09 September 2022

2.1 MENYIMAK TEKS ANEKDOT: MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA KELAS X KURIKULUM MERDEKA

 

Tujuan

1. Mengevaluasi pesan yang disampaikan

2. Mengidentifikasi struktur teks anekdot yang dibacakan

 

A.   Pengertian anekdot

Pernahkah kalian membaca sebuah cerita lucu sekaligus mengandung kritik atas fenomena sosial yang terjadi di masyarakat? Teks seperti itu disebut dengan anekdot. Di balik humor atau kelucuan yang ditampilkan, anekdot memiliki pesan yang diharapkan dapat memberikan pelajaran kepada khalayak ramai. Oleh karena itu, isi cerita sebuah anekdot harus mengangkat tema atau masalah yang benar-benar terjadi dan dirasakan masyarakat.

B.   Pengertian lawakan tunggal (stand up comedy)

Lawakan tunggal atau komedi tunggal merupakan penyajian lawakan yang dilakukan oleh seorang diri di atas panggung. Komika, orang yang melakukan lawakan  tunggal,  menyampaikan  sebuah  topik  dengan cara bermonolog. Melalui lawakan tunggal, seorang komika berusaha mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu, baik berupa kritik sosial yang berdasarkan penelitian maupun kegelisahan diri.  Oleh karena itu, lawakan tunggal disebut juga sebagai komedi cerdas yang menyampaikan pesan bagi para pendengarnya.

 

Contoh

Liburan Kuli Bangunan

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli bangunan? Wah, berarti saya satu-satunya ya di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat kebanyakan orang, liburan itu obat stres, tapi buat saya malah bikin stres. Datang liburan orang- orang sibuk nyiapin rencana mau liburan ke mana. Saya malah sibuk nyari alasan.

Anak saya minta liburan, “Pak, ingin ke Dufan.” “Nak, Jakarta banjir.”

“Ya udah Pak, ke Tangkuban Perahu.” “Nak, perahunya bocor.”

“Ah bilang aja, Bapak gak punya uang.” “Cerdas!”

Anak saya itu memang jarang liburan. Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore, dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak- anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda.

Pulang ke rumah ditanya sama istri saya, “Gimana Nak, seru main sama Bapak?”

“Mantap, Mah! Pokoknya udah gede aku mau jadi kuli bangunan.” “Hey, masa perempuan jadi kuli banguan..”

“Gak apa-apa, Mah, emansipasi!”

Ya, anak saya itu memang jarang liburan, jadi dia itu norak.

Kemarin saja saya bawa ajak mandi bola, dia bawa handuk.

Istri saya langsung ngomong, “Nak, mandi bola gak usah bawa handuk, Kan udah disediain.”

Tapi bukan cuma anak saya, saya juga jarang liburan. Satu-satunya liburan saya ya di acara ini. Buat saya kompetisi ini liburan. Gimana enggak coba? Saya dapat pergi ke Jakarta, tidur di hotel, kasurnya empuk, kalau saya tidur langsung terbayang hal indah. Gak kaya di rumah. Saya ketika tidur langsung terbayang cicilan. Tapi, gara-gara itu saya sering diprotes sama anak saya.

Dia bilang gini, “Bapak curang. Tidur di hotel, makan nasi kotak, tiap hari naik lift.”

“Nak, kan Bapak di sana kerja.”

“Apa Pak? Kerja? Preet! Katanya Jakarta banjir.”

“Nak, iya banjir, makanya Bapak ke Jakarta naik tongkang.” Anak saya itu sering protes karena dia itu ingin banget ke Jakarta,

ingin tahu Dufan. Kalau orang lain, anak yang lain, ingin tahu Dufan

dibawa ke Dufan. Anak saya ingin tahu Dufan dibawa ke warnet. “Tuh Nak, Dufan, Dufan itu.”

Tapi saya jadi tahu walaupun dari warnet, ternyata banyak wahana di Dufan itu, salah satunya rumah miring. Rumah miring, ini kalau mandor saya tahu, dibongkar ini. Saya aja masang bata miring dimarahin. Ini orang dengan sadar tanpa pengaruh alkohol ngebangun rumah miring. Ini anak proyek mana yang bikin? Bikin malu komunitas.

Saya Didi. Terima kasih.

 

(Diadaptasi dari: https://www.youtube.com/watch?v=AbFyJlBTANs)

 

1.    Pesan Teks

Teks tersebut berisi pesan antara lain untuk memahami dan peduli kepada masyarakat kurang mampu. Masyarakat kurang mampu terkadang tidak bisa menikmati fasilitas rekreasi atau wisata.

2.    Struktur teks anekdot

Suatu anekdot dibentuk oleh orientasi, komplikasi, dan evaluasi.

a.     Orientasi adalah bagian anekdot yang berisi pengenalan kondisi atau karakter tokoh, penggambaran hal-hal terkait dengan apa, kapan, di mana, siapa, mengapa, bagaimana, dan gambaran tentang masalah yang akan dihadapi tokoh.

Contoh:

Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli  bangunan?  Wah,  berarti saya satu-satunya ya di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat kebanyakan orang, liburan itu obat stres, tapi buat saya malah bikin stres. Datang liburan orang-orang sibuk nyiapin rencana mau liburan ke mana. Saya malah sibuk nyari alasan.

b.    Komplikasi berisi masalah yang dihadapi tokoh. Pada bagian ini, penulis menyampaikan puncak cerita yang mengundang tawa sekaligus kritikan terhadap topik yang diangkat. Bagian ini disebut juga dengan krisis dan reaksi. Krisis atau komplikasi merupakan bagian yang berisi kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa. Tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya disebut sebagai reaksi. Reaksi dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.

 Contoh:

Anak saya minta liburan, “Pak, ingin ke Dufan.” “Nak, Jakarta banjir.”

“Ya udah Pak, ke Tangkuban Perahu.” “Nak, perahunya bocor.”

“Ah bilang aja, Bapak gak punya uang.” “Cerdas!”

c.     Evaluasi berisi komentar terhadap isi atau pesan dari fenomena yang telah diceritakan. Bagian ini disebut juga sebagai koda. Namun, bagian ini bersifat pilihan; dapat ada ataupun tidak ada.

Contoh:

Anak saya itu memang jarang liburan.

 

Sumber

Aulia, Tri Fadilah dan Gumilar, Sefi Indra. 2021. Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/SMK Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

2 comments: