MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
MENJELASKAN
KONSEP KRITIK SASTRA DAN UNSUR KRITIK SASTRA
Berdasarkan
pendekatannya terhadap karya sastra, Abrams (1981: 36-37) membagi kritik sastra
ke dalam empat jenis yakni kritik mimetik, kritik pragmatik, kritik ekspresif,
dan kritik objektif.
A.
Kritik
Mimetik
Menurut Abrams,
kritik jenis ini memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-aspek alam. Karya
sastra dianggap sebagai cerminan atau penggambaran dunia nyata, sehingga ukuran
yang digunakan adalah sejauh mana karya sastra itu mampu menggambarkan objek
yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita yang ada,
semakin baguslah karya sastra itu. Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh
paham Aristoteles dan Plato, yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan
kenyataan.
Di Indonesia,
kritik jenis ini banyak digunakan pada Angkatan 45.
Contoh lain
adalah:
1. Novel
Indonesia Mutakhir: Sebuah Kritik, Jakob Sumardjo
2. Novel
Indonesia Populer, Jakob Sumardjo.
B. Kritik
Pragmatik
Kritik jenis ini
memandang karya sastra sebagai alat untuk mencapai tujuan (mendapatkan sesuatu
yang diharapkan). Tujuan karya sastra pada umumnya bersifat edukatif, estetis,
atau politis. Dengan kata lain, kritik ini cenderung menilai karya sastra atas
keberhasilannya mencapai tujuan.
Ada yang
berpendapat bahwa kritik jenis ini lebih bergantung pada pembacanya (reseptif).
Kritik jenis ini berkembang pada Angkatan Balai Pustaka. Sutan Takdir
Alisjahbana pernah menulis kritik jenis ini yang dibukukan dengan judul
"Perjuangan dan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan".
C.
Kritik
Ekspresif
Kritik ekspresif
menitikberatkan pada diri penulis karya sastra itu. Kritik ekspresif meyakini
bahwa sastrawan (penulis) karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan
pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, dan perasaan yang dikombinasikan dalam
karya sastra. Dengan menggunakan kritik jenis ini, kritikus cenderung menimba
karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan penglihatan mata
batin penulis atau keadaan pikirannya. Pendekatan ini sering mencari fakta
tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan yang, secara sadar
atau tidak, telah membuka dirinya dalam karyanya. Umumnya, sastrawan romantik
zaman Balai Pustaka atau Pujangga Baru menggunakan orientasi ekspresif ini
dalam teori-teori kritikannya.
Di Indonesia,
contoh kritik sastra jenis ini antara lain:
1. "Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan"
karya Arif Budiman.
2. "Di Balik Sejumlah Nama" karya Linus
Suryadi.
3. "Sosok Pribadi dalam Sajak" karya
Subagio Sastro Wardoyo.
4. "WS Rendra dan Imajinasinya" karya
Anton J. Lake.
5. "Cerita Pendek Indonesia: Sebuah
Pembicaraan" karya Korrie Layun Rampan.
D. Kritik Objektif
Kritik jenis ini memandang karya
sastra sebagai sesuatu yang mandiri, bebas terhadap lingkungan sekitarnya; dari
penyair, pembaca, dan dunia sekitarnya. Karya sastra merupakan sebuah
keseluruhan yang mencakupi dirinya, tersusun dari bagian-bagian yang saling
berjalinan erat secara batiniah dan menghendaki pertimbangan dan analitis
dengan kriteria-kriteria intrinsik berdasarkan keberadaan (kompleksitas,
koherensi, keseimbangan, integritas, dan saling berhubungan antar unsur-unsur
pembentuknya). Jadi, unsur intrinsik (objektif)) tidak hanya terbatas pada
alur, tema, tokoh, dsb.; tetapi juga mencakup kompleksitas, koherensi,
kesinambungan, integritas, dsb.
Pendekatan kritik sastra jenis
ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri. Kritik jenis ini mulai
berkembang sejak tahun 20-an dan melahirkan teori-teori:
1. New Critics di AS
2. Formalisme di Eropa
3. Strukturalisme di Perancis
Di Indonesia, kritik jenis ini
dikembangkan oleh kelompok kritikus aliran Rawamangun:
a. "Bentuk Lakon dalam Sastra
Indonesia" karya Boen S. Oemaryati.
b. "Novel Baru Iwan Simatupang" karya
Dami N. Toda.
c. "Pengarang-Pengarang Wanita
Indonesia" karya Th. Rahayu Prihatmi.
d. "Perkembangan Novel-Novel di
Indonesia" karya Umar Yunus.
e. "Perkembangan Puisi Indonesia dan Melayu
Modern" karya Umar Yunus.
f. "Tergantung pada Kata" karya A.
Teeuw.
Sumber:
Kurniawan, Endang. 2016. Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Bahasa, Direktorat
Jederal Guru dan Tenaga Kependidikan
0 komentar:
Post a Comment