Showing posts with label UN BAHASA INDONESIA. Show all posts
Showing posts with label UN BAHASA INDONESIA. Show all posts

31 March 2017

Ringkasan Materi UN 2017 Bahasa Indonesia SMA : Membaca Sastra


RINGKASAN MATERI UN BAHASA INDONESIA SMA



LINGKUP MATERI MEMBACA SASTRA

Membaca teks sastra merupakan Keterampilan memperoleh informasi mengenai isi teks sastra, baik tersirat maupun tersurat. Dalam memahami teks sastra ini, peserta didik dituntut untuk mengaktifkan daya imajinasi dan kreativitasnya agar dapat memahami isi teks sastra. Teks sastra yang menjadi bahan kajian adalah puisi lama dan puisi baru, prosa (hikayat, cerpen, novel), dan drama. Berikut ini diuraikan kompetensi membaca teks sastra disertai contoh soal sesuai dengan level membaca teks sastra.

Tabel Level Kognitif dan Kompetensi Membaca Teks Sastra.

No
Level Kognitif
Kompetensi
1
Pengetahuan dan Pemahaman
a. mengidentifikasi dan memaknai kata simbolik/majas/kias dalam karya sastra
b. memaknai isi tersurat dalam karya sastra
2
Aplikasi
menyimpulkan isi tersirat dalam cerpen/novel (konflik, sebab konflik, akibat konflik, amanat, nilai-nilai)
3
Penalaran
a.    membandingkan isi, pola penyajian, dan bahasa karya sastra
(berdasarkan gaya, tema, unsur)
b.    menganalisis hubungan antarbagian karya sastra
c.    membuktikan simpulan dengan data pada karya sastra (bukti watak, setting, nilai)
d.   mengaitkan isi dengan kehidupan saat ini
e.    menilai keunggulan/kelemahan karya sastra
f.     meringkas isi karya sastra



  1. Level Pengetahuan dan Pemahaman
    Level pengetahuan dan pemahaman dikategorikan level rendah dalam Keterampilan membaca. Pada level ini peserta didik dituntut dapat mengidentifikasi dan memaknai informasi faktual dan konseptual sederhana.

  1. mengidentifikasi dan memaknai kata simbolik/majas/kias dalam karya sastra
    Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan keinginan pengarang lewat bahasa. Penulis mengungkapkan perasaan, pikiran, dan idenya dengan bahasa yang khas berupa kata simbolik,  majas/gaya bahasa, dan kata kias.
    Kata simbolik atau kata kias adalah kata yang melambangkan makna tertentu. Sebagai contoh, bunga melambangkan kecantikan/ gadis, api lambang kemarahan, dan baja lambang kekuatan atau ketangguhan.
    Majas atau gaya bahasa adalah cara khas pengarang dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya melalui karyanya.
    Berikut ini disajikan beberapa contoh gaya bahasa.

NO
Jenis Majas
Definisi/Ciri
Contoh
1.       
Personifikasi
perbandingan yang melukiskan benda mati seolah-olah hidup

Banjir bandang telah menelan korban manusia.

2.       
Metafora
perbandingan yang implisit tanpa kata pembanding.

Kapan Anda bertemu dengan kembang desa itu?

3.       
Hiperbola
majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan

Suaranya menggelegar membelah angkasa.

4.       
ironi
majas yang menyatakan makna yang bertentangan atau sebaliknya dengan maksud menyindir
Pagi benar engkau datang, baru pukul delapan

5.       
Pleonasme
majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi /mubadzir.
Salju putih sudah mulai turun ke bawah.

6.       
Repetisi
majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung, kita junjung dia sebagai pembebas kita.
7.       
Antitesis
majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan meng- gunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukan-lah suatu ukuran nilai seorang wanita.
8.       
Paradoks
majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah ber tentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Hidupnya mewah, tetapi tidak bahagia.

9.       
Perumpamaan
perbandingan dua hal dengan menggunakan kata-kata perbandingan (bagaikan, seperti, dsb.)
Gadis itu sangat cantik bagaikan bidadari

10.   
Litotes
majas yang menyatakan berlawanan, memperkecil, atau memperhalus keadaan.
Terimalah pemberian yang tidak berharga ini.

11.   
Metonimia
majas yang memakai nama ciri atau hal yang ditautkan dengan
orang, barang sesuai penggantinya
Dia ke Jakarta naik Garuda

12.   
Sinekdok  Parsprototo
penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan
Saya tidak melihat batang hidungnya
13.   
Sinekdok Totem Protaparte
penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian.
Indonesia meraih medali emas dalam pertandingan itu.
14.   
Alusio
majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa dengan menggunakan peribahasa
Menggantung asap saja kerjamu sejak tadi. (membual, omong kosong)
15.   
Eufeumisme
majas yang halus sebagai pengganti ungkapan

Pemerintah mengadakan penyesuaian harga BBM, (menaikkan)



  1. Memaknai Isi Tersurat dalam Karya Sastra
    Memaknai isi tersurat dalam karya sastra adalah memaknai apa yang secara jelas atau eksplisit yang terdapat di dalam kalimat-kalimat yang tertulis di dalam teks sastra.
    isi tersurat dalam karya sastra dapat dilihat dari unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik karya sastra merupakan unsur pembangun atau pembentuk karya sastra. Karya sastra terdiri atas prosa, drama, dan puisi. Karya sastra yang berbentuk prosa meliputi novel, cerpen, roman, atau novelet.
    Unsur intrinsik cerpen yang lain sebagai berikut.
    1. Tema  : pokok pikiran cerita.
    2. Amanat          : pesan yang ingin disampaikan penulis.
    3. Alur   : rangkaian peristiwa yang  membentuk          cerita. 
    4. Perwatakan : cara pengarang menggambarkan watak tokoh.
    5. Latar : merupakan keterangan tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam   cerita.
    6. Gaya bahasa: corak pemakaian bahasa.
    7. Sudut pandang: Posisi pengarang dalam cerita.



  1. Level Aplikasi
    Level aplikasi merupakan Keterampilan penguasaan konsep sastra dan penerapannya untuk memahami teks sastra. Peserta didik dituntut kemampuan menerapkan konsep sastra yang dikuasainya untuk memahami teks sastra yang meliputi menyimpulkan isi tersirat dalam cerpen/novel (konflik, sebab konflik, akibat konflik, amanat, nilai-nilai).
    Menyimpulkan isi tersirat adalah menyimpulkan isi yang tersembunyi atau tidak tertulis dalam teks sastra (cerpen, novel, dan sebagainya).

  1. Menyimpulkan Konflik, Sebab Konflik, dan Akibat Konflik dalam Cerita
    Konflik dalam sebuah cerita merupakan bagian yang menunjukkan adanya pertentangan dalam cerita. Biasanya koflik terjadi karena adanya benturan atau ketidakserasian, baik dengan dirinya atau dengan tokoh lain.
    Ada beberapa jenis konflik dalam sebuah cerita, di antaranya adalah

  1. Konflik tokoh dengan tokoh lain.
  2. Konflik tokoh dengan dirinya sendiri.
  3. Konflik tokoh dengan lingkungan atau budayanya.
    Sebelum terjadi koflik dalam cerita, biasanya pengarang akan menyajikan peristiwa atau hal yang menyebabkan terjadinya konfli atau yang disebut sebab konflik. Konflik kemudian diikuti oleh peristiwa atau hal yang diakibatkan atau ditimbulkan setelah terjadinya konflik atau yang disebut akibat konflik.

  1. Menyimpulkan amanat cerita
    Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
    Tips Menentukan Amanat Cerita:

  1. Untuk hal-hal yang baik, pembaca diajak/dihimbau untuk melakukan (biasanya ditandai dengan kata kerja berpartikel –lah). Misalnya, pedulilah, bantulah, dan sebagainya.
  2. Untuk hal-hal negatif, pembaca dihimbau untuk tidak melakukan (biasanya ditandai dengan penggunaan kata jangan).

  1. Menyimpulkan Nilai-Nilai dalam Cerita
    Nilai adalah sesuatu yang penting atau hal-hal yang bermanfaat bagi manusia atau kemanusiaan yang menjadi sumber ukuran dalam sebuah karya sastra.
    Macam-macam nilai dalam karya sastra antara lain sebagai berikut.

    1. Nilai sosial/kemasyarakatan, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Misalnya, sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menolong, berderma, dan lain-lain).
    2. Nilai budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Misalnya, upacara pernikahan, upacara kematian, dan sebagainya.
    3. Nilai moral/budi pekerti, yaitu nilai yang berkaitan dengan perbuatan yang baik (positif) dan perbuatan tidak baik (negatif). Misalnya, berbakti pada orang tua (positif) dan durhaka (negatif), menepati janji (positif) dan ingkar janji (negatif), dan sebagainya.
    4. Nilai religi/keagamaan, yaitu nilai yang berkaitan dengan ajaran-ajaran agama. Misalnya, melaksanakan ibadah, puasa, zakat, dan sebagainya.


  1. Level Penalaran
    Level penalaran dikategorikan level tinggi dalam keterampilan membaca. Pada level ini mengharuskan peserta didik untuk melakukan analisis, evaluasi, sintesis apa yang dibacanya. Pada level ini siswa dituntut mampu :

    1. membandingkan isi, pola penyajian, dan bahasa karya sastra (berdasarkan gaya, tema, unsur)
    2. menganalisis hubungan antarbagian karya sastra
    3. membuktikan simpulan dengan data pada karya sastra (bukti watak, setting, nilai)
    4. mengaitkan isi dengan kehidupan saat ini
    5. menilai keunggulan/kelemahan karya sastra
    6. meringkas isi karya sastra

Di bawah ini akan diuraikan kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam membaca teks sastra pada level penalaran.

    1. Membandingkan Isi, Pola Penyajian, dan Bahasa Karya Sastra (Berdasarkan Gaya, Tema, Unsur)
      Membandingkan isi, pola penyajian, dan bahasa karya sastra artinya menentukan persamaan dan atau perbedaan antara karya sastra satu dengan lainnya. Karya sastra yang dibandingkan dapat antara jenis teks yang berbeda (misalnya antara cerpen dan novel) maupun jenis teks yang sama (misalnya sama-sama cerpen atau sama-sama pantun).
      Contoh perbandingan antara dua teks sastra yang berbeda jenisnya.

Karakteristik cerpen
Karakteristik Novel (modern).
1.  Struktur ceritanya pendek sehingga dapat dibaca dalam sekali duduk (setengah sampai dua jam).
2. Alur dalam cerpen pada umumnya tunggal, hanya satu urutan peristiwa yang diikuti sampai peristiwa berakhir.
3. Tema dalam cerpen hanya satu.
4. Tokoh-tokoh dalam cerpen diceritakan terbatas (singkat, tidak detail).
5. Latar dalam cerpen tidak memerlukan detail-detail khusus, misalnya menyangkut keadaan tempat dan sosial. Cerpen hanya memerlukan pelukisan latar secara garis besar atau secara implisit.
1. Gaya bahasa lebih lugas.
2. Alur yang digunakan umumnya alur campuran.
3. Amanat tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang.
4. Tema yang digunakan lebih luas.





                        Contoh perbandingan teks sastra yang sejenis

Karakteristik Novel Angkatan 20-an
Karakteristik Novel Angkatan 30-an
1. lsi novel menggambarkan pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda.
2. lsi novel menampilkan persoalan kawin paksa.
3. Isi novel menggambarkan jiwa kebangsaan belum maju.
4. Gaya bahasa dalam novel lebih sering meng-gunakan syair, pantun, dan pepatah.
1. Pengarang lebih bebas menentukan nasib karya sastranya sendiri.
2. isi novel menampilkan persoalan yang dihadapi rnasyarakat kota,
3. Novel Angkatan 30-an menggambarkan cara menggunakan kebebasan dan fungsi kebebasan dalam masyarakat.
4, Novel Angkatan 30-an tidak menggunakan pepatah. Bahasa dalam novel lebih sering menggunakan ungkapan.



    1. Menganalisis Hubungan Antarbagian Karya Sastra
      Menganalisis hubungan antarbagian karya sastra artinya mencari hubungan antara unsur –unsur pembangun karya sastra baik unsur intrinsic maupun unsur ekstrinsik karya sastra.
      Misalnya, hubungan antara watak tokoh dengan setting cerita.

    2. membuktikan simpulan dengan data pada karya sastra (bukti watak, setting, nilai)
      Membuktikan simpulan data pada karya sastra artinya menyimpulkan unsur-unsur dalam karya sastra seperti watak tokoh, setting, dan nilai-nilai dalam karya sastra berdasarkan  kata/kalimat/paragraf dalam karya sastra.
    3. mengaitkan isi dengan kehidupan saat ini
      Isi karya sastra merupakan potret kehidupan masyarakat. Nilai-nilai dalam karya sastra berhubungan erat dengan nilai-nilai dalam kehidupan nyata di masyarakat. Bahkan nilai-nilai dalam karya sastra lama (gurindam, hikayat, dan sebagainya). tetap relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini.

      5.  menilai keunggulan/kelemahan karya sastra
      Menilai keunggulan karya sastra artinya menentukan kebaikan/kelebihan suatu karya sastra. Menilai kelemahan karya sastra artinya menilai kelemahan suatu karya sastra.

Penilaian terhadap suatu karya dapat disampaikan melalui resensi, kritik, dan esai. Resensi adalah tulisan berisi ulasan, per-timbangan, atau pembicaraan suatu karya (sastra, nonsastra, film, dan drama) dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca terhadap sebuah karya, patut mendapat sambutan atau tidak. Resensi buku atau karya sastra berisi informasi­informasi berikut.

  1. Identitas buku (judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal halaman).
  2. Sinopsis, unsur ekstrinsik, intrinsik (untuk buku fiksi), dan gambaran isi buku (untuk nonfiksi).
  3. Nilai buku (kelebihan dan kekurangan buku).
  4. Keterbacaan atau kecocokan pembacanya.

Kritik sastra merupakan penilaian baik buruk terhadap karya sastra. Kritik sastra mirip resensi. Akan tetapi, kritik sastra lebih ilmiah daripada resensi. Kritik sastra dapat menilai isi, bentuk, atau peristiwa yang terdapat dalam sastra. Esai membahas masalah sesuai dengan pendapat penulis. Jadi, satu masalah dapat ditulis menjadi esai berbeda. Esai cenderung sederhana, padat, dan fokus kepada masalah. Kalimat-kalimat esai menggunakan kalimat bersifat pribadi. Kalirnat dalam esai bergantung kepada kekhasan penulis bersangkutan.



  1. Meringkas Karya Sastra
    Meringkas artinya menyajikan secara lebih singkat atau pendek yang berisi hal-hal penting suatu cerita. Bentuk ringkas dari sebuah cerita (misalnya, novel dan drama) disebut dengan synopsis.