKU PENGAYAAN KD 3.14 DAN 4.14 KLIK https://zuhriindonesia.blogspot.com/2018/12/rpp-bahasa-indonesia-kelas-xii-semester.html
0 komentar:
Post a Comment