01 September 2022

1.2 MATERI MEMBACA DAN MEMIRSA BAHASA INDONESIA KELAS X KURIKULUM MERDEKA: TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

 


Tujuan Pembelajaran

1. Menemukan informasi baik tersurat maupun tersirat secara kritis.

2. Membandingkan informasi pada teks laporan hasil observasi dengan teks eksplanasi yang dibaca.

3. Menggunakan berbagai cara dan referensi untuk mengidentifikasi makna kata ilmiah baik makna tekstual maupun makna kontekstual.

 

Ringkasan Materi

A.  Informasi dalam Teks Laporan Hasil Observasi

Laporan hasil observasi ialah teks yang mengungkapkan fakta-fakta yang didapatkan melalui proses pengamatan.

Untuk mengetahui keakuratan data pada teks laporan hasil observasi kita dapat menggunakan sebuah teks eksplanasi sebagai bahan pembanding informasi. Teks eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan proses bagaimana dan mengapa suatu fenomena, baik fenomena alam maupun fenomena sosial, terjadi.

B.       Contoh Teks Laporan Hasil Observasi dan Teks Eksplanasi

 

1.      Contoh Teks Laporan Hasil Observasi

Kunang-Kunang

Kunang-kunang merupakan jenis serangga yang dapat  mengeluar- kan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari. Cahaya ini dihasilkan dari “sinar dingin” yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah. Terdapat lebih dari 2000 spesies kunang-kunang yang tersebar di daerah tropis di dunia.

Kunang-kunang hidup di tempat-tempat lembab, seperti rawa-rawa, hutan bakau, dan daerah yang dipenuhi pepohonan. Kunang-kunang juga ditemukan pada daerah perkuburan yang tanahnya relatif gembur dan tidak banyak terganggu oleh aktivitas manusia. Kunang-kunang bertelur saat hari  gelap.  Telur-telurnya yang berjumlah antara 100 hingga 500 butir diletakkan di tanah, ranting, rumput, di tempat berlumut atau di bawah dedaunan.

Pada umumnya, kunang-kunang akan keluar pada malam hari, namun ada juga kunang-kunang yang beraktivitas di siang hari. Mereka yang keluar siang hari ini umumnya ditemukan tidak mengeluarkan cahaya.

Berdasarkan hasil pengamatan, tubuh kunang-kunang betina lebih besar dibandingkan kunang-kunang jantan. Tubuh kunang- kunang terdiri dari tiga bagian: kepala, thorax, dan perut (abdomen). Kunang-kunang memiliki dua pasang sayap. Sepasang sayap penutup yang berterkstur keras melindungi sayap di bawahnya sekaligus melindungi tubuh kunang-kunang. Panjang badannya sekitar 2cm. Hampir seluruh bagian tubuh kunang-kunang berwarna gelap dan berwarna titik merah pada bagian penutup kepala. Warna kuning pada bagian penutup sayap, bermata majemuk, dan berkaki enam.

Makanan kunang-kunang adalah cairan tumbuhan, siput-siputan kecil, serangga, atau cacing. Bahkan kunang-kunang memangsa jenisnya sendiri. Makanan bagi hewan penting untuk pertumbuhan. Dengan makanan pertumbuhan akan maksimal. Asupan yang maksimal dapat memberikan kebugaran bagi makhluk hidup.

Cahaya yang dikeluarkan oleh kunang-kunang tidak berbahaya, malah tidak mengandung ultraviolet dan inframerah. Cahaya ini dipergunakan kunang-kunang untuk memberi peringatan kepada pemangsa bahwa kunang-kunang tidak enak dimakan dan untuk menarik pasangannya. Keahlian mempertontonkan cahaya tidak hanya dimiliki oleh kunang-kunang dewasa, bahkan larva. Kunang-kunang betina sengaja berkelap-kelip untuk mengundang pejantan. Setelah pejantan mendekat, sang betina memangsanya. Kunang-kunang jantan lebih sedikit bercahaya dibandingkan dengan kunang-kunang betina.

Kunang-kunang merupakan penanda kesehatan  sebuah ekosistem (bioindikator) sehingga dapat membantu manusia untuk menilai apakah sebuah daerah masih bersih dan alami atau sudah tercemar. Kunang-kunang juga membantu petani dalam proses penyerbukan dan sebagai pembasmi hama alami.

(Diadaptasi dari: Kadariah, 2017)

Contoh Teks Eksplanasi

Kunang-Kunang yang Perlahan Menghilang

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Bioscience menyatakan kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan serangga ini terancam punah.

Penyebab pertama kepunahan kunang-kunang adalah hilangnya habitat hidup kunang-kunang. Kunang-kunang menderita karena habitat yang menjadi tempat untuk menyelesaikan siklus hidupnya telah menghilang. Misalnya, kunang-kunang Malaysia (Pteroptyx tener), yang terkenal karena panjangnya, harus kehilangan habitatnya untuk berkembang biak di kawasan bakau karena di konversi menjadi perkebunan sawit dan pertanian budidaya.

Dalam penelitianlainjugadisebutkanbahwapolusicahayamenjadi penyebab kedua terbesar punahnya kunang-kunang. Penggunaan cahaya buatan pada malam hari, yang semakin marak selama seabad terakhir, adalah ancaman paling serius kedua bagi kunang-kunang. Banyak  kunang-kunang  mengandalkan  bioluminescence,  reaksi kimia didalam tubuh mereka yang memungkinkan untuk  menyala saat menemukan dan menarik pasangan. Banyaknya cahaya buatan dapat mengganggu fase ini.

Penelitian juga mencatat, tingkat kecerahan dibumi mengalami peningkatan sebesar 23 persen. Selain itu, Avalon Owens, seorang kandidat PhD dalam biologi di Universitas Tufts, menyampaikan bahwa polusi cahaya benar-benar mengacaukan ritual kawin kunang- kunang yang berdampak kepada regenerasi kunang-kunang.

Penggunaan insektisida juga berperan dalam penurunan populasi kunang-kunang. Profesor biologi dari Universitas Sussex, Dave Goulson mengatakan hilangnya habitat menjadi faktor paling utama yang mendorong kepunahan kunang-kunang, sedangkan pestisida adalah faktor sekunder yang tidak bisa di kesampingkan.

Selain tiga faktor itu, pariwisata juga memicu kepunahan kunang- kunang. Di Jepang, Taiwan, dan Malaysia misalnya, meningkatnya angka wisatawan yang mencapai 200 ribu pengunjung membuat populasi kunang-kunang menurun. Di Thailand, peneliti juga mengatakan bahwa lalu lintas perahu motor di sepanjang sungai bakau telah menumbangkan pohon dan mengikis tepi sungai dan menghancurkan habitat kunang-kunang. Sementara spesies yang tidak dapat terbang di injak-injak oleh wisatawan di Carolina Utara dan Nanacampila di Meksiko.

(Diadaptasi dari: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200204163021-199-471585/

habitat-hilang-kunang-kunang-di-ambang-kepunahan)

Contoh Informasi pada teks LHO “Kunang-Kunang”: Kunang-kunang hidup di tempat- tempat lembab, seperti rawa-rawa, hutan bakau, dan daerah yang dipenuhi pepohonan (Paragraf 2)

Informasi pendukung pada teks “Kunang-Kunang yang Perlahan Menghilang”: ...kunang-kunang Malaysia (Pteroptyx tener), yang terkenal karena panjangnya, harus kehilangan habitatnya untuk berkembang biak di kawasan bakau.... (Paragraf 2)

C.    Berbagai Cara dan Referensi untuk Mengidentifikasi Makna Kata Ilmiah

Salah satu ciri bahasa yang digunakan dalam laporan hasil observasi adalah bahasa ilmiah. Hal ini tidak lepas dari laporan hasil observasi yang termasuk ke dalam teks ilmiah.

Untuk memahami arti kata-kata ilmiah yang jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menggunakan cara-cara berikut.

1.    Makna atau arti kata sering kali dijelaskan secara langsung atau tersurat dalam teks.

Contoh:

Belalang anggrek merupakan predator polifagus atau pemakan beberapa jenis mangsa.

2.    Makna atau arti kata dapat kita temukan dari penjelasan secara tidak langsung dalam teks.

Contoh:

Tonggeret termasuk hewan herbivora. Tonggeret dewasa mengisap sari makanan dari batang pohon menggunakan mulutnya yang seperti jarum. Saat masih berbentuk nimfa, tonggeret mengisap cairan dari akar pohon untuk bertahan hidup.

Dari teks tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa herbivora berarti hewan yang memakan tumbuhan atau bagian tumbuhan.

3.      Makna atau arti kata dapat kita dapatkan dengan menggunakan petunjuk visual yang terdapat dalam teks.

Contoh:

 


4.      Makna atau arti kata juga dapat ditemukan dengan menggunakan kamus, ensiklopedia, atau tesaurus, baik dalam bentuk cetak maupun daring.

 

Contoh:

 


 

Tangkapan layar laman KBBI daring

 

Contoh kata ilmiah dan artinya

a.     Ooteka: buih putih yang dikeluarkan belalang sembah untuk melindungi telur-telurnya.

b.    Abdomen: bagian tubuh berupa rongga perut yang berisi alat pencernaan.

c.     Membran: selaput, kulit tipis, atau lembaran bahan tipis yang merupakan pemisah.

d.    Nokturnal: keadaan hewan yang sifatnya atau kebiasaannya aktif terutama pada malam hari.

e.     Predator: hewan pemangsa hewan lain.

 

 

Sumber

Aulia, Tri Fadilah dan Gumilar, Sefi Indra. 2021. Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

0 komentar:

Post a Comment